Diberdayakan oleh Blogger.
Seal - Gaia Online
RSS
Container Icon

Tersembunyi: Suara-Suara yang Sengaja Dihilangkan



Malam yang sunyi, padang pasir yang kering, bagaikan semua suaranya sengaja dihilangkan. Sepi di tanah yang gersang. 

Benangi, yang penting bagi Kirara adalah hatinya. Bisa saja luka itu tersembunyi di tempat yang sangat dalam. 

Semakin berpaling karena ia tak ingin melihatnya, di dalam hati juga bergerak, ke tempat yang lebih dalam. 

Daripada menjadi sakit dan menjengkelkan jika terus terlihat, sehingga lebih baik disembunyikan saja.

Berharap ada seseorang yang dapat mendengarkan rintihan sakit yang ia rasakan, meski hanya sekali saja, karena tidak ada orang yang benar-benar ingin sendirian.

Tapi, kehangatan hati pasti dapat ditemukan. 

Agar tempat ini tidak menjadi lebih dingin. Agar tidak menjadi kering. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Api, Darah dan Benih Kebahagiaan

Aku mencintaimu seperti api, yang terus berkobar di dalam sanubari.
Aku mencintaimu seperti darah, yang mengalir di setiap nadi.
Aku mencintaimu seperti benih, yang terus tumbuh berkat kebahagiaanmu.
Aku hanya ingin terus mencintaimu



Meski belum dapat memecahkan cermin keabu-abuan Kaguya di sana, tapi di sini aku cukup mendapatkan kebahagiaan dan keindahan di kala Ajisai itu merekah, Ryu-san.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sama-sama

Bukan siapa-siapa
Belum jadi apa-apa
Lantas, bagaimana? 

Yang dilakukan hari ini,
bukanlah apa-apa
Didasari perasaan memiliki sesuatu yang lebih, kah? 

Bukan
Bukan karena perasaan,
tapi kewajiban
Tanggung jawab 

Kata-kata yang mengatakan itu baik
Kesombongan, kah?
Tidak
Tujuannya bukan itu
Melainkan pelajaran
Perenungan 

Yang mengatakan pun masih berusaha,
berusaha mempelajari untuk paham
Berusaha merenung agar sadar
Sama-sama sadar
Sama-sama memperbaiki
Membenahi apa yang perlu dibenahi


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kantuk Kerinduan

Berat.
Tubuh ini begitu lemas,
mataku lelah,
ingin rasanya terpejam sedikit lebih lama. 

Hari ini lebih sejuk dari biasanya.
30° celcius.
Sementara kemarin, mencapai 35°.
Apa itu sebabnya aku mengantuk? 

Tapi, biasanya helai kantuk muncul karena ada angin yang berembus.
Apakah itu kau, angin kerinduan?
Benarkah? 

Diam-diam kau merayap masuk ke jendela hatiku, ya?
Mungkin ini sebabnya aku mengantuk. 

Kantukku adalah kantuk kerinduan.
Mimpilah tempat di mana aku akan berjumpa,
berjumpa denganmu yang kurindukan. 





Jakarta, 15 November 2019

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perdamaian Dunia Menciptakan Kesejahteraan Umat Manusia


Annisa Ratna Pratiwi
A.    Islam Rahmatan lil ‘Alamin
Pemikiran atau konsep lahir dari konteks zamannya. Demikian pula dengan gagasan Islam Rahmatan lil ‘Alamin ini. Secara bahasa, kata Islam berasal dari kata salama yang berarti damai, kemanan, kenyamanan dan perlindungan.[1]
Istilah Islam rahmatan lil ‘alamin merupakan istilah yang bersumber dan tercantum dalam Alquran (building in Islam), yakni dipetik dari salah satu ayat yaitu, “Wa Maa arsalnaaka illaa rahmatan lil-‘aalamiin (Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk [menjadi] rahmat bagi semesta alam).”[2] Allah swt langsung yang memberikan istilah tersebut untuk menyebut sebuah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.[3]
Islam adalah agama rahmatan lil’alamin, artinya agama Islam adalah agama terakhir yang diturunkan Tuhan semesta alam untuk mengelola seluruh alam dunia ini dengan penuh rahmat dan kasih sayang. [4]Menurut Muhammad Tahir-ul-Qadri dalam Fatwa tentang Terorisme dan Bom Bunuh Diri, “Seperti makna literalnya, Islam adalah pernyataan absolut tentang perdamaian. Dan sebagai agama, Islam adalah manifestasi damai itu sendiri. Islam mendorong manusia untuk menciptakan hidup proporsional, damai, penuh kebaikan, keseimbangan, toleransi, sabar, dan menahan amarah.” Dari kata salama menjadi yasaalamu, salaaman, dan salaamatan, serta kata turunan lainnya, yang di dalam Alquran menjelaskan bahwa setiap kata berasal, terderivasi, serta terkonjungsi dari kata Islam, secara esensial merujuk kepada pengertian damai, keamanan, dan kenyamanan.[5]
B.     Konsep Dasar tentang Konflik Perdamaian pada Zaman Islam Klasik
Konsep Islam yang berlebihan oleh negara-negara Barat sebagai ideologi yang gemar perang, dan masyarakatnya (kaum muslimin) dipandang sebagai penjajah yang degil muncul secara luas selama periode Perang Salib, walaupun sikap yang mewarnai pandangan ini tersebar lebih dulu dalam masyarakat Nasrani Eropa. Mereka tidak begitu mengetahui tentang Muhammad, Alquran, hukum Islam, cara-cara berperang, hubungan Internasional, termasuk membayar upeti, yang mana diperlakukan dari sudut pandang sistem hukum yang memperlihatkan agama dan pemikiran ahli-ahli hukum.
Ada beberapa konsep dan pengertian pokok yang mendasari pemikiran Islam terhadap konflik, perbedaan, perlindungan dan perdamaian. Sumber yang menyebutkan nama agama Islam, seperti halnya kata “muslim” yang dinamakan salam, dalam bahasa Yahudi “shalom”, “damai, sejahtera, sehat”. Pengucapan salam dalam Islam sebenarnya serupa dalam bahasa Yahudi: “shalom aleichem”, semoga damai dilimpahkan atasmu. Islam ketaatan sangat berhubungan erat dengan salam (salm, silm) yang berarti damai, bukan semata-mata karena ada konflik, namun sungguh-sungguh karena menunjukkan kesehatan dan kesejahteraan. Islam mengajarkan di setiap perjumpaan saling mengucapkan salam, “assalamu’alaikum”, memberikan makna damai bagi semua manusia. [6] Kata salam di dalam agama berasal dari akar kata yang sama seperti salam yang berarti damai. Islam adalah suatu agama yang damai. Kata seperti ini lebih digunakan sebagai suatu kata sifat dibanding suatu kata benda. Setelah Islam diadopsi sebagai sistem kepercayaan oleh perorangan atau suatu kelompok maka Islam menjadi suatu tindakan dan suatu gaya hidup, tunggal atau jamak, maskulin atau feminin. Salah satu dari turunan kata benda adalah al-silm, yang berarti pada waktu yang sama Islam dan damai. Al-salam (salam dengan artikel al) yang berarti damai atau tentram adalah salah satu dari 99 sifat yang dimiliki Tuhan.[7]
C.    Sejarah Islam dalam Membangun Peradaban dan Perdamaian
Nabi Muhammad saw yang hidup dan lahir di tengah-tengah jazirah Arab merasa sangat prihatin terhadap perilaku kaumnya. Mereka hidup terpecah belah, egoisme, dan barbarism. Oleh karena itu, dengan semangat pembaharuan yang beliau bawa pada masa awal penyebaran Islam, secara bertahap, beliau bersama para pengikutnya berhasil memporak-porandakan adat jahiliah yang menghamba pada berhala-berhala dan dewa-dewa. Sejarah juga mencatat, cahaya Islam mampu menyadarkan manusia untuk menghilangkan strata sosial yang membawa pada primordialisme, kolonialisme, dan perbudakan.
Dengan cara dan metode yang baik, beliau mampu membawa umatnya pada nilai-nilai kemanusiaan yang anti kekerasan dan mencintai perdamaian. Tidak banyak waktu yang diperlukan Muhammad dalam menyampaikan sendi-sendi ajaran agamanya (Islam) ke seluruh dunia. Sebelum wafatnya (pada usia yang ke-63), Allah telah menyempurnakan agama ini bagi kaum Muslimin.
Karen Amstrong, mantan biarawati Katolik dalam bukunya A History of God: The 4,000 Year Quest of Judaism, Christianity and Islam, mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang jenius yang sangat luar biasa. Tatkala wafat pada tahun 632 M, dia telah berhasil menyatukan hampir semua suku Arab menjadi sebuah komunitas baru, atau ummah. Dia telah mempersembahkan kepada orang-orang Arab sebuah spritualitas yang secara unik sesuai dengan tradisi mereka. Ia yang membukakan kunci bagi sumber kekuatan yang besar, sehingga dalam waktu seratus tahun mereka telah mendirikan imperium sendiri yang luas membentang dari Himalaya hingga Pirenia, dan membangun sebuah peradaban baru yang unik dan modern.[8]
D.    Pentingnya Hidup Damai sebagai Masyarakat/Bangsa untuk Dunia
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yakni berasal dari keturunan yang sama yaitu Adam dan Hawa. Semua manusia sama saja derajat kemanusiaannya, tidak ada perbedaan antara satu suku dengan suku lainnya. Kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal dan dengan demikian saling membantu satu sama lain, bukan saling mengolok-olok dan saling memusuhi antara satu kelompok dengan lainnya. Allah tidak menyukai orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kekayaan atau kepangkatan karena sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Karena itu berusahalah untuk meningkatkan ketakwaan agar menjadi orang yang mulia di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang lahir maupun yang tersembunyi, Mahateliti sehingga tidak satu pun gerak-gerik dan perbuatan manusia yang luput dari ilmu-Nya.[9]
Dari sini dapat kita ketahui bahwa, perbedaan merupakan fakta hidup, baik beda bangsa, suku, ras dan budaya bukanlah bahan dan panggung untuk melakukan pertentangan maupun perselisihan, hal ini pun belaku pada perbedaan agama.
Lalu, apa yang Islam katakan dalam kaitannya dengan hubungan internasional yang didasarkan pada keadilan dan sarana untuk membangun perdamaian? Dalam Alquran, Tuhan Maha Kuasa menjelaskan bahwa sementara latar belakang kebangsaan dan kesukaan kita bertindak sebagai sarana identitas, mereka tidak berhak atau memvalidasi bentuk superioritas, apapun bentuknya (QS. Al-Hujurat [49]: 14).[10]
Hubungan antara pluralitas kehidupan keberagaman dan ajaran toleransi dalam Islam pun harus sedapat mungkin dicermati sebagai kenyataan sosiologis, dan tidak dipandang sebagai adanya pertemuan dalam masalah-masalah teologis.[11] Dalam dimensi sosial, pentingnya memelihara dan meningkatkan perdamaian bangsa dan dunia, setidaknya berkaitan dengan 4 (empat) hal, yaitu:
1.  Perkembangan dunia modern yang menunjukkan bahwa perdamaian lebih penting dari sebelumnya. Globalisasi ekonomi dan semakin meningkatnya mobilitas, komunikasi, integrasi dan interdependensi, perpindahan dan persebaran penduduk, yang berubah merupakan jembatan dalam menjalin komunikasi dan kerjasama antarsesama manusia;
2.      Toleransi diperlukan antara orang-seseorang, keluarga dan panguyuban. Promosi toleransi dan pembentukan sikap keterbukaan, saling mendengar dan solidaritas;
3.      Persamaan hak hidup dan Ras, untuk menjamin persamaan harkat dan hak-hak seseorang dan kelompok, terutama berkaitan dengan perlindungan hukum dan sosial baik mengenai perumahan, pekerjaan, kesehatan, menghormati keaslian kebudayaan, memberi kemudahan pada kemajuan dan integrasi sosial, terutama melalui pendidikan; dan  
4.  Studi-studi dan jaringan kerja ilmiah dilaksanakan untuk mengkoordinasi panguyuban internasional pada tantangan global sekarang ini, termasuk analisis oleh sains sosial mengenai akar permasalahan yang tejadi, oleh karena itu, penelitian yang dilakukan dapat mendukung tindakan pengambilan kebijakan dan penetapan standar oleh negara-negara terkait. [12]
Dari tulisan saya di atas, kita bisa menarik benang merah bahwa nilai-nilai perdamaian pada hakikatnya banyak termaktub dalam Alquran dan juga secara jelas diindikasikan dalam berbagai riwayat Hadis Nabi. Tidak ada satu ayat pun dalam Alquran, dan tidak ada satu Hadis pun yang mengobarkan semangat kebencian, permusuhan, pertentangan, atau segala bentuk perilaku negatif dan represif yang mengancam stabilitas dan kualitas kedamaian hidup. Alquran menegaskan bahwa Rasulullah saw diutus oleh Allah untuk menebarkan kasih sayang: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya [21]: 10). Zuhairi Misrawi menyatakan bahwa ada dua hal utama yang perlu diketahui dari ayat tersebut. Pertama, makna rahmatan; secara linguistik, rahmatun berarti kelembutan dan kepedulian (al-riqqah wa al-ta’aththuf). Kedua, makna lil’alamin; para ulama berbeda pendapat dalam memahami ayat ini. Ada yang berpendapat bahwa cinta kasih Rasulullah saw hanya untuk orang muslim saja. Tapi ulama lain berpendapat bahwa cinta kasih Rasulullah saw untuk semua umat manusia. Hal ini mengacu pada ayat terdahulu yang menyatakan bahwa Rasulullah saw diutus untuk seluruh umat manusia (kaffatan li an-nas). Sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan pula bahwa “Sesungguhnya saya tidak diutus sebagai pemberi laknat, tapi saya diutus untuk memberi rahmat.”
Islam yang rahmatan lil’alamin merupakan perwujudan dari nilai-nilai universal yang terkandung dalam pokok ajaran Islam, yakni Alquran maupun Sunnah Nabi Muhammad. Nilai yang mengedepankan keharmonisan, kedamaian, dan kemaslahatan bagi semua. Sehingga nilai-nilai itulah yang seharusnya diambil, dipahami, dan kemudian berusaha dipraktekkan oleh umat manusia pada umumnya, dan umat Islam pada khususnya.
Perdamaian harus menjadi kekuatan penuh untuk membangun peradaban manusia, terutama di era globalisasi ini. Perdamaian merupakan warisan tradisi yang sangat penting, menarik, dan patut dicontoh daripada warisan perang. Sebab dalam tradisi perdamaian yang ada adalah kebahagiaan, keharmonisan, serta kenangan yang manis dan indah antara pelbagai masyarakat dan agama-agama.[13] Budaya yang damai, agama yang damai, pasti akan menciptakan bangsa dan negara yang damai. Jika Negara-negara di dunia damai, maka terciptalah kedamaian dunia.

   
DAFTAR PUSTAKA

Agama RI, Departemen. 2009. Al-Qur’an dan Tafsirnya, Vol: 9. Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur’an dan Departemen Agama.
Ahmad, Mirza Masroor. 2013. Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian. Terjemahan Ekky Q. Sabandi. Yogyakarta: Neratja Press.
Ghazali, Adeng Muchtar. 2016. “Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif Islam” Religious.
Irawan, Deni. 2014. “Islam dan Peace Building”. Religi. Vol. X No. 2.
Misrawi, Zuhairi. 2010. Al-Qur’an Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan lil ‘Alamin  Jakarta: Pustaka Oasis.
Mubarak, Zakky. “Sejarah Nabi Muhammad (5): Membangun Peradaban Kemanusiaan”, https://islam.nu.or.id/post/read/85434/sejarah-nabi-muhammad-5-membangun-peradaban-kemanusiaan
Ramli, Muhammad Idrus. 2011. “Rahmatan Lil-Alamin dan Toleransi”, Islamia: Jurnal Pemikiran Islam Republika.
Rasyid, Muhammad Makmun. 2016. “Islam Rahmatan Lil Alamin Perspektif KH. Hasyim Muzadi”. Episteme. Vol. 11. No. 1.
Rohimat, Asep Maulana. 2018. Metodologi Studi Islam. Yogyakarta: Gerbang Media.
Yahya, Ismail “Islam Rahmatan Lil’alamin”, http://www,iain-surakarta.ac.id/?p=12750
 
 






[1] Ismail Yahya, “Islam Rahmatan Lil’alamin”, http://www,iain-surakarta.ac.id/?p=12750 (diakses 4 November 2019).
[2] Muhammad Idrus Ramli, “Rahmatan Lil-Alamin dan Toleransi”, Islamia: Jurnal Pemikiran Islam Republika,15 Desember 2011, h. 25.
[3] Muhammad Makmun Rasyid, “Islam Rahmatan Lil Alamin Perspektif KH. Hasyim Muzadi”, Episteme, Vol. 11, No. 1, Juni 2016, h. 101.
[4] Asep Maulana Rohimat, Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta: Gerbang Media, 2018), h. 4.
[5] Yahya, “Islam Rahmatan Lil’alamin”.
[6] Deni Irawan, “Islam dan Peace Building”, Religi, Vol. X No. 2, Juli 2014, h. 161.
[7] Irawan, “Islam dan Peace Building”, h. 162.
[8] Zakky Mubarak, “Sejarah Nabi Muhammad (5): Membangun Peradaban Kemanusiaan”, https://islam.nu.or.id/post/read/85434/sejarah-nabi-muhammad-5-membangun-peradaban-kemanusiaan (diakses 4 November 2019).
[9] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Vol: 9, (Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur’an dan Departemen Agama, 2009), h. 419.
[10] Mirza Masroor Ahmad, Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian, terjemahan Ekky Q. Sabandi, (Yogyakarta: Neratja Press, 2013)
[11] Adeng Muchtar Ghazali, “Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif Islam”, Religious, I, 1 (September 2016), h. 32.
[12] Ghazali, “Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif Islam”, h. 32.
[13] Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan lil ‘Alamin, (Jakarta: Pustaka Oasis, 2010), h. 334.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Upgrading Guru Bahasa : Guru Bahasa yang Kece Itu Seperti Apa, Sih?

Ehem, tanggal 31 Oktober kemarin, ada agenda Upgrading Guru Bahasa Madrasah Diniyah Takmiliyah di pesantrenku loh, readers

Semoga dengan menghadiri agenda tersebut, para peserta akan mendapatkan berkah dari Allah swt. (es-we-te) dan menjadi guru bahasa yang kece (maksa banget rima kalimatnya, thor, author). 

Well, entah tergolong karya tulis apa, but for me, ini adalah ringkasan or catatan (author of this blog) dari materi Syekh Murod Al-Adni Al-Yamani yang ditulis dengan free style.

FYI (for your information), author itu bukan sosok yang bergaya formal, jadi maaf-maaf ya guys, kalau model tulisannya beraroma informal, gitu. 

Kurang lebih begini isinya, readers :)
Have    a    nice    reading

~~~

- Untuk mengajarkan bahasa, tentukan metode dan modul sesuai dengan kondisi peserta didik, apakah mereka itu pemilik bahasa (misalnya, orang Arab yang belajar bahasa Arab) atau bukan (orang asing yang belajar bahasa Arab). 

Jelas beda kan, orang Arab yang belajar bahasa Arab, dengan orang Indonesia yang belajar bahasa Arab? Nah, yang seperti itu harus diperhatikan, readers (seperti engkau yang tak luput dari perhatiannya, eakss). 

- Pembelajaran bahasa itu disesuaikan dengan level kemampuan peserta didik (ya iya lah, kalau anak yang sudah lumayan mahir berbahasa Arab, kelasnya digabung sama anak yang baru belajar huruf hijaiyah, kayak bayi yang baru belajar merangkak, jalan bareng remaja yang pandai berlari, kalah dah, tuh bayi).

- Bahasa dipraktikkan dalam percakapan sehari-hari (di lingkungan kelas, maupun lingkungan hidup), guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal, karena goal bahasa adalah berbicara.

- Membuat ujian dari KBM materi bahasa, guna evaluasi pembelajaran.

_________________

Mata ajar bahasa terdiri dari:
1. Suara (pelafalan)
2. Kosa kata
3. Susunan kalimat

Kompetensi berbahasa adalah:
1. Mendengarkan (listening/إستماع)
2. Berbicara (speaking/كلام)
3. Membaca (reading/قرأة)
4. Menulis (writing/كتابة) 

- Dalam mempelajari bahasa, dibutuhkan pula pengetahuan seputar budaya dari tempat bahasa itu berasal. Loh, memangnya untuk apa?

Begini readers, setiap bahasa itu mempunyai istilah (baik itu seputar kuliner, kesenian, dll) yang berbeda. Seperti istilah "Tari Saman", bila diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah Saman Dance. Oke, dance artinya tari. Bagaimana dengan Saman, bahasa Inggrisnya apa? Ya, Saman saja, karena itu adalah nama sebuah tarian yang berasal dari Aceh, Indonesia. 

- Ketika belajar bahasa, harus punya keinginan agar bisa berbahasa. Sedangkan sebagai pengajar bahasa, harus mampu menumbuhkan minat belajar para murid, untuk belajar bahasa yang akan diajarkan. 

- Pembiasaan berbahasa yang digunakan dalam belajar bahasa bisa dilakukan dengan; bicara saja dahulu, tanpa memedulikan salah atau benar ("yang penting ngomong dulu" sebagai praktik berbicara/speaking), serta memperhatikan bagaimana native speaker berbicara (bisa melaui pemutaran video dari youtube, kaset rekaman, dll). 

- Memberikan perhatian kepada peserta didik yang merasa bosan di dalam kelas, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, meminta menuliskan jawabannya di papan tulis, games, atau kegiatan apapun yang membuat mereka bergerak (rasa bosan biasanya timbul karena kurang gerak maupun kegiatan/sesuatu yang monoton). 

- Posisi pendidik di dalam kelas adalah sebagai orang tua, harus mengayomi anak-anaknya, memerhatikan, menyayangi, tidak pilih kasih. 

- Pendidik yang sukses adalah yang memfungsikan peserta didiknya dalam KBM, entah meminta untuk membaca percakapan, mengerjakan soal di papan tulis, memberikan pertanyaan, dll, sehingga suasana kelas menjadi hidup. 

- Pendidik yang baik pastinya tidak sekadar duduk di kursinya sambil membacakan materi yang tertera di dalam buku. Selain membuat suasana kelas membosankan, guru yang hanya duduk itu seperti seorang Raja yang duduk manis di singgasananya (ini hanya gambaran, bukan berarti seorang Raja hanya duduk-duduk saja loh, readers). Kalau begitu, bisa-bisa sang peserta didik akan mengatakan, "Wahai Tuan Guru, sebenarnya Anda sedang berlakon di drama kerajaan atau sedang mendidik dan mengajar kami, sih?" (hehe, itu imajinasi author saja, maklum, author kan memang gemar menulis cerpen) 

- Pendidik harus mempersiapkan dan memahami materi sebelum mengajar di kelas (jangan sampai sang pendidik belum memahami materi yang akan diajarkan, maka dari itu dipelajari terlebih dahulu). 

- Biasakan mengecek peralatan tulis peserta didik, papan tulis sudah ditulis tanggalnya, memaparkan poin-poin materi ajarnya apa saja, agar terbiasa rapi dan menjadi kebiasaan untuk kedepannya. 

- Jangan membandingkan kemampuan peserta didik satu dengan yang lainnya, karena itu akan membuatnya tidak merasa nyaman, bahkan ada yang merasa direndahkan, tapi kalau membandingkan kadar semangat peserta didik di kelas (kondisi semangatnya kemarin dan sekarang) itu tidak apa-apa, sebagai introspeksi, "Kok kemarin kamu rajin tapi sekarang lemas begini?", sehingga diharapkan peserta didik itu akan berpikir "Oh iya ya, berarti di pertemuan berikutnya harus lebih semangat".

- Metodologi dan Teknik Mengajar

Metodologi adalah bagaimana cara memilih, menata materi ajar, dan mengajarkannya kepada murid.
Teknik yakni, dengan atribut apa guru  menyampaikan materi ajar pada murid (papan tulis, proyektor, spidol, dll). 

- Cara belajar langsung yaitu, mengajar bahasa dengan menampilkan objek dan memberitahukan apa nama objek tersebut dalam bahasa yang dipelajari (misalnya, menunjukkan botol, lalu memberitahukan bahwa bahasa Inggrisnya adalah "bottle").

- Bagaimana cara menyampaikan 3 materi ajar sebagaimana sudah disebutkan di atas? 

1. Yang pertama dipelajari adalah suara, di mana peserta didik dapat mendengar dengan benar, bagaimana sebuah kata itu diucapkan (tahu dari mana tempat keluarnya suara), bisa dengan mengamati bentuk mulut pendidik/melihat video tentang cara pelafalan dan membedakan huruf satu dengan yang lainnya dari native speaker/نَاطِقٌ). 

2. Memilih kosa kata yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Untuk pemula, pilih kosa kata yang ringan, familiar dan digunakan sehari-hari (dengan cara membahasnya sesuai tema, kosa kata- kosa kata seputar sekolah, dapur, kamar mandi, dll). 

Sedangkan untuk level selanjutnya, bisa menggunakan kosa kata yang (bisa dibilang) lebih tinggi, sesuai kebutuhan pembahasan materi. 

Menyampaikan kata dengan sinonim dan antonimnya, ataupun menunjukkannya dengan gambar/ekspresi, tanpa menggunakan terjemahannya, guna membiasakan berbahasa dengan bahasa yang dipelajari (Arab, Inggris, dll). 

Menjelaskan kosa kata yang cocok digunakan untuk menyusun sebuah kalimat (karena setiap bahasa memiliki susunan kalimat/ tata bahasa yang berbeda). 

3. Sebaiknya, dalam memaparkan kosa kata,  dibarengi dengan contoh kalimatnya (misalnya, sister: saudara perempuan >> Nuriel is my sister: Nuriel adalah saudara perempuanku), agar peserta didik dapat memahami kosa kata tersebut beserta kalimatnya. 

Nah, untuk sebuah ungkapan seperti "don't mention it" (jawaban dari thank you, yakni "sama-sama") itu jangan diartikan secara harfiah. Mengapa demikian? Karena bila diartikan satu-persatu jadinya: don't (jangan), mention (sebutkan) it (itu). Oleh karena itu, artikan saja "sama-sama". Contoh lainnya "سُبْحَانَ الله", yakni sebuah ungkapan yang diucapkan saat melihat sesuatu yang mengagumkan atau takjub. 

Belajar bahasa itu dengan kaidah atau tata bahasa secukupnya saja, tapi kalau mempelajari tentang bahasa adalah mempelajari seputar kaidah-kaidah atau tata bahasa lebih dalam lagi. 

Gunakanlah susunan kalimat yang pendek (agar mudah dimengerti peserta didik). 

Suasana agenda aaa...

_____
Kurang lebihnya seperti itu readers. Meskipun ada berberapa contoh yang author karang sendiri, (author lupa, kata-kata maupun istilah Arab yang dicontohkan pemateri itu bahasa Arabnya apa, jadi author menggantinya dengan kata-kata atau istilah berbahasa Inggris) tapi insyaallah maksudnya tetap sama. Wallahu'alam. 

Begitulah, author hanya manusia biasa yang terkadang bahkan sering lupa dan tak luput dari dosa. Mohon maaf atas segala kekurangan, terima kasih banyak sudah berkunjung... 

Have a blessed friday... 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Di Manakah Letak Ilmumu? (Edisi Cinta Damai)

Ilmu yang letaknya dalam hati, mewariskan tawadu' wara'. 

Dengan ketawadukan, sesorang tidak akan mudah terprovokasi, hatinya tenang, pikirannya matang. 

Bahasa sikap, lebih fasih, lebih nyaring, daripada sekadar ucapan. 

Bahasa kasih sayang, bahasa kesantunan, ialah bahasa yang dapat diterima di tengah-tengah masyarakat. 

Sesorang yang melazimkan ilmu, selalu mengistimewakan adab. Ilmu yang dimiliki itu bagaikan garam (sedikit, sebagai penyedap) sedangkan adab adalah tepungnya. Tepung memiliki takaran lebih banyak daripada garam dalam sebuah adonan kue, yakni adonan untuk membentuk pribadi (yang baik). 

Ilmu adalah rasa takut kepada Allah swt. Ilmu itu dengan pengamalan, praktik, sikap, bukan dengan orasi, teori, kepiawaian dalam berjidal (berdebat).  

Kebanggaan adalah mereka yang memiliki ilmu, mereka yang membawa kasih sayang, membawa kedamaian, rahmat, bukan kebencian dan kerusuhan. 

Sebagai santri, kita itu sebagai penyambung lidahnya Rasulullah, bukan penyambung lidahnya syetan. Kalau gemar memprovokasi, berarti penyambung lidahnya syetan. 

Ciri iman yang baru di mulut, belum masuk ke hati yakni, mencari-cari kesalahan orang lain, sibuk dengan kekurangan orang lain. 

Mengetahui kekurangan dan kesalahan orang lain itu bukan ilmu, tapi haram.

Ilmu didapat bukan dari prasangka, tapi dari ulama yang bersumber dari rasul (wallahu'alam).





Source:
Tausiah Habib Jindan (Malam Puncak SantriVersary @LapanganBantengJKT)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

It's Harder

It's harder when thee can't see through the thoughts.
Not that I wanna get in, but I want to see how thine mind works.
It's harder when they dunna what they've done.

Maybe I am too happy, to be impatient seeing the results.
That's hard enough for me who hasn't been able to solve the secret.

Alright, for the good, definitely need hard work,
for the better definitely need sacrifice,
for the best, definitely need sincerity and patience. 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

I was Happy to See You

This was just an ordinary story. A story about me who was happy to meet you, but half of my heart said, "Just so so. It's not a happy thing if only you feel that happiness. You deserve to be happy, but for that matter, you better feel so so." Huft, from that moment on, I had  tried to feel owt with an ordinary feeling, even if I could so I didn't feel owt.

Hmm, is that prevention, or fear? So, what do you think, my Chocolate Pudding? 😏


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Spicy Egg Blast

Bahan-bahan yang dibutuhkan

1. Telur rebus (untuk porsi ini, siapkan 13 telur)
2. 6 siung bawang merah
3. 2 siung bawang putih  
4. Minyak goreng
5. Garam
6. Kecap
7. 5 buah cabai setan
8. 1 buah tomat
9. Penyedap rasa

Ok gaes, jadi gini ceritanya. Upacara masak-memasaknya pakai gaya short story mode on, yak! ;)

Hari Jum'at, hari di mana menu makan siang di asrama adalah nasi dan telur masak manis. Hmm, kamar sebelah tuh ya, gak doyan, apa? Sekotak lauk, telurnya masih utuh begitu. Ya sudah, daripada mubadzir, mending dimasak ulang. 

Yuna dan Iska kebetulan mau berbelanja ke pasar, sekalian beli bumbu buat masak telur, deh. 

Hari semakin sore, mereka ternyata kelamaan bertapa di bank sebelum ke pasar. Akhirnya, rencana ke pasar gagal. Daripada gak belanja sama sekali, mending mampir ke super market. Mereka pun pulang membawa buah tangan sekantung plastik cabai, bawang putih, dan sebuah tomat dengan ukuran agak besar. Ups, ada beberapa buah mie instan cup juga, katanya mumpung lagi promo. Sepuluh ribuan, dapat tiga cup. Aduh wanita, paling senang kalau berjumpa dengan barang-barang promo. Aku juga, sih.

Bakda shalat Maghrib berjamaah di masjid, waktu yang tepat untuk memasak. Memasak apalagi, kalau bukan telur tadi siang. Mereka seperti bayi-bayi yang harus diselamatkan dari keranjang suci. 

"Is, ada martil, gak?" tanyaku sambil melipat mukenah. 

"Buat apa, Teh?"

"Buat numbuk bumbu, aku lagi males cuci cobek, nih."

"Ya Allah..., sudah bersih cobeknya, ngapain numbuk pakai martil?" Nada bicaranya nggak bisa nggak kaget gitu, tah? Ya, memang nggak lazim, sih. 

"Bukan gitu, maksudku males nyuci setelah dipakai, loh...."

"Ih! Aku aja yang nyuci. Numbuk pakai martil sih, gimana?"

"Ya, habis bawang dkk dicuci bersih, dimasukin ke plastik kiloan, dong. Aku kan punya banyak...."

"Terus ditumbuk-tumbuk pakai martil, gitu?" Elma nyamber, udah kayak petir aja. 

"Biar kugoreng dulu, telurnya." Iska memanaskan minyak goreng, lalu mempersiapkan telurnya. 

Well, sambil telurnya digoreng (telur menu asrama kan direbus, biar ada nuansa gurih nyoi, digoreng sebentar, lah), efisiensikan waktu dengan menghaluskan para bawang, cabai dan tomat, ya! Bagaimana caranya? Rahasia, dong. 

Nah, setelah telur diangkat dari minyak panas, gantian si bumbu yang digoreng. Sampai tercium aroma harum sedap gimana gitu, tambahkan kecap, garam, penyedap, dan gula secukupnya, masukkan telur yang sudah digoreng tadi, dioseng-oseng, deh.

Tadda! Spicy Egg Blast is ready to serve

Gaes, kenapa judulnya "Spicy Egg Blast"? Sebenarnya nih, lidahku mood-moodan sama pedas. Terkadang, yang dibilang cukup pedas oleh "maniak cabe", aku masih doyan makan. Tapi..., kalau lagi malas or gak mood makan pedas, makanan yang tidak begitu pedas tuh, rasanya pedas di mulut. Nah, dengan cabai sebanyak itu (5 buah sebagaimana tertera di ingredients) mah, gak banyak kan? Aduh..., tapi lidah ini merasakan pedas yang sesungguhnya, gaes. Pas lagi uji rasa juga, telapak tangan tuh kerasa panas karena kena cipratan minyak berbumbu. Rasanya juga nge-blast, gitu. Meledak jeder, pedas dan panasnya. FYI nih, karena kepedesan, sampai-sampai diberi tambahan gula loh, wkwkwkwk. 

Oke, cukup sekian cerita masak-masaknya. Selamat mencoba menyelamatkan bayi-bayi kalian, yak! :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Just Like This



Menyukai sesuatu karena sebuah alasan, kemudian kau terlupa akan alasan tersebut dan benar-benar menyukainya. Itu hal yang cukup wajar. Menyukai sesuatu dapat bermula dari sebuah alasan maupun tanpa alasan apapun yang dapat kau kemukakan. It's just like this, kau menyukai sesuatu itu, karena kau menyukainya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dzikir Harian KH. Noer Ali Bekasi

 Bismillahirrahmanirrahim

Hai kawan-kawan sekalian, berjumpa lagi dengan new entry di blog saya. Kali ini, saya akan berbagi dzikir harian yang diamalkan oleh almaghfurlah KH. Noer Ali Bekasi. 

Hmmm, dari mana saya mendapatkannya? Saya dapat dari pengajian Ust. Nur Anwar Amin, beliau salah satu ustadz di Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi. Beliau sendiri mendapatkan ijazah tersebut dari putri almaghfurlah KH. Noer Ali.

Berikut dzikir yang diamalkan beliau:

Senin, membaca la hawla wala quwwata illa billaahil'aliyyil 'adziim (sebagai permulaan hari, yakni yang pada umumnya kita melakukan aktifitas kembali, setelah berlibur di hari Ahad).

Selasa, membaca shalawat, allahumma shalli 'ala sayyidinaa Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad (meminta pertolongan Allah).

Rabu, membaca istighfar, astaghfirullahal 'adziim (meminta ampunan Allah).

Kamis, membaca subhanallah wabihamdihi subhanallahil'adzim (bertasbih).

Jum'at, membaca "ya Allah" + doa, yakni berzikir dengan lafadz "ya Allah" yang setelahnya bisa diikuti dengan do'a, do'a meminta kebaikan, meminta kemudahan, dan do'a-do'a lainnya (karena hari Jum'at adalah hari baik, hari dikabulkannya doa).

Sabtu, membaca tahlil, la ilaha illallah (kunci surga, sebagai celengan akhirat). 

Ahad, membaca ya hayyu ya qayyuum, la ilaha illa Anta, subhanaka inni kuntu minadzdzaalimiin (yakni do'a nabi Yunus ketika berada di perut ikan, dengan mengamalkannya, dapat kita jadikan sebagai penyejuk hati, agar mendapatkan kemudahan dari Allah).

Nah teman-teman, KH. Noer Ali mengamalkan dzikir hariannya tersebut dengan membacanya sebanyak 1000 kali. Kalau masih terasa berat, setidaknya dimulai dengan membiasakan membaca amalan tersebut sebanyak 7 kali di setiap harinya. Karena masih pemula, saya sendiri mencoba untuk membiasakannya sebanyak 7 kali dulu, teman-teman. Ok, selamat mencoba hal yang baik ini. Wallahu a'lam


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Galata Kulesi

Days by Days: Dua Misteri Masa Depan (Book 4)


"Masa depan itu ada dua, masa depan yang dekat dan masa depan yang jauh." Aku ingat betul perkataan abah, tapi sayangnya lupa kapan penjelasan itu dikatakan. Pas ngaji setelah Maghrib di masjid bukan, ya? Aduh, lupa nama pengajiannya, pula. 

Khansa sepertinya bikin cerpen baru. Klik status dan baca ceritanya, ah. 

"Bacanya sambil mikir-mikir maksud terselubung. Benar gak ya, yang kupikirkan?" dengan fitur "balas" dari status tautan blogspot itu, aku mengirimkan pesan pribadi kepadanya. 

"Eh, Emak. Tahu aja. Kayaknya dugaanmu benar," padahal aku juga kurang yakin. 

"Asyik..., selamat ya." Toh memberi selamat kan tidak ada salahnya. 

"Eh, apanya yang asyik, nih? Takut salah paham," pesannya diikuti dengan emot malu-malu. 

"Asyik apa ya? Gak tahu. Hehe."

"Emak masih di Trenggalek?" 

"Iya. Mau pulang ke Brebes tapi belum boleh mulu, nunggu 3 bulanan." Melahirkan di tempat mertua memang agak asing, tapi untunglah ibu dari suamiku sangat pengertian dan penyabar. Betapa beruntungnya punya dua ibu yang sangat baik. 

"Adaww, bakal rindu Pipin banget akutuhh." Anak yang satu ini memang seenaknya sendiri, kalau memberikan nama panggilan. Biar unyu-unyu katanya, tanda panggilan kesayangan. Ada-ada saja, kan? 

"Eh, kamu baca chat di grup?" Semoga dia baik-baik saja. 

"Baca. Makanya tautan blog yang sudah kukirim, langsung kuhapus." Khansa, paling hobi kirim emot pakai kacamata hitam, deh. 

"Sabar ya Neng. Tapi siapa tahu aja kamu yang dimaksud," nggak ketinggalan emot rotfl-nya. Bukan bermaksud mengejek loh, hanya menggoda saja. 

"Ya..., akumah ngefen sama dia, berdoa yang baik, semoga dia dan pasangannya kelak (siapapun itu) hidup berkah dan bahagia.... Dia orang baik, pantas mendapatkan yang baik...."

"Soswit banged si kamu hha."

"Ea ea... Salam buat dede shaleh, ya."

"My switi dah tidur pulas dan emaknya batuk-batuk terosss."

"Abis radang ya? Biasanya abis radang, batuk akutuhh." Oh iya, kemarin aku chat dia, tanya obat radang tenggorokan. 

"Nggak say, yang radang kemarin tuh suami."

"Owalah... daning mamake melu-melu bengek?" Untungnya cuma pesan Talktalk, kalau ngobrol langsung, malas dengar logat ngapak-nya yang nggak pantes itu. Dasar anak Jawa yang numpang lahir doang, hidupnya ya, di ibukota. 

"Lagi musime kayane. Perubahan cuaca, jadi banyak yang kena flu."

"Yaudah, Pipin istirahat. Doain aku ya, semoga akhir tahun ini... *angkat tangan mode khusyuk doa dalam hati. :)"

"Semoga semakin terang benderang. Amin, apapun doanya, aamiin ya Rabb."

Aku jadi teringat ceritanya tentang tiket menara Galata yang diberikan pria itu kepada Khansa. 

"Pipin aku ke bawah dulu ya," kebetulan kami sekantor, "Mau ke pos keamanan, ambil paketan." Dan kantor kami berada di lantai 2.

"Paketan mulu nih."

"Tapi bukan paketan kayak biasanya," ia pun berlalu. 

Hmm, nggak seperti biasa? Bukan belanjaan online, dong? Raut wajahnya sumringah sih, tapi kok kayak ditahan gitu, ya? 

"Pipin aku malu. Tapi jangan ngetawain aku juga, ya?" Pasti dia begitu, "Aku seneng, tapi harus biasa aja, gak boleh ge-er."

"Echiye..., paketannya spesial, ya?"

Berhubung beberapa teman kami bersekolah di luar negeri, Khansa minta oleh-oleh pasir pantai, dedaunan kering ataupun bebatuan kepada salah satu dari mereka yang ingin pulang ke tanah air. Mau dibuat kreasi, spesial ala negeri nan jauh di sana. Dari negeri mana saja, yang penting luar negeri. 

Karena Mr. X yang ia mintai tolong tidak bisa membawakan pesanan tersebut, sebagai gantinya, pria itu memberikan beberapa hadiah kecil, salah satunya adalah tiket menara Galata. 

Sejak SMA, Khansa senang dengan hal-hal yang berbau Turki. Tidak berlebihan juga sih, cuma iseng. Dia membuat cerpen dengan setting Turki berikut cuplikan dialognya, itupun sekadar hobi. Tapi kali ini, kebahagiaan mana lagi yang mau ia dustakan coba, setelah mendapatkan tiket menara Galata itu? 

Galata kulesi? Galata tower? Oh dear, I dunna what was in your oun mind and what was you thinkin' about. But I think you was happy enough.
 
Sang pemberi paket memang tidak menuliskan apapun kecuali nama serta alamat penerima dan pengirimnya, tapi ia berkata "Gelecek ablam inşallah," di pesan pribadi setelah Khansa mengucapkan terima kasih karena paket tersebut telah ia terima. 

Aku sempat kaget dengan arti pesannya. Walaupun tidak paham betul dengan bahasa Turki, tapi sepertinya aku tahu maknanya. Khansa pun tahu, bahwa gelecek adalah masa depan atau suatu saat di waktu yang akan datang, sedangkan ablam berarti panggilan kakak perempuan atau bisa dibilang "Mbak". Khansa bisa sedikit-sedikit percakapan dengan bahasa Turki, tapi alakadarnya. Sebatas salam, ataupun percakapan untuk dialog di dalam cerpennya. 

Kalau hanya sebaris kalimat begitu, penafsirannya aku masih ngawang-ngawang. Bisa diartikan "Insyallah kamu (pr) adalah masa depanku" atau mungkin "Semoga kelak kau dapat mengunjunginya". Kurang lebihnya wahua a'lam, tergantung bagaimana konteksnya juga, sih. Tapi harapanku, keduanya adalah arti yang dimaksud si pemberi pesan. Manis sekali bukan? Masa depan bersamanya dan berkunjung ke menara Galata, pula. 

Setelah prosesi lamaran, dulu Khansa pernah iseng bertanya, "Pin, kalau menikah nanti, kira-kira kamu mau pernikahan yang kayak gimana?" 

"Yang simpel aja," jawabku singkat, "Semampunya suami aku. Kalau kamu?"

Tanpa perlu lama berpikir, ia langsung menjawab, "Sederhana aja, yang penting para tamu disambut dengan baik, bisa makan suguhan halal dan enak." Setuju banget soal makanan enak. Hmm, sesuatu yang enak nggak mesti mahal, kan? 

"Oh ya, kalau suatu saat nanti kamu beneran diajak mampir ke Galata?" 

"Ke Galata kok mampir," ia melepas kaca matanya (bukan silinder, minus ataupun anti radiasi, itu kacamata imitasi, hanya dipakai kalau sedang bekerja di depan layar komputer) "Kayak ke Pasar Impres aja." 

"Barangkali. Rezeki mah, siapa tahu."

"Kalau gratisan, mau. Kalau bayar, mending ditabung buat biaya pendidikan anakku nanti. Ya, kalau umurku sampai, itu juga. Kalau ada umur dan kelebihan rezeki, boleh lah, tadabbur sambil refreshing." 

"Aseek. Gue suka gaya lo!"

"Yomare. Yang penting berkah."

Rezeki, jodoh, kematian, semuanya sudah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa, kita sebagai manusia, sekadar berusaha melakukan yang terbaik untuk menghadapi ketetapan tersebut.

"Masa depan yang dekat dan masa depan yang jauh. Kalau sudah dipertemukan dengan masa depan yang dekat yakni kematian, mana mungkin bertemu dengan masa depan yang jauh yaitu pernikahan. Kematian adalah hal yang pasti, oleh karena itu ia menjadi masa depan yang dekat, sedangkan pernikahan adalah hal yang sebaliknya." Begitulah kurang lebih dawuh Abah Hasyim di pengajiannya.

Diperkenankan menemui masa depan yang jauh adalah karunia yang patut disyukuri. Masa depan itu layaknya ladang, harus dimanfaatkan sebagai sarana bercocok tanam, demi mendapatkan hasil yang baik untuk dijadikan bekal dalam menghadapi kepastian di suatu hari nanti. Wallahu a'lam. 

49 Days (Book 1)
Nenek Daun (Book 2) 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS