Diberdayakan oleh Blogger.
Seal - Gaia Online
RSS
Container Icon

Mata kail

Sampai kapan kemampuan itu tersembunyi?

Yang mana?
Garang aku menyentaknya,
mata kiriku berair
Napas mulai tak karuan
Berusaha memadapkan percikan api
Kakiku mundur perlahan

Tersenyum sinis
Lalu tatapanya melembut

Tenanglah
Ini hanya sesuatu yang sepele

Sepasang bola mata terus memandang tanpa berkedip
Mengatakan sepele seenaknya, batinku

Kau memiliki mata kail istimewa
Belum melemparkannya ke air,
ikan-ikan pun sudah mendekatimu
Kau dan mata kail adalah satu
Aura kalian membawa aroma surga
Ikan mana yang tak mau melewatkannya

Menunduk
Kau berlebihan, intonasiku layu
Tanpa suara jiwaku mengamini

Masih terbayang kah trauma konyolmu?
Apa yang kau pikirkan sekarang?

Aku hanya sedikit takut,
mungkin akan terus bertambah

Berbagai model topeng kugunakan untuk menutupinya
Mereka bergerak sendiri tanpa ada komando
Melayang begitu saja

Takut akan ikan-ikan itu?
Tapi kau menginginkannya
Hanya memperhatikannya dari kejauhan
Berapa lama lagi kau mengendap-endap seperti ini?

Kau menyuruhku,
padahal tahu aku tak bisa
Dulu memang aku menyantapnya
Karena ibu yang menyuapi
Sekarang aku makan makananku sendiri

Aku tahu rasanya seperti apa
Tapi lidah tak menerimanya lagi
Alasan yang entah tak kuketahui
Sejak kapan seperti itu, aku pun tak ingat

Tak bisa namun kau menginginkannya bukan?
Iri karena yang lain dapat menikmatinya dengan bebas

Tersurat dan tersirat melebur
Cerita kita terbelah, sekarang

Kalau begitu, nikmatilah kue kedelai kesukaanmu
Di luar negeri sana mungkin akan sulit mendapatkannya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jalan Setapak

Masuk saja
Jalan setapak di hatiku, boleh kau melewatinya
Silakan
Tapi penerangan di dalamnya belum begitu bagus
Terkadang redup
Kadang sinarnya cerah 

Bawalah lampu
Kalau ada, yang terang-benderang
Namun pancarannya menyejukkan saat kau melangkah di dalamnya
Aku senang jika lampumu dapat menyinari hatiku
Kalau mungkin, jadikan ia penerang tetap 

Hati-hati...
Maaf terlalu banyak aku memberi tahumu
Tertanam beberapa ranjau
Aku tak tahu mengapa mereka bersarang di sana
Hati-hati melangkah
Ledakan bisa terjadi kapan saja
Bila itu menjadi kenyataan
Sungguh akan menyakitiku
Dan aku tak bisa mengungkapkan bagaimana sakitnya
Seni merangkai kata
Aku sedikit kesulitan 

Seseorang pernah melewatinya
Hanya lewat
Atau tersesat?

Di tangannya,
ia bawa sebuah lukisan indah
Aku menyukai lukisannya
Karena itu aku menyukainya
Aku mulai belajar untuk lebih menyukai-Nya 

Ia melantunkan nyanyian agung
Suara merdunya menjadikan jalan di hatiku lebih terasa hidup
Melodi itu, aku terpesona
Begitu pula dengan si empunya
Aku semakin jatuh hati dengan-Nya 

Begitu banyak papan bertuliskan pertanyaan di jalan
Dengan bijak ia berikan jawabannya
Akal dangkalku, langsung mencernanya dengan baik
Aku menyukai jawabanya
Suka sekali 

Ajaib
Bunga-bunga cantik nan harum bermekaran di jalan hatiku yang gersang
Wanginya pun sampai ke otakku
Bahkan memenuhinya
Ia berhenti sejenak,
lalu menuliskan beberapa kata
Jalan di hatiku bergetar seketika
Aku mengagumi kata-katanya

Jalannya bergetar lagi
Getaran menjadikan tubuhnya tidak stabil
Ia terjatuh

Ahh!
Ranjaunya meledak
Terkejut
 
Bukan hanya karena sebuah ledakan
Tapi...
Sosok di sana,
ia mengepakkan sayapnya dan menghindar
Sayap?
Bagaimana mungkin?

Syukurlah ia tak apa
Ledakannya tak begitu besar
Syukurlah
Ia masih mengepakkan sayapnya,
tersenyum ke arahku
Lalu menghilang perlahan 

Bergeming
Barusan itu apa?
Apakah kehilangan yang sekarang aku rasakan?
Entahlah
Sepertinya aku belum mampu memecahkan kode-kode
Belum dapat mendeteksi sinyal rasa dengan baik

Maaf
Sejarah di jalan hatiku agak rumit
Tapi hingga saat ini aku tidak merasakan apapun karenanya
Seolah hambar

Silakan
Kau boleh melewatinya
Semoga kau tak salah langkah

Kalau kau berhasil
Boleh kah aku mengabadikan namamu sebagai nama jalan di hatiku?
Karena sampai saat ini ia belum mempunyai sebuah nama

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS