Diberdayakan oleh Blogger.
Seal - Gaia Online
RSS
Container Icon

Semua Orang Pernah Alay



Hei gaess, khususnya manusia era 90-an, masih ingat dengan masa-masa alay kalian, kah? (enggak usah ngegas "Enak aje, gue gak pernah kayak begitu!" cuma nostalgia, bagi yang pernah saja, kok)  Zaman di mana ketikan pesan dimodifikasi dengan tampilan huruf yang bisa dibilang susah untuk dibaca bagi sebagian golongan, kombinasi antara huruf besar dan kecil, plus angka-angka yang tersusun semaunya penulis. Yups, "Terserah, ini tulisan gue, gaya gue. Mana gaya loe?" 

Apa sih, sebenarnya 'ALAY' itu? ALAY, singkatan dengan kepanjangan kata-nya berfariasi, ada yang bilang ALAY adalah akronim dari Anak LAYangan, sebutan buat sosok yang ndeso, katrok, dan lain sebagainya, karena yang biasa main layangan ya anak desa (kalau anak kota main layangan, bisa-bisa kesangkut kabel listrik). Konon anak layangan ini, saking seringnya kepanasan, rambutnya jadi merah karena terpapar terik matahari, identik dengan anak muda yang rambutnya dicat merah or warna-warni juga kali, ya. 

Ada juga yang bilang Anak LAYu (lefay, gayanya kayak orang yang gak semangat hidup), Anak keLAYapan, dan lain-lain. 

Nah, kepanjangan yang disepakati para ´pengamat gaul´ kayaknya ALAY lebih condong buat Anak LebaAY. Ya. ALAY, Anak LebAY.

Ih, alay. Lebay. Berati dia masih labil, gak seimbang dan mudah goyah, dong? Gak semua yang ´ngalay´ itu masih labil, bingung dengan jati diri. Memang dalam pembahasan kejiwaan pernah nyinggung soal si Alay yang mana kebanyakan dari mereka tuh, sebenarnya masih pencarian eksistensi diri. Ingin dipandang ada, makanya bikin sesuatu yang beda. Cari perhatian.

Mererka kreatif tapi tidak pada tempatnya atau kreativitas tanpa saluran. Misalnya, "wHeAwHh!! FfUtuNy4 k3wrEnDt a833z dewGh!" Mikir dulu kan bacanya? (mungkin masih ada yang kebingungan, garuk-garuk kepala sambil mikir, bacanya itu: "Wah!! Fotonya keren abis deh!") Begitulah, kalau gak kreatif mana mungkin kepikiran sampai ke situ.

Terpengaruh lingkungan yang kurang baik. Semakin tua dan semakin kumuh itu semakin keren! Pakaian yang gak sewajarnya, celana dipelorotin sampai jauh di bawah pusar, ujungnya kedodoran. Bajunya seringkali kekecilan atau ngepres badan. 

Lemahnya pendidikan di keluarga dan sekolah yang mengakibatkan mereka akan mudah sekali hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Gak punya prinsip.

Stereotip atau cap, di mana orang-orang sekitarnya mengatakan "Dasar, Raja/ Ratu Alay!" Nah, kalau gitu mereka akan semakin beranggapan "Masa sih, gue alay? Yang bener? Tingkatin taraf ke-alay-an gue sampe ke stadium lanjut, ah! Hidup alay!!" Alhasil, jadi alay beneran atau malah tambah parah.

Sebagian ´alayers´ mungkin memang belum menemukan jati diri, tapi sebagian lain dari mereka yang lebay itu cuma buat bercanda, kok. Sekadar hiburan saja, biar merasa lebih dekat dengan sahabat-sahabat tercinta. Toh kalau sudah merasa dekat, mereka akan normal kembali, tapi mungkin suatu saat lebay-nya kumat (hanya sebagai percikan sense of humor, biar gak garing katanya).

Atau mereka yang lebay bisa jadi sedang menutupi kesedihannya. Gak mau ketahuan orang, makanya mereka menampakkan seolah-olah dalam kondisi baik dan bahagia. Kalau gak salah yang seperti ini, anak psikologi biasa menyebutnya dengan Eccedentesiast (semacam orang yang hides a pain behind smile and happiness, ada sesuatu gitu, Gaes). Eccedentesiast untuk sesaat kali yah? Mungkin, but so far I haven't any clue.

Biar lebih oke dan meyakinkan (padahal jadi kayak orang yang salah mium obat), mereka sengaja bikin gaya baru yang dibuat-buat (haRe janG cEwraGh.. fok0gnYea hEpie bwanGjeTz baJay eWgh. Ouh 9oD. TengKyUu 4 epEritHin9g,, 8) …), sekaligus upaya untuk menghibur diri sendiri. Cara yang satu ini kemungkinan dapat berhasil. Hati yang sedih atau sakit bisa terobati dengan memancing kebahagiaan, karena kebahagiaan itu ada di dalam hati dan pikiran kita, pikir mereka. Sebabnya beda-beda juga sih, gak bisa dipastiin.

Yups! Mendadak alay faktornya jelas bermacam-macam. Gak bisa asal ambil kesimpulan, karena kita belum tahu persis apa yang sebetulnya terjadi dengan si Alay ini. Jadi ya… tergantung, deh. Tapi tetep, terlalu sering berlebih-lebihan pastinya kan gak bagus. Nah, siapa yang pernah nulis pesan, status, bicara dengan nada 'rame gonjreng', or whatever dengan gaya seperti itu? Coba cek di medsos, kalau iya, kayaknya bakal senyam-senyum sendiri, nih. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS