Diberdayakan oleh Blogger.
Seal - Gaia Online
RSS
Container Icon

Repaired Website

Pening, kepala ini cukup pening. Yups, hari Selasa memang jadwalnya berangkat pagi ke kantor, tapi apalah daya jika tak terpenuhi. Bukan alasan, memang kenyataan migrain menyerang dari kemarin malam. Antre selama kurang lebih empat jam di puskesmas, jadinya pulang ke asrama sampai larut malam. Larut sekali, selarut serbuk-serbuk pening yang bermanja ria di sebelah kepalaku. Cuma sebelah, ya, hanya sebelah. Sampai-sampai aku tertidur di taksi online saat perjalanan pulang. 

"Kak Rum, websitenya sudah sehat belum?" aku berlalu menuju markas di pojokan.
"Belum." Ah, si Oom yang satu ini, sibuk sekali apa? Ya sudah, searching lagi seperti kemarin. 

"Teh, artikelnya Fuad sudah kuterima," Kepala si Lel muncul dari pojokan ruang sebelah, "Ada tiga. Ketiganya itu berkaitan, nanti Teteh beri keterangan aja, biar pembaca nggak bingung, ya?"
"Oke. Sekalian sama file-file kemarin saja kamu jadikan satu. Compress ya, terus kirim via e-mail."
"Oke Teteh cantik." Aseek, dia mah gitu, bilang-bilang gue cantik.
"Thanks Lelel yang juga biutipul." Nama samarannya Faza, tapi aku panggil dia si Lel, or Lelel. Punya cita-cita panggil Lava, tapi nggak diizinkan. Haah, ya sudah. 

Alah mak, dari kemarin belum nemu wangsit. Sebenarnya apa yang terjadi denganmu duhai website yang manja? Sumpah gue kepo. Kalau sudah penasaran ya, terus dicari apa solusi perbaikan si manja itu. Bukan hanya dia, pokoknya yang berhubungan dengan ke-kepo-an otak, rasanya harus terpecahkan. Aseek, alay mode on lagi. Hehe, nggak segitunya amat, sih. Tapi gimana dong, aku biasa penasaran juga sama pelajaran, sih. Kalau ada yang mengganjal, belum paham, ya cari tahu. Tanya kek, searching, or baca buku maybe (yang baik ya silakan ditiru, yang jelek buang aja yang jauh).

Fiuh, terus mencari... tetap mencari... masih mencari.... 


Tunggu, postingan yang satu ini sepertinya patut dicoba. 

"Kak Rum, jetpack adanya di mana?" Kak Rum dan Om Ruru satu orang. Aku saja yang manggil seenaknya udel. Nama aslinya Rumana, saudara kembarnya Rumini. Haha, malah makin ngaco.
"Emm," mikir dulu, "Ada di plugin." Oke, fix, plugin. Photonnya ada di plugin. 

Lah, mana sih, si photon itu? Gue gak lihat, cuy. Alah mak, searching juga nih, "apa itu photon".

Photon adalah blablabla. Ya, ya, I get it, tapi sepertinya photon tidak terinstal, deh. Aduh mata mulai lelah. 

Kutemukan cairan pembersih di sudut meja. Mustar Clean, pembersih segala yang kamu mau (termasuk mantan-mantan yang mengganggu, tapi sayang, gue gak pernah sama sekali punya yang begituan, cikal bakalnya pun belum, sumpeh). Untuk membersihkan komputer, elektronik, perhiasan, perabot rumah tangga, interior kaca, dan lain sebagainya (please, ini bukan iklan, pemirsa).

Iseng dulu, ah. Semprotkan cairan ke tissu, lalu usapkan perlahan di keyboard. Hapus semua debu-debu yang mengganggu. Hapus semua keburukan di masa lalu. Eaaa

Perhiasan? Emm, bersihkan kalung dulu kali, ya? Boleh dong? Boleh ya?

Kuputuskan untuk istirahat sejenak dengan memanjakan leontin love kalungku. Yups, habis itu kembali ke laptop. No. Kembali ke komputer, lanjutkan kerjaan tadi, pastinya. 

What the... Huft, there was a guest. Guess, what the purpos of his commin'? Mbuh lah, it's dudu my business. Realy? Ah, sudah lah, jangan asal menebak dan berpikir yang aneh-aneh. Fokus pada bersih-bersihnya. Fokus. Nih leontin, gosokin saja terus, sampai kinclong.

Iseng sambil bebersih selesai. Lanjutkan yang tadi. "Kak Rum, nemu kayak ginian, nih," eh, tuh orang malah langsung nyamperin. He closed me.
"Jetpacknya dulu sempat bikin kacau juga, sih. Coba di-deactivate."

Oke. Done. Nggak lagi-lagi klik activate, kalau memang si jetpack biang lalanya. Maafkan aku duhai jetpack, bukan maksud hati menyalahkanmu. Tapi, toh kalau kita bukan berjodoh, aku ikhlas.


Oke, pergi ke beranda. "Widieh, mantap. Manjur. Repaired, sudah." Senangnya, tahu gini dari kemarin. Gambarnya muncul lagi sodara, tidak hanya alt textnya saja. Tidak sodara, itu benar-benar ada gambar pendukungnya. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Broken Link This Morning

Senin pagi, tapi tidak berangkat ke kantor pagi-pagi. Jadwal berangkat paginya hari Selasa dan Jumat. Loh, berangkat pagi saja, ada jadwalnya segala? 

"Nis, website lu kenapa?" tanya Om Ruru.
"Lah, sejak kapan gue punya website?" Baru datang, sudah ada bencana apa ini?
Pria yang akan menjadi ayah itu menunjukkan tampilan beranda website, "Tuh, gambarnya hilang semua."
"Alah mak, mana kutahu. Terakhir kali cuma update event, Om." Kok rasanya sakit ya? Tapi nggak berdarah.
"Tadi aku mau buka, tau-taunya malah begitu."

Langsung menuju meja kerja. Sudah berada di pojok, terpencil pula. Untung tidak seterpencil punya si Lel, beda ruangan pula. Kalau mau memberikan dokumen, dia harus memutar dan melewati pintu cowboy. Habis modelnya seperti pintu di bar ala film cowboy.

"Iya, no pictures anymore. Kirain di pc situ, doang." Ah, dia lagi sibuk ngerjain yang lain, lagi. Ya sudah. Googling saja.

Sudah coba di "Broken Link Checker," masih belum bisa. Sumpah, ini mah, tulisan doang. Masa setiap entri yang sudah dibei gambar se-matching, sebombastis mungkin, tinggal tulisannya doang. Ada apa gerangan? Tapi di media library, semua gambar masih ada. Mengapa kalian tiba-tiba blank dan menyisakan alt textnya saja? Mengapa? Alay mode on.


"Web-nya kok, jadi begitu?" Eladhalah,  bos sudah tahu. "Segera diperbaiki, ya."
"Baik bos. Tunggu Oom."
"Om ini gimana, aku coba aktivasi Easy Add Thumbnail, ya?" Yang ditanya cuma noleh, lalu bilang, "Ya, boleh."



Si Oom, masih sibuk ngurusin EmailMeForm, padahal kan sudah tidak jadi member media. "Masih ngurusin begituan aja, belum bisa move on, ya?"
"Iya nih, malah disuruh buat pesan broadcast, juga. Kamu utak-atik aja dulu."


Nani? Ujung-ujungnya belum bisa. I haven't any clue.

"Rapat sekarang yuk." Aih bosque, lanjutkan besok dah, perbaikannya.
Fix, status broken link-nya masih ngegantung. Sampai babai, sampai besok, ya my web. Eh, bukan proyek gue doang, deng. "Om lanjut besok ya."
"Iya nanti dibenerin." Haha, seenaknya panggil Oom, padahal cuma beda dua tahun doang, kita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Nasi Kepal Milo

Hari Ahad. Hari yang bila banyak rezeki, makanan bertebaran, makanan melimpah ruah. Tapi kalau lagi sepi, bagaikan anak rantauan yang merana tidak dapat kiriman. 

Pagi tadi sarapan nasi uduk, nitip teman beli di komplek depan. Siangnya dapat sumbangan nasi kuning. Alhamdulillah, bahagianya. Berharap malam hari dapat kiriman tak terduga. Ya, harapan yang seharusnya tidak diharapkan. Biasa aja, sih. Nggak ngarep juga, wkwk

Teng teng teng... malam hari pun tiba.
"Mbak aku ambil nasi, nih."
"Wah, nasi dapur yang berbahagia. Apa lauknya?"
"Aku beli kerang. Mbak beli lauk sendiri ya," sumpeh si Mamas bisaan aja. Mentang-mentang kagak doyan, kagak makan makanan yang bernyawa, sih. "Mbak mau dipisahin nasi nggak, takut amis kerangnya."
Haduh, sudah iqamat, "Mamas yang pisahin deh, buru-buru. Punten yak!" Aku turun ke bawah menuju masjid. Kamar kami di asrama lama, lantai dua. 

Selesai shalat.
"Mbak, aku jadi Imam lagi."
"Haha. Imam muslimah," Kiki mulai langganan bikin jama'ah baru. Jama'ah para manusia yang terlambat di kloter pertama. 

"Mbak itu nasinya ngablak, tuh."
"Ih, si Mamas mah, nasinya udah kayak pintu aja. Dia udah dinas ke kafe ya?"
"Iya." Nasi yang malang. Hanya berwadahkan kertas nasi, yang sudah dipotong menjadi dua pula. Nasi yang malang, sudikah kiranya kubungkus dirimu yang mulai dingin itu agar menjadi lebih hangat? Nggak, nggak mungkin bisa, sih. Tapi setidaknya dirimu tidak membeku, menjadi kaku dan mengering.


"Mbak itu nasinya begitu doang?" Tanya Haha, si bontot.
"Iya Haha, begitu doang. Nasi kepal tanpa topping."
"Nasi kepal milo tanpa topping."
"Milo warna bungkusnya. Kalau aja bawang gorengmu masih ada, makan nasi pakai itu juga aku mah, bahagia."
"Ini mbak, makan roti Bread Tulk aja, Mbak."
"Iya. Nih, aku juga masih punya selembar keju. Nanti kalau udah nggak mager, turun beli telur dadar." Kasihan si nasi kepal itu, akan kubelikan telur dadar Bang Edo sebagai pendampingmu. Tunggu ya, nasi. Tunggu, oke. 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Di atas Angin

Entah apa yang membuatnya merasa gugup. Spontan dengan separuh kesadaran, ia memilih untuk menghindarinya tanpa mengetahui alasan yang tepat.

Kalau begitu, dapatkah kau membantunya untuk mengawali apa yang belum dapat ia mulai?

Bukan berjalan di atas angin, melangkah pada pijakan yang tak nampak namun terasa, tapi ia masih menjadi bagian dari angin itu. Ada, terasa, tapi belum dapat menampakkan diri.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Message 2

Bismillahirrahmaanirrahiim

Referensi tulisan para Prajurit Maroko bersumber dari kitab-kitab di Maktabah Syamilah. Bersyukur sekali dia, keterangan berbahasa Arab itu sekalian diterjemahkan ke bahasa Indonesia serta tambahan keterangan penjelas dengan bahasa yang padat dan mudah ia pahami. Biasanya Haura sedikit kesulitan melakukan pencarian menggunakan Maktabah Syamilah, seluruh pengoprasian dan pembahasannya berbahasa Arab.  Haura memiliki aplikasi tersebut di notebooknya, tapi sejak beberapa hari lalu tidak dapat dioperasikan sama sekali. Tak tahu apa penyebabnya, Haura biarkan begitu untuk sementara waktu.

                                                                       ***

Tugas-tugas kuliah dan keorganisasian sudah terselesaikan dengan baik dan mendapatkan hasil yang cukup memuaskan.

Di tengah kesibukan yang menghiasi hari-harinya, Akyas menyempatkan diri membantu menjawab pertanyaan Haura dua hari yang lalu. Haura terlalu kepo. Entah mengapa sesiapa yang dimintai bantuannya seolah tak tega mengingat semboyan andalannya, “Sakitnya tuh, di sini. Sambil megangin kepala tauuk! Mikir.”

 Di seberang sana Haura ha-dua-ce. Harap-harap cemas. Tak lupa pula ia komat-kamit melantunkan aji-aji, “Ya Allah, semoga petunjuk-petunjuk mereka senantiasa berada di jalan-Mu yang lurus ya Allah... Semoga berkah ya Allah....”Lebay memang gadis yang satu ini. Baginya, “Kepo dalam pelajaran kan baik.” Hmm, ya sudahlah.


Seperti biasa, Akyas memberikan wangsitnya lewat Messenger.



            Pesan dibaca.

Mumpung masih panas, Haura bertanya lagi. Yang di seberang pun langsung menjawab. Seru banget deh, jadinya.




Check this Message Part 1

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Message

Bismillahirrahmaanirrahiim

Selepas Dzuhur Haura stand by di depan notebooknya. Revisi makalah, ada tambahan pertanyaan dari dosen. Sudah ngubek-ubek perpus, internet, namun hasilnya begitu-begitu saja. She hasn’t any clue!

“Memang kamu gak tanya Uda? Biasanya langsung cap cus ke dia,” duduk santai Tassa menyeruput buble icenya.

            “Dia lagi gak bisa diganggu.”

“Tumben. Sibuk apaan sih, ampe segitunya?”

“Sesuatu lah pokoknya,” menghela napas berat, “Gapapa deh, kasian Uda biar istirahat. Aku juga capek ngerepotin dia mulu.”

“Dasar aneh.” Haura cuma nyengir

“Eh, tapi kemarin bukannya udah tanya Nuzlah?”

            “Iya, tapi jawabannya belum komplit. Gak enak mau tanya lagi, soalnya dia kejar deadline penerbitan majalah, Sa.”

           “Tanya Mr. Sudan aja, Ra.”

          “Kayaknya si far far away masih sibuk.”

“Ngapain sih… coba direct message dulu.”

“Twitternya lagi ambil cuti.”

“Messenger, deh!”

“Nih, lagi chattingan.”

“Bilang kek, dari tadi!” seolah tanpa dosa Haura tersenyum seraya menaikkan sebelah alisnya.

            Baru ingat sedang memangang kue di oven, Tassa bergegas menuju dapur, “Aku tinggal sebentar yah,” Haura mengangguk.  




Yang di seberang langsung off dan melanjutkan pekerjaannya begitu pula dengan Haura.

***

Pohon di depan rumah sudah berbuah. Musim mangga telah tiba. Asyiknya. Bisa dibuat jus mangga segar buatan sendiri. Yang ini minuman favorit Haura. Tapi Tassa mah, lebih suka bikin rujak mangga muda. Rasanya nano-nano gimana…, gitu.

Duduk di teras siang bolong gini sambil nyeruput yang dingin-dingin emang paling nikmat. Semilir angin membuat Haura lebih santai mengerjakan tugasnya. Betul-betul suasana yang nyaman.

I’m coming…” Tassa menyuguhkan setoples choco chip yang dibawanya dari dapur,  “Just taste it, please!”

Sejujurnya Haura sedikit ragu untuk mendekat.

Ok. I’ll taste it.” Matanya membesar.

Tassa tersenyum bangga, “Ada yang beda?”

Sedikit terkejut, biasanya kue buatannya ada saja yang tidak beres, “Ada. Pake banget!”

“Enak kan?” Tassa cengengesan.

“Iya, alhamdulillah. Pakai ramuan apa, nih?”

“Kasih tahu gak yah. Ahahaha, rahasia aja, deh.” Mulut Haura membulat.

“Gimana sama Akyas?”

Dia mengerling Tassa. “Beres,” seraya mengacungkan jempolnya. Tassa membalasnya dengan senyuman.

Memencet-mencet tombol keyboard. Tangan kanannya terus menggerak-gerakkan mouse, fokus pada kursor di hadapannya. Men-copy-paste hadits untuk tugasnya lalu ia save.

Iseng, Tassa memainkan ponsel Haura yang tergeletak di atas meja malah menemukan... “Ih..., nih anak nggak percaya karma? Awas aja kalau suka kamu beneran.”

“Dasar bocah kaga sovaaan, mulut haura membulat, siniin hapeku.”

Geleng-geleng, Tassa hanya rersenyum. Eh, ada pesan masuk.

“Ada es-em-es Ra,” Tassa berikan ponsel itu pada pemiliknya, “Ciyee, yang dapet pesan mancanegara.”



“Uda. Dia mulai Ujian, minta doanya yang terbaik ya, Sa.” Ia letakkan ponselnya di atas meja.

Ma’annajah. [1]

Syukran,[2]” Haura men-shut down notebooknya.  “Ujiannya pasti susah, Barakallah, Uda.”


Untuk hari ini sepertinya cukup. Haura teguk habis vanilla bluenya, menyantap parutan keju dan butiran permen yang mengendap di bawah gelas menggunakan sendok. Hmm, Nyammii…. 

“Es-em-es Uda cuma bilang dia mau ujian?”

“Nggak sih, katanya jawaban pertanyaanku mau dikirim lewat e-mail. Seneng banget, deh.”

“Alhamdulillah. Dapet dua jawaban, dong?”

“Iya alhamdulillah. Nanti dikolaborasiin aja, hehe.”  

***

Ia masih ingat betul kutipan kata-kata dari buku persahabatannya, “Bukan sekadar bersama, tapi kebersamaan yang mendatangkan kebaikan.” Kebersamaan Haura terjalin melalui dunia maya. Perbedaan jarak yang jauh tak menghalangi silaturahmi tetap terjalin. Syukurlah Haura memiliki teman-teman baik dan dapat dijadikan sebagai narasumbernya. Benar-benar karunia yang tak terkira. Semoga keberkahan senantiasa menyelimuti persahabatan mereka.

Setelah mengcek e-mail, ternyata jawabannya sudah sampai. Lampiran berbentuk Ms. Word.

Haura menatap layar notebook dengan begitu saksama, memahami maksud bacaan yang ada di hadapannya. “Jawabannya kece banget, nih,” gumamnya dalam hati. 






Check this Message Part 2


[1] Semoga berhasil (bahasa Arab).
[2] Terima kasih (bahasa Arab).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Titik Tertentu Taman Langit





Katanya, bunga-bunga di taman langit itu tertanam dengan memiliki akar yang saling mengait.
Semua hal memiliki banyak kaitan.
Hal yang berkaitan satu sama lain itu lah, 
yang akan mengembalikan ke tempat di mana seharusnya kita berada.

Takdir adalah seperti ini.
Mereka bercabang ke segala arah.
Berputar dari satu sisi ke sisi yang lain, 
tapi pada akhirnya akan kembali pada satu titik yang ditentukan.

Semua manusia itu sama.
Bila kematian menjemput, 
maka kedudukan mereka sama.
Yaitu manusia akan kembali ke hadirat Ilahi Rabbi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bingkisan Spesial

Bismillahirrahmanirrahiim

   Duhai camar, aku iri dengan kebebasanmu. Hanya dengan mengepakkan sepasang sayap putih keabu-abuan indah, kau dapat melayang di udara, berdansa bersama alunan angin yang berhembus. Memandang segalanya dari atas sana. Maafkan aku.

***

   Masih seperti biasanya, termenung ditemani belaian angin lembut di tepi selat Bosphorus yang mempesona. Menelusuri jejak catatan nikmat sebelum ia disebar manemui pemiliknya. Adakah cahaya syukur di dalamnya? Seberapa besarkah? Betapa malunya bila sang pemilik dipertemukan dengan catatan nikmat yang sepi akan cahaya itu. Sungguh kelalaian dan kesia-siaan yang nyata.


   Tuhan telah memberikan kepada orang-orang yang beriman sejumlah kalimat, tetapi Dia berikan untuk mensyukuri nikmat hanya satu kalimat[1], namun cahaya-Nya yang dapat mengimbanngi seluruh nikmat dengan berbagai macam jenisnya. Sudah sepatutnya setiap kata dari kalimat itu dibarengi dengan ucapan terima kasih.



   Mohon jangan biarkan hamba masuk ke dalam golongan orang-orang yang tak mempunyai rasa terima kasih. Mungkin perasaan  yang sedang bersinggah ini, buah dari banyaknya kemaksiatan yang telah kuperbuat. Astaghfirullah. Memperbanyak istighfar, itulah kuncinya.


***


   Tiga notifikasi. Pecinta Langit Add you, Barak Mustofa Added you back, dan Aeril Shiamy commented on: Life is fragile handle it with prayer.



Hangout. Aeril Shiamy.



·        Mba Rara, how goes the world?
·        Alhamdulillah pretty well thx, & u?
·        Like u. LOL[2]:D
·        Dasar. BBS[3]


   Panggilan masuk dari Fatimah. “Assalamualaikum. Merhaba,[4]Ra.”   
   “Wa’alaikumussalam warahmatullah. Merhaba. Ada apa Neng?”
   “Ini, tentang job kamu di acara pernikahan ...”
   “Memang kenapa Fatimah?”
   “Ada something special for you!”
   “Wow! What’s that?
   “Lihat saja nanti. This is surprise!”
   “Hmm.”
   “Gak penasaran nih?”
   “Dikit sih, tapi nanti juga tahu, so just wait for it!”
   “Aihh. Oh iya Ra, semua dokumen Uni dan Uda sudah siap. Davul[5]juga sudah dikonfirmasi.”
   “Hmm. Bagus itu. Alhamdulillah.”
   “Sekarang aku sama Uni lagi di pusat suvenir nih. Kamu mau nitip something?”
   “Nggak. Syukran. Insyallah habis dari Dolmabache Palace juga mau ke Istiklal street, kok.”   
   “Sendirian?”
   “Bareng Maria and Zamzam.”
   “Oh.”
   “Ya udah, güvenli alışveriş[6]. Kendine iyi bak.[7]”
   “Oke. Udah dulu yah, Ra. Assalamu’alaikum.”
   “Wa’alaikumussalam warahmatullah.” Kumatikan sambungan setetelah menjawab salamnya.


***


·        Are u there? o.O
·        Yups.
·        Kangen?
·        Just rindu.. HH[8]:D
·        Keluarga di rumah sehat?^^
·        Bangeeet. Mba, Pak RT dateng loh!
·        Terus? 8-)
·        Pengen jodohin Mba sama Aa samping… 8-)
·        Yalan![9]
·        Ciyus! :v
·        CNBS[10]:-p
·        Jiah.. ‘alamasyi’ti.[11]
         Oops, Mom calls me.
         CUL[12]bye…… ^_^


   Belum sempat mengetik yang diseberang sudah off.


***


   Masih sekitar sebulan lagi sebelum keberangkatanku. Pokoknya harus bisa masak! Praktek sesering mungkin. Tunggu dulu, memangnya jauh-jauh merantau mau jadi tukang masak? Tapi bukan suatu hal yang tak mungkin juga, buka resto di kota yang terkenal dengan wisata kulinernya. Hanya iseng berkhayal. Sejujurnya masak bukan hobiku. Apa salahnya menghabiskan waktu bersama Ummi di dapur.

***
  
   Meredam suara kikikan, tersenyu malu-malu, “Irisan Rara unyu-unyu kan, Mi?” seraya memainkan sebelah alis.
   “Loh, itu kecil banget Mba. Mau buat apa kentangnya?”
   “Mau Rara campur di tumisan. Biasanya kan kangkung oblong atau kangkung cabai, ceritanya pengin aku tambahin dadu kentang imut-imut Mi, biar keren. Digoreng bentar terus ditumis bareng kangkung deh, gak apa-apa kan, Mi?”
   “Perawan Ummi yang satu ini …dapat imajinasi dari mana tumis kangkung dicampur irisan  kentang?”
   “Dari bisikan hati yang numpang lewat. Cabai merahnya diiris kecil apa sedang saja, Mi?”
   Menggeleng-gelengkan kepala seraya tersenyum, “Kamu itu sukanya yang kecil-kecil. Sop kemarin juga sayurannya dipotong imut-imut.”
   “Kemarin kan percobaan. Ceritanya biar pas masuk ke mulut bisa langsung dikunyah gitu, gak usah dipotong pakai sendok lagi ...”
   “Kalau untuk suguhan tamu kurang pantas Mba. Cabainya diiris sedang saja.”
   “Iya, nanti kalau Mba nyayur sop irisannya standar normal. Gak pakai model zoom out.”
   “Rara … Rara … masa sayuran di-zoom out.”
   “Hehe. Asal bunyi Mi. Gaya gitu, ceritanya ...”
   “Ah, kamu. Serba ceritanya.” Senyuman Ummi manis. Tatapannya begitu teduh. Dalam diammya aku tahu, begitu banyak lantunan dzikir yang mengalun diiringi panjatan doa. Bahkan sebelum memasak pun Ummi membumbuinya dengan doa. “Biar masakannya berkah,” begitulah katanya.


***


   Seminggu yang lalu Fatimah baru saja kembali dari tanah air. Aku ingin, tapi takdir belum mengizinkanku melepas rindu dengan mereka. Uhibbukum fillah Ummi, Abi, uhibbukum fillah ‘ailaty. I hope the longing that is hidden in the sunlight can tell them my heart.
   Semoga kalian baik-baik saja. Aku yakin yang di seberang sana selalu mengirimkan bingkisan spesial itu. Doa. Kasat mata memang tak tampak, namun kehangatannya bisa dirasa. Sungguh hadiah istimewa yang tak ternilai harganya.


***


Every time I close my eyes I see you in front of me
I still can hear your voice calling out my name
And I remember all the stories you told me
I miss the time you were around (2x)
But I’m so grateful for every moment I spent with you
‘Cause I know life won’t last forever...


   Lirik lagu yang indah, sepertinya lebih pas lagi bila kudengarkan “One Big Family” Maher. Huft, kulepas arphne, lingaku sudah terasa panas.


+905068239xxx
17.04.2014 14.17
Ra, sekarang aja.
Aku tunggu di tempat tadi. Ini nomor baruku, disave ok! ^.^
-Maria-


Glossary
[1] Hamdalah
[2] Lots Of Laughts/ Laugh Out Loud (hahaha... )
[3] Be Back Soon (akan segera kembali)
[4] Halo, bahasa Turki
[5] Penabuh gendang atau arak-arakan. Biasanya pemain musik “davul” ini ada tiga orang dan semuanya mengenakan rok berwarna merah atau genjreng dan banyak hiasan manik-manik mengkilapnya.
[6] Selamat berbelanja, bahasa Turki
[7] Hati-hati, bahasa Turki
[8] Haha ...
[9] Bohong! bahasa Turki
[10] Cock-&-bull-story (cerita yang tidak dapat dipercaya)

[11] Terserah kamu, bahasa Arab
[12] See You Later


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS