Diberdayakan oleh Blogger.
Seal - Gaia Online
RSS
Container Icon

Fakta apa Opini?

 

Ψ¨ِΨ³ْΩ€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω…ِ Ψ§Ω„Ω„Ω‡ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ْΩ…َΩ†ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ِيْΩ…ِ


Hello, apa kareba? Semoga kita senantiasa diberikan keridhaan dan keberkahan Allah. Amin. 

Now, I wanna tell my bestie's curcolan. Well, gak jauh-jauh dari slice of life ini, mah. Intronya tentang kehidupan sesama manusia, antara ingkar dan percaya, gitu. 

Oke lah, namanya hidup, mesti ada kesenangan, kelucuan, maupun ujian. My bestie ini sedang menjalani kenaikan level kedewasaan apa, tah? Wkwkwk. 

Dia cerita, kalau hari ini dapat kabar dari seseorang, dan kabar itu bikin dia merasa seperti sudah dizalimi. Kabar apaan emang? Rahasia, sih. By bestie nggak menelan mentah-mentah apa yang dikatakan, dia masih meraba-raba, meskipun kalau dirangkai susunan kejadiannya sekilas mirip kayak alasan yang selama ini dia cari. Dia orangnya sebenarnya mudah panik, entah kepanikannya itu dapat ia sembunyikan, atau kadang kelihatan jelas banget kalau dia  sedang gugup, takut ataupun bingung. Tappii eh tapiii, tidak lama kemudian dia berpikir ulang, beristighfar sembari menenangkan dirinya, karena kalau bukan dari diri sendiri yang menenangkan atau memotivasi, dari siapa lagi? Nungguin support dari orang lain, iya kalau langsung dapet, kalau nggak, kelamaan nunggunya. πŸ˜‚

Terkadang, apa yang dikatakan seseorang atau beberapa orang, kita kan belum tahu, apakah itu fakta, kenyataannya seperti itu, atau itu adalah opininya, atau bahkan prasangkanya saja. Jadi, semua tergantung kita menyikapinya, apakah percaya begitu saja, percaya dan mencari referensi lain, ingkar dengan tenang, ingkar sambil menggerutu, dan lain sebagainya. 

Nah, kalau kata-kata, berita yang diterima itu menurut kita adalah kabar yang tidak baik, mesti lah merasa kecewa. Bestieku itu ya begitu, bahkan dia merasa seakan terzalimi setelah mendengar informasi itu. Eh, dia bilang, dia juga gak tahu sebenarnya itu apakah info, konfirmasi, atau berita basi, ahhahaha. Kalau emosian, bisa saja dia langsung judge yang enggak-enggak, bahkan berdoa yang tidak baik. 

Semua yang terjadi memang kehendak Allah, seorang hamba ya sekadar berusaha, bertawakal. My bestie juga sedang berusaha. Berusaha untuk tidak bertindak gegabah. Guys, kalian sering denger pepatah ini kan, “Apa yang kau tanam, itu lah yang akan kau tuai”? Nah, di situ my bestie berusaha untuk tetap waras, nggak mau terlampau berpikiran dan berdoa jelek untuk orang lain, karena dia juga belum tahu pasti akan hal itu. Siapa juga yang mau dapat doa buruk dari orang lain, pikirnya. 

Begitulah pemirsa, aku juga perlu belajar nih dari si bestie, karena banyak juga penyesalan-penyesalan atas kejadian masa lalu yang salah kita maknai. 

Ada sedikit nukilan dari tulisan website organisasi Islam yang aku baca (FYI, my sister kerja di situ euy, tapi bukan tulisan dia, itu mah).“Cita-cita yang mulia akan menjadi kenyataan bila kita modal dasar berbaik sangka kepada Allah. Hal ini sejalan dengan pesan suci Allah melalui Hadis QudsiNya, Ana 'inda dhonni 'abdi bi. Rawahut Tirmidzi. Aku (Allah) senantiasa bersama dengan prasangka hambaKu kepadaKu,”  

Berhati-hati agar tidak hanyut adalah suatu keharusan, apabila kita berada dalam kondisi terdesak, tapi hamba yang mempunyai Tuhan yang Agung, wajib percaya bahwa Ia pasti akan menolong hambanya yang meminta. 

Hidup ya, cuma sekali, lakukan dan berbuat saja kebaikan yang kita bisa. Berbuat baik bukan karena mengharap kebaikan balik dari orang yang kita bantu atau kita berbuat baik kepadanya, tapi kebaikan itu ya, karena Allah senang kalau kita berbuat baik. Susah, tah? Ya gimana lagi, namanya juga hamba, usaha saja dulu. Sedih gak, kalau orang yang kita baikin malah berbuat sebaliknya? Gimana ya, aku mau jawab apa, nih? Wkwkwkwk. 

“Sa, tapi gue jadi mikir lagi nih. Nggak tahu ya, ini wangsit apa pangsit,” ett deh, bocah Depok yang satu ini bisa-bisanya keinget makanan pas lagi galau. 

“Mikir apa laper, bestiee?” tanyaku menggodanya. 

“Eh iya sih, gue rada laper, emang,” Zelvia mengeluarkan handphone dan langsung memesan makanan via online. Ya Allah, dia pesan pangsit dan dimsum, guys. 🀣



Yassalam. Ada-ada saja tingkah gadis jangkung itu. Finally dia bilang gini, “Sa, emang sih, sekarang, gue yang notabene adalah seorang manusia biasa merasa kecewa, bahkan rasanya kayak dizalimi, tapi kayaknya emang itu pelajaran yang Allah kasih ke gue deh, Sa.” Beneran laper nih, si bestie, dia lahap banget makan dimsumnya. Untung aku nggak doyan, jadi nggak ngerecokin dia makan, “Yaa, gue juga nggak tahu nih, kalau sebenarnya tanpa disadari tingkah or tindakan gue di masa lalu itu sudah menyakiti orang lain dan dia pun merasa kalau gue zalim ke dia.”

Bener juga si bestie. Jadi auto meratapi dosa-dosa  deh, aku. Ya Allah, semoga Engkau senantiasa memberikan petunjuk dan perlindungan-Mu kepada kami. Amin. 


Wallahu a'lam 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Part of Speech


Ψ¨ِΨ³ْΩ€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω…ِ Ψ§Ω„Ω„Ω‡ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ْΩ…َΩ†ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ِيْΩ…ِ


Lesson 1 (English Grammar I) - page 1


Kata-kata dalam bahasa Inggris dikelompokkan menjadi beberapa bagian. Pembagian kategori kata ini dikenal dengan istilah parts of speech, dan terdapat 8 macam parts of speech yang perlu kamu ketahui.


A. NOUN

Noun atau kata benda adalah kata yang digunakan sebagai nama sesuatu- orang, binatang, objek, tempat, situasi, konsep atau ide.

Noun sendiri dapat dibagi lagi ke berbagai jenis, seperti countable; uncountable / mass; common; proper; concrete; abstract; dan collective noun.*

 Jenis-jenis noun dan contoh:

  1. Countable (dapat dihitung) : Book, Elephant, Train
  2. Uncountable / Mass (tidak dapat dihitung) : Love, Sand, Happiness
  3. Common (sesuatu yang umum) : Country, City, Month
  4. Proper (sesuatu yang spesifik) : Switzerland, Jakarta, January
  5. Concrete (sesuatu yang berwujud nyata) : Bag, Cake, Building
  6. Abstract (menyatakan ide, konsep, keadaan, dan hal abstrak lainnya) : Friendship, Time, Imagination
  7. Collective (merujuk ke sekelompok orang, hewan, atau benda) : Deer, Family, Government*

Example in sentence:

• Take your book, please!

Rizqi is listening to the radio.

• They saw tiger in the zoo.

Jakarta is the capital of Indonesia

• We have good pleasure today.

• The teacher will be happy with your kindness.

• My belief in Allah, saves me.

 

B. PRONOUN

Pronoun adalah kata yang digunakan sebagai pengganti kata benda.

Example in sentence:

• Tony says that he has finished the work.

• Suciyati weighs herself everyday

This is my car.

• I like the person who is diligent

• What must we do now?

• These shoes are mine.

Nobody did nothing.

 

C. VERB

Verb atau kata kerja adalah kata yang menceritakan tentang suatu tindakan atau keadaan dan waktu terjadinya.

Example in sentence:

• Alfian studies Grammar.

• We are walking to school.

•The rain drenched us.

• They looked tired.

• He is a student.

• Karim had a good idea.

• Stars appear at night.

 

D. ADJECTIVE

Adjective atau kata sifat adalah kata yang mengkualifikasikan kata benda atau kata ganti dengan menjelaskannya.

Example in sentence:

• We study English lesson.

• Harun is a diligent boy.

• Rahman has two pens.

• He has some books.

• These students are learning well.

Every pupil has to study.

What time is it now?

• Here is our room.

 

 E. ADVERB

Adverb adalah kata yang memodifikasi atau menjelaskan kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan lainnya.

Adverb ini dibagi lagi menjadi 4 bagian yakni:

Adverb of Frequency, jenis adverb yang digunakan untuk menyatakan seberapa sering suatu kejadian berlangsung.

Adverb of Place, adverb yang menyatakan tempat terjadinya suatu kegiatan atau peristiwa.

Adverb of Time, adverb yang menyatakan waktu terjadinya suatu kegiatan atau peristiwa.

Adverb of Degree, adverb yang digunakan untuk menyatakan seberapa jauh tingkatan atau intensitas suatu peristiwa atau kegiatan.*

Penjelesan lebih luas dapat kunjungi situs ini.

Example in sentence:

• Ali runs quickly.

• He speaks English well.

• This room is very large.

• The problem is too difficult.

• They talk extremely fast.

• That driver drives more slowly.

 

F. PREPOSITION

Preposisi adalah kata yang ditempatkan sebelum kata benda atau kata ganti untuk menunjukkan hubungannya dengan beberapa kata lain dalam sebuah kalimat.

Example in sentence:

• I cut meat with knife.

• She goes to cafeteria.

•Please! stay for lunch.

After swimming I felt cold.

• The book is on the table.

• I don't care for standing in queues.

• What can you do besides typing?

  

G. CONJUNCTION

Konjungsi adalah kata yang digunakan untuk menghubungkan satu kata dengan kata lain, atau satu kalimat dengan kalimat lainnya.

Example in sentence:

• Rudi and Ali came yesterday.

• She is intelligent but lazy

• John and Peter went to school but Grace stayed at home.

• He has breakfast before he goes to school.

Because he was naughty, his parents punished him.

• He can't (either) read or write.

• We must be early; otherwise we won't get a seat.

 

H. INTERJECTION

Interjection adalah kata seru atau frase untuk mengungkapkan perasaan tiba-tiba dari pikiran atau emosi.

Example in sentence:

Oh my God, protect me!

Bah, he isn't actor!

Well, you must go now!

Uh, don't think over this problem too seriously.

Oh, look at the time!

Hurrah! we have won!

Alas! he realized his folly too late. (Sayangnya! dia terlambat menyadari kebodohannya)


*Materi tambahan


Referensi:

English Grammar I

8 Macam Parts of Speech dalam Bahasa Inggris, https://www.ef.co.id/englishfirst/kids/blog/8-macam-parts-of-speech-dalam-bahasa-inggris/

Mengenal Jenis-Jenis Adverb dalam Bahasa Inggris | Bahasa Inggris Kelas 10, https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-jenis-jenis-adverb-dalam-bahasa-inggris

Pengertian, Jenis, Contoh, dan Fungsi Interjection, https://englishplusplus.id/interjection/


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Terima Kasih Ayah

 Bismillahirrahmaanirrahiim



Terima kasih, telah menjadi laki-laki yang kuat. 

Terima kasih Ayah, berkatmu kami menjadi anak-anak yang baik. 

Bukan, kami bukan merasa sombong karena mengatakan diri kami baik. 

Tetapi kami bersyukur, karena engkau begitu sabar mendidik dan memperhatikan sehingga kami menjadi anak yang baik. 

Ya, kami adalah anak-anakmu yang baik, tetapi masih banyak kekurangan di diri ini, karena kami adalah manusia biasa. 

Kami hanyalah hamba Sang Penguasa Mayapada. 

Kami tahu, dirimu seringkali merasa masih memiliki banyak keluputan selama membesarkan kami. 

Tetapi, rasa itu bukanlah apa-apa dibanding segunung pengorbananmu bersama kekasihmu, ibu kami tercinta. 

Kami tahu, kekhawatiranmu seringkali menghantui, apakah anak-anakmu telah mendapatkan kecukupan, kebahagiaan, dan segala kebaikan apapun itu. 

Tetapi, itu bukanlah apa-apa dibandingkan aliran kasih sayangmu yang membanjiri kenangan kami. 

Kami telah tumbuh besar, Ayah. 

Kelak, kami mendambakan dapat disatukan bersama sesorang yang sepertimu, 

atau kelak, kami dapat meneruskan perjuanganmu, membesarkan cucu-cucu keturunanmu. 

Ayah, tak banyak kata yang dapat kami ucapkan. 

Tidaklah cukup meski seluruh senandung  kasih itu kami lantunkan. 

Ayah, semoga Allah senantiasa memberikan keridhaan dan keberkahan bagimu serta seluruh keluargamu. 

Semoga kami dapat terus tumbuh dengan baik, berjuang untuk menjadi anak-anakmu yang berbudi baik. 

Amin. Ya Rabbal alamin. 

Terima kasih, Ayah. 


Jakarta, 7 Juli 2022

(ΰΉ‘^ΪΊ^ΰΉ‘)

Barakallah fi umrik ya Aby πŸ˜‡

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Catatan Majelis Dzikir AIC 2 Juli 2022

 Ψ¨ِΨ³ْΩ€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω…ِ Ψ§Ω„Ω„Ω‡ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ْΩ…َΩ†ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ِيْΩ…ِ


• Membaca dzikir ada beberapa model, yaitu:

Dzikir dengan lisannya saja, faidahnya sangat lemah. 

Dzikir dengan lisan & hati, khairun minal awwal (lebih baik dari yang awal). 

Dzikir dengan lidah, hati, & ruh secara bersama-sama tanpa ada beban/tujuan yang dimaksud, paling tinggi, dzikrul haqiqi. Mereka yang sudah menyatu, menyelami tanpa ada beban, sudah mendarah daging.


• Yang dihitung di sisi Allah, dilihat di sisi masyarakat adalah, apabila seseorang bermanfaat untuk orang lain. 


• Hikmah pengabdian anak pada orang tua, sebesar apapun harta yang dimiliki, pengabdian yang diinginkan orang tua adalah anak yang berakhlak karimah. Kalau berbakti kepada orang tua, ada saja kemudahan pada jalan kita. 


• Bagi yang mencari ilmu dan sudah mendapatkan ridha dari gurunya, malah kalah dengan cobaan, lemah imannya kepada Allah yang memberi rezeki. Semua yang di muka bumi, sudah Allah tanggung rezekinya. Jangan sampai ilmu tergadaikan karena harta.


• Usaha boleh ada, tapi jangan menghalalkan segala cara. 

Ψ§Ω„ْΨΉِΩ„ْΩ…ُ Ψ¨ِΩ„َΨ§ ΨΉَΩ…َΩ„ٍ ΩƒَΨ§Ω„Ψ΄َّΨ¬َΨ±ِ Ψ¨ِΩ„َΨ§ Ψ«َΩ…َΨ±ٍ 

Ilmu yang tidak diimbangi amal saleh yang baik, sama halnya seperti pohon yang tidak berbuah sama sekali.


• Jangan pernah ragu. Baru lulus nilai jelek sudah bingung. Nanti kelak kerja apa, ya? Niat hadir saja di majelis dzikir ini karena cinta, tidak usah aneh-aneh, itu juga akan berpahala. Insyaallah akan terasa berkahnya nanti. Yakin saja ngalap berkah.


Wallahu'alam 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rencana dan Keyakinan, Apakah Kau Memercayainya?

 Bismillahirrahmaanirrahiim



Sejatinya, kehidupan itu sederhana, lalu, bagaimana jikalau ternyata apa yang direncanakan tidak benar-benar terjadi?

Yang aku tahu, yang aku pelajari, di mana ada rencana, di sana seharusnya ada usaha. Entah lahir ataupun batin. Apa yang telah diupayakan pun harus diiringi dengan keyakinan. 

Hei, mengapa seperti itu? 

Begini, di dalam rencana itu ada proses dari sebuah usaha, yang dibumbui keyakinan. Aku belum tahu apakah ini bisa disamakan dengan rencana menciptakan makanan yang lezat atau tidak. Di mana di dalamnya mesti ada proses menentukan menu, memilih bahan-bahan, kemudian memasaknya dengan dasar kita telah mempelajari caranya, bukan secara tiba-tiba kita dapat memasak begitu saja. Bagaimana, apakah kau setuju jika hal tersebut dinamakan dengan usaha? 

Kemudian, keyakinan menjadikan bahan baku yang kita olah menjadi sesuatu yang dapat disantap itu perlu. Bagaimana bisa jika seseorang yang tidak berkeyakinan untuk melakukan sesuatu dapat melangkah maju? Yah, mungkin saja ia hanya diam terpaku dengan kegundahannya. 

Bagaimana, dari rencana itu terdapat proses usaha yang cukup panjang dan kadarnya pun berbeda-beda, bukan?

Nah, keyakinan yang kita anut di sini adalah keyakinan makhluk kepada Tuhannya, bahwa Allah senantiasa memberikan jalan kepada setiap hamba-Nya. 

Rencana sudah ada? Iya, sudah. Usaha telah diupayakan? Iya, sudah juga. Yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik kepada setiap hambanya? Iya, yakin. 

Kalau itu semua sudah dilalui, kita yang notabene sebagai makhluk sayogyanya berpasrah dan melihat bagaimana keputusan Allah nantinya. Allah Maha Tahu, apa yang hamba-Nya rencanakan ataupun inginkan itu sesuai dengan yang dibutuhkannya atau tidak, baik untuknya atau tidak. Ya, seperti itu. 

Hmm. Dalam hal masak-memasak tadi, si A berhasil. Alhamdulillah. Berarti itu jalannya dan karena memang dia benar ditakdirkan memiliki kemampuan memasak yang baik. 

Adapun si B, ia belum berhasil dan terus gagal meski telah mencobanya berkali-kali. Dalam kegagalan tersebut, pasti banyak hikmah yang dapat digali dan dipelajari. Itu semua karena Allah memeiliki rencana yang lebih baik lagi untuk si B. Mungkin saja, kelak karena sering berkutat dengan bahan pangan yang ia gunakan untuk memasak, si B malah memiliki passion untuk membudidayakan salah satu atau beberapa bahan pangan tersebut dan siapa tahu kalau ia berhasil dalam bidang itu. 

"Bagaimana jikalau ternyata apa yang direncanakan tidak benar-benar terjadi?" Rencana awal memang membuat makanan yang lezat, karena belum berhasil juga, si B malah beralih ke pembudidayaan bahan pangannya. B belum bisa menyajikan makanan yang lezat, tetapi ia dapat menyediakan pasokan bahan pangannya, dan pasti dengan itu, ada saja orang yang dapat menggunakannya untuk membuat santapan lezat tersebut. Jadi, rencana yang ada sudah terealisasi, tetapi tidak sempurna, bukan tidak terjadi sama sekali, bisa saja seperti itu. Percaya atau tidak? 

Aku pernah dengar, kepercayaan itu sama seperti debu, sebelum debu itu menumpuk, ia bukanlah apa-apa. Jadi, percaya atau tidak? Ω©(^α΄—^)ΫΆ


Wallahua'lam. 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hati Bedarah

 Ψ¨ِΨ³ْΩ€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω…ِ Ψ§Ω„Ω„Ω‡ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ْΩ…َΩ†ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ِيْΩ…ِ

Bunga Hati Berdarah 


Kak, kau cakap, “Laki-laki memang tidak menangis, tapi hatinya berdarah, Dik,” iya ke? 

Kak, macam mana jikalau hati tak berdarah, Kak? Bukankah ia memang lah segumpal darah. Tak menyeramkan kah Kak, bila ia tak berdarah? 

Kau pun cakap bahwa yang membuat hatimu berdarah-darah adalah kenangan, Kak? 

Tak apa lah, Kak. Kenanganmu adalah ekor kehidupanmu. Tak boleh lah, kau putus ia begitu saja. Biarkan ia ada di belakangmu. Aku pun ada yang seperti itu. 

Macam mana jikalau kita buat kenangan yang baru saja bersama-sama? Iya Kak, bersamaku. Boleh ke? 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Maaf, Hati yang Sakit, dan Harga Diri yang Terluka

Ψ¨ِΨ³ْΩ€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω…ِ Ψ§Ω„Ω„Ω‡ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ْΩ…َΩ†ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ِيْΩ…ِ

“Bila masih ada istilah 'Aku menerima dan memberi maaf, tapi tak akan melupakan perbuatanmu,' itu artinya, hati masih terimpit oleh kemarahan. Hati yang semacam itu lama-lama bisa menjadi keras. Lebih keras dari batu yang paling keras. Meminta dan memberi maaf, mestinya meluluhkan semua. Memulai dari yang baru dan tidak lagi mengingat-ingat perbuatan yang pernah menyakiti dan disakiti.” – hal. 79 



Maaf dan harga diri yang terluka. Rasanya, masih belum menemukan ukuran yang sesuai, bagaimana cara menakar kemudian menjadikannya komposisi yang pas untuk dijadikan bahan bakar kapal kehidupan yang masih baru berlayar ini. 

Bukan hal besar memang, meskipun tidak semuanya harus diungkapkan, tetapi sesuatu yang tidak dikomunikasikan dengan jelas, adakalanya membuat sebelah pihak bertanya-tanya. Sebenarnya ada apa, mengapa demikian, apakah itu...? Ya sudah, berpura-pura saja tidak terjadi apa-apa. Tetapi, setiap kepura-puraan tentu memiliki kenyataan. 

Tetapi, bagaimana kalau hal tersebut tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, melainkan berkali-kali? Sudah bertanya tetapi tidak ada balasan apapun. Membuat angan-angan terbang tak tentu arah. Apa rasanya tergantung seperti itu? 

Tetapi, jiwa yang sedang tidak baik karena hati yang sempit mungkin (kebanyakan manusia fluktuatif betul kadar keimanannya, kesabarannya) atau barangkali hormon yang sedang tidak stabil karena pengalaman biologis, hal simpel saja bisa menjadi hal yang rumit. Yah, seperti wanita yang sedang kedatangan tamu rutin bulanan, ataupun sedang hamil, pasca melahirkan, saat menyusui, dan lain sebagainya. Laki-laki juga mengalami ketidakstabilan tersebut dengan kondisi yang berbeda. 

Tetapi, terus saja tetapi-tetapi itu beranak pinak.

Segalanya mesti memiliki alasan, entah itu memang alasanya atau sekadar alasan, dan alasan yang masih tersimpan seringkali membuat kita meraba-raba. 

Kira-kira yang seperti itu bisa menjadi pemicu rasa sakit dan luka, kah? Hati yang sakit dan harga diri yang terluka? 

Hei, apakah kau sedang melantur? Mengapa sampai pada pembahasan itu? 

Entahlah, kalau begitu anggap saja tidak apa-apa. Bukan. Bukan mencoba melarikan diri. Tapi setiap pribadi memiliki caranya sendiri untuk melakukan pertahanan. 

Tunggu, ada apa dengan pertahanan diri? 


"Kapal Karam Dilanda Badai" Raden Saleh  (1840)
"Kapal Karam Dilanda Badai" Raden Saleh  (1840)


Nampaknya kapal kehidupan itu sedang dilanda badai, jadi ia sedang melakukan upaya untuk tetap bertahan di lautan yang sedang tidak baik-baik saja. 



Kabarnya, yang harus menjadi kepastian dalam diri kita adalah apapun yang terjadi, termasuk perilaku orang lain yang menyakitkan hati kita, terjadi karena Allah ‘azza wa jalla mengizinkannya. Tidak mungkin suatu peristiwa terjadi kalau Allah tidak mengizinkannya.  Begitu pula dengan tindakan kita yang disadari ataupun tidak telah melukai orang lain. 

Mengapa tidak saling maaf-memaafkan?

Pemaafan, ya, itu adalah langkah untuk menghentikan perasaan jengkel, marah,  ataupun dendam karena merasa tersakiti atau terzalimi. 

Lebih dari itu, kiranya, pemaafan juga proses menghidupkan sikap dan perilaku positif terhadap orang lain yang pernah menyakiti. 

Setiap orang pernah melakukan kekhilafan, apa salahnya untuk memaafkannya, toh kita pun pernah melakukan kesalahan. Bukan kah senang, lega, jika keluputan itu termaafkan? 

Pasti memerlukan proses dan perjuangan untuk memaafkan. Adanya kebaikan bagi diri kita dan orang lain, akan menjadikan memaafkan menjadi sesuatu yang mungkin dilakukan. Tuhan saja memafkan, mengampuni hamba-Nya, mengapa sesama hamba tidak bisa melakukan hal serupa. 

Konon, para ahli psikologi pun memercayai bahwa memaafkan memiliki efek yang sangat positif bagi kesehatan. Pemaafan (forgiveness) merupakan salah satu karakter positif yang membantu individu mencapai tingkatan optimal dalam hal kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual.

Mengapa tidak introspeksi? 

Apakah sakit dan luka itu memang berasal dari luar, atau boleh jadi dari dalam diri kita sendiri. 

Ya, yang harus menjadi kepastian dalam diri kita adalah apapun yang terjadi, termasuk  rasa sakit, luka hati, kegundahan, terjadi karena Allah ‘azza wa jalla mengizinkannya. Agaknya, yang membuat gelisah bukanlah masalah yang menguji, tetapi bahasa rindu Allah yang gagal kita pahami. 




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hujan Selasa Sore


Bismillahirrahmanirrahim 


Sekarang hari Selasa, sa, sa, sa, sa, sa... (bacanya pakai nada, ala suara gaung yang berulang-ulang deh, hehehe). Sorenya hujan, euy. Selesai zikir salat Ashar di masjid, bingung mau pulang. Hujan deras sederas-derasnya, banjir pulak. Sandal-sandal santri sampai pada mengambang udah kayak kapal-kapalan. Galau kan jadinya, mau ngerasa senang karena penampakannya kok lucu gitu, tapi sedih juga karena serba basah dan licin. 

Santri putri sudah pasti heboh, teriak karena kebasahan menerjang hujan, rempong mencari sandalnya yang berlayar entah ke mana, dan lain sebagainya. Yah, wanita memang seperti itu. 

Karena takut hanyut, ada yang mengamankan sandalnya ke pinggiran tangga masjid. Bukan di tangga, tapi di pinggirannya sodara-sodara, kan repot kalau hilang, lapor mamah nanti, Mah, sandalku hilang, hanyut pas banjir di pondok, mau minta tolong bawakan sandal baru ya, Mah. Hmm, ada saja yang modelnya begitu. 

Ada juga yang keasyikan mainan air, mentang-mentang hujan. Emang dasar anak-anak. Ya sudah, lah. Insyaallah berkah. 

Alhamdulillah hujan mulai mereda. Nggak reda-reda amat, tapi seengaknya nggak segeger tadi, rombongan air hujannya membasahi pondok kami. Aku juga mau ikut mengamankan sandal, deh. 

Lah, yang satunya sudah ada di tengah sana. Wahai sandalku, kalau kalian berjodoh insyaallah akan bersatu kembali, kok. Yang sebelah kanan aku taruh di pinggiran tangga masjid, yang kiri aku biarkan menggenang di sana. Kiri, aku titipkan kamu sama Allah, ya. Semoga kamu tidak hilang dan menjadikan si kanan menjomblo. 

Aku masuk lagi ke dalam masjid, menunggu hujannya lebih reda dari sekarang. Daripada bengong, mending baca salawat. Mulutku komat kamit, tapi pandanganku jelalatan melihat santri putri yang berusaha pulang ke asrama untuk rapi-rapi karena sore ini waktunya belajar di Madrasah Diniyah a.k.a. Madin. Masyallah. Memang mondok itu membahagiakan sekali, pemirsa. Aku senyam-senyum saja dari tadi melihat fenomena ini. 

Subhanallah, ada seorang anak membawa payung dan dia beralih profesi menjadi ojek payung dengan suka rela. Baik banget dia, bolak-balik menjemput temannya agar bisa balik ke asrama. Diriku terharu. 

Aku masih duduk di samping jendela. Eh iya, kamarku kebanjiran nggak, ya? Kayaknya sih, iya. Mau pulang tapi masih belum pengen, gimana dong. 

Melihat genangan air yang modelnya seperti itu, lebih baik aku pulang saja, deh. 

Sambil memegang sajadah dan sandal kanan, aku tolah-toleh mencari pasangannya. 

"Miss Rara, itu sandal Miss," Moza menunjuk-nunjuk ke samping tangga. 

"Oh, iya. Makasih Moza."

"Sama-sama, Miss." Moza meraih tanganku, salim. 

"Miss, ayo bareng sama saya pakai payung, Miss," kata anak tadi yang namanya tidak kuketahui. Aku hanya tahu kalau dia santri kelas 1 SMP penghuni asrama lantai satu, kamar nomor 1, selorong dengan kamarku. 

"Kamu baik banget minjemin payung, Dek." Senang sekali diriku ini. Alhamdulillah. 

"Iya Miss. Kan bulan Ramadhan, Miss." Dia tersenyum. 

Sesampainya di dekat gerbang aku berterima kasih kepadanya, "Makasih banyak ya, Dek. Semoga berkah." Nggak mau berhenti senyum aku tuh, melihat gadis kecil itu. 

"Sama-sama, Miss." Raut wajahnya nampak bahagia. Apalagi aku, yang sudah dibantu. 

Antara kaget dan tidak. Benar, kamarku kebanjiran. Samping masjid banget soalnya, di bagian selatan kamarku tadinya adalah pintu, hanya saja sekarang ditutup permanen tetapi tidak disemen, jadi kalau hujan deras dan volume air yang menggenang di sekitar naik, kamarku terdampak banjir. 

"Miss, banjir banget, ini. Ya, Allah...," kata Fia yang memindahkan seperangkat alat tidurku.

"Kasurku basah banget ya, ujungnya." 

"Iya Miss, tadi pas aku mau ke lemari nggak nggeh. Tau-tau, kok kaki aku menerjang air." Fia, Fia, kata-katamu itu, loh. Gimana nggak bikin ngakak, coba. Ya, meskipun ngakaknya cuma di dalam hati. 

Kami pun bahu-membahu mengeringkan airnya. "Kayak gini enaknya pakai pengki ya Fi, tapi mau pinjam pengki anak-anak yang ada malah jadi kotor semua," kataku sambil memeras bajuku yang kupakai mengelap genangan air. Bajunya sudah robek, sekalian saja nanti dibuang. Maafkan diriku duhai baju, aku tak sanggup memuseumkan dirimu. 

"Pakai pengki mini Miss aja, kan ada," Fia memeras kain pel. 

"Oh iya, bener banget deh kamu, Fia." Aku punya satu set pengki dan sapu mini. 

Airnya banyak juga ya, hampir seember penuh. "Kok nggak abis-abis ya, airnya," kata Fia. 

"Iya nih, kita berasa main air di tepi pantai, deh." tanganku menggenggam pengki mini, menyerok air yang menggenang ke dalam ember. 

Tidak lama kemudian airnya mulai surut. Makin semangat nih, ngelap-ngelap mode on-nya. Setelah dipel semua lantainya, aku menyalakan kipas, biar cepat kering. 

Setelah mencuci kain pel dan bersih-bersih diri, lantai kamarnya sudah kering. Alhamdulillah bisa selonjoran deh, kita. 

πŸ˜‡ Have a blessed day. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kisah Nona Clau


Kabar duka. Eh, bukan duka yang seperti itu. 

Ini kisau Claudia temanku, cerita seminggu yang lalu. Berarti duka yang telah lalu? Ya, nggak gitu juga. 

"Bena, pipi aku perih, nih." Ya Allah, tampangnya melas sekali. Astagfirullah, aku bukan meledek, tapi memang mukanya melas, untung ada manis-manisnya. 

Aku berusaha untuk tidak mengeluarkan ekspresi apapun, takut dia salah paham, "Iya ya, merah itu. Gatal gak, Clau?"

"Nggak, tapi perih."

Nona Clau juga tidak tahu kenapa. Awalnya dia kira digigit nyamuk, tapi nggak gatal. Paling nanti hilang. Lah, besoknya mulai terasa perih dan agak panas. 

"Bena, kamu pernah nggak, ngerasa kalau setelah melakukan kesalahan terus dapat teguran langsung, gitu?"

"Model-model pelajaran kan, ya? Sentilan kehidupan?" 

Claudia mendesis menahan perih, "Iya."

"Mbatin juga pernah. Kayak, 'Kenapa sih, kok seperti itu aja belum bisa' or 'Sebegitunya, kah? Lebay banget nggak, sih?' eh terus nggak lama kemudian mengalami hal serupa." Tepok dahi deh, aku. 

"Teguran kali ya, biar kita merasakan di posisi orang lain."

"Kalau udah gitu tuh, langsung deg, alhamdulillah ya Allah, masih memberikan hidayah kepada hambamu ini."

"Hmm. Aku mau cerita, tapi kamu jangan ketawa, loh."

"Cerita aja, lah. Santai."

"Dua hari lalu tuh, Uda bilang kalau aku kayak jadi lebih menarik, gitu."

Waduh, seketika dahiku mengkerut, "Eh, habis ketemu?"

"Chat. Langsung dihapus abis bilang gitu. Terus aku iseng ngejahilin Uda. Chat bercandain dia gitu."

Ehhem! Claudia tuh pendiam ya, Gess. Tapi, kadang kalau udah bercanda sama dia dan momennya pas, asyik banget loh, anaknya. 

Oiya, Uda itu tunangannya. Siapa sangka tetangga jadi calon imam. Mereka nggak kenal sebelumnya, tapi semuanya berubah setelah mengemban dan menyelesaikan tugas bersama. Aseekk. Kolaborasi bisnis yang berujung manis. Ihhiirrr! 

Ternyata dua hari lalu mereka nggak sengaja ketemu di acara Launching Aplikasi Sistem Informasi Kerja Elektronik. 

"Etdeh. Apanya yang menarik, Clau?" Pura-pura saja, padahal mah segala hal di dia emang menarik, sih. Unik lah, bestie-ku ini

"Hehe. Nggak tahu."

Mereka jelas jarang ketemu. Sebelum tunangan, Uda pindah tugas ke luar kota. LDR. Kok ya bisa, kalau chatting-an  ngebahas proyek saja. Serius gitu doang? Iya kadang bercanda, tapi jarang. 

Udah Uda jarang video call, Claudia lebih jarang lagi terima panggilan itu. Kalau diterima, dia malas pakai kerudung katanya, yaa seadanya dia balut kepalanya dengan kain apa saja yang ada di dekatnya (tapi bukan kain pel juga, keleuss), lalu separuh wajahnya ditutupi pakai bantal. Malu euyy. Uda video call juga paling nggak sampai tiga menit, terus diem aja ngelihatin seseorang di seberang yang cuma kelihatan matanya doang. Komunikasi seperlunya saja, gitu. Paham lah, aku sama Nona Clau ini. 

Claudia nggak tahu Uda bilang menarik itu dari sisi mananya. Entah dari penampilan, perilaku atau dari mana. Tapi kok bisa-bisanya dia berpikir kalau merah-merah yang bikin wajahnya perih itu karena tunangannya bilang dia jadi lebih menarik. Yaa, memang sih, ada adegan bercandaan setelah itu, jadi dia mikirnya teguran dari Tuhan kalau seharusnya dia jangan begitu, karena belum sah. 

Dia pernah cerita, karena merasa takjub plus bangga dengan kinerja Uda, terus dia kasih foto jemarinya yang bikin simbol saranghae apa ya, setelah itu dia hapus. Eh, besoknya jari dia kena pisau. Nggak parah, cuma kegores dikit doang. Nah, itu tuh, dari situ dia ngerasa malu sama Allah katanya. "Teguran ini mah, Bena." Aku pribadi hampir setuju dengan pemikirannya, tapi di samping itu kita juga tidak tahu kan, apa benar begitu atau kejadiannya saja yang ngepas banget, terus dia jadi berpikir seperti itu. 

Unik mereka, tuh. Ya Allah, gemes aku jadinya. Semoga pernikahan kalian dilancarkan dan diridhai Allah. Amin. Jadi Syawal nanti aku bisa kondangan, deh. 😊


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

What, Spalaso, Itu Makanan?

 Bismillahirrahmaanirrahiim


Well, dari sekian Purnama tak muncul, akhirnya nampak lagi, laa~.πŸ˜™

Jadi, ini kisah seorang gadis ya, gesss. Yupss, gadis kiyut bernama An An. πŸ˜†πŸ˜ΈπŸ˜„

Suatu pagi yang cukup mendung, An An merasa perutnya agak begah. Yaa, ada beberapa kendala, sih. Lalu gadis kelahiran tanah Bahira itu memutuskan untuk duduk sejenak, berpose ala meditasi sembari menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Ia lakukan itu beberapa kali sampai merasa lebih baik. Assyique! Nah, udah kerasa mendingan kan, ia berniat olahraga ringan setelah itu. Di depan asrama yang ia tinggali, ada lapangan kecil tuh, cukup lah buat berjalan santai memutari lapangan. Eaaa, bukan sedang dihukum, ya. Kondisinya sedang sepi, jadi An An pede aja. Next, fifteen minutes later, dia melakukan gerakan-gerakan peregangan lalu selonjoran. 25 menit-an cukup lah ya, dari adegan muter lapangan sampe selonjoran gitu? Cukup dong, hahaii. 

Hmm, abis olahraga minum air putih dia. Eh, laper deh. Wadidau, pengen masak makanan dengan bahan seadanya ala anak kosan dong, si An An. Sambil mikir, gadis kiyut itu memperhatikan keadaan sekitar. Yups, di depan matanya ada setoples bawang merah goreng, sosis ayam siap makan, labu yang ia beli di supermarket kemarin (level supermarket emang beda, labunya dibungkus pakai plastik wrap, euyy), kerupuk seblak rasa original (lah, katanya seblak, kok original, nggak pedas?) dan beberapa bahan lainnya. Wewewewww, ada apa lagi sih? Oiyyaa, dia masih punya spagetti, cuy. 

Pagi-pagi, suasana sepi, harus menciptakan sesuatu yang bikin hepi, nih. Kok sepi, penghuni asrama lainnya pada ke mana? Ke mana lagi weekend gini kalau bukan semedi di alam mimpi. Awokawokawokkkk. 

Skuyy lah, mending masak aja. Gaskeuuuun! 

An An merebus spagetti dulu pemirsa, sambil menunggu matang ia membersihkan kulit labu, mebuaang getahnya dan memotongnya kecil-kecil (bentuknya seperti stick gitu, yaa sesuai selera aja, mau dibuat dadu, diserut pakai serutan sayur or dicetak setengah bulat pakai kerokan buah juga boleh). Next, dia pergi ke wastafel untuk mencuci labu dan bawang putih. Sepulangnya dari sana, magic comnya sudah mengepul dong kayak sepur, tapi nggak bunyi tuut-tuut. Nggak, lah. Wedehh, ada yang sudah matang, nih. Matikan magic com lalu tiriskan spagettinya, deh. 

Then, panaskan minyak secukupnya, lalu tumis bawang putih. Setelah itu An An masukan potongan-potongan labu ke dalam inner cooking pan, menaburkan bawang goreng siap saji dan sedikit kunyit bubuk. Tutup dah tuh, magic comnya. Sambil menunggu An An memotong-motong sosis ayam siap saji buat tambahan topping masakannya. Sekitar 2 menit, An An menambahkan sekitar 200 mili air (disesuaikan saja dengan kebutuhan dan selera, mau banjir apa becek, wkwkwkwk) dan beberapa keping kerupuk seblak (kerupuknya sudah siap makan gess, cuma An An juga nggak tahu kenapa, iseng aja gitu, pengen nambahin itu ke masakannya, kalau nggak suka ya, nggak usah sis, ahahaii). Oh iya, thydak lupa juga ia menambahkan bawang goreng, saus sambal, garam dan penyedap jamur secukupnya. Eittt, sama si spagetti dan sosis juga sobat, bahaya kalau sampai ketinggalan. Aduk rata,  kemudian tunggu sampai matang, deh. 

A few minutes later, mateng deh tuh. The food ready to be served



Ini dia santapan sederhana ala anak asrama. Wawawawaaa... diberi nama apa, ya? 

Ahha! Spalaso! Spagetti labu sosis! Asyiqueee, bahagianya tiada tara. 

Alhamdulillah yaaa, bisa untuk lauk sarapan pagiii. πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ˜‡ 

Yoyoy, berikut kisah An An di pagi hari memasak labu sosis dan spagetti. Sampai jumpa di lain kempatan lagi ya, sobiiii. πŸ˜™πŸ˜‰




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS