Diberdayakan oleh Blogger.
Seal - Gaia Online
RSS
Container Icon

Kisah Nona Clau


Kabar duka. Eh, bukan duka yang seperti itu. 

Ini kisau Claudia temanku, cerita seminggu yang lalu. Berarti duka yang telah lalu? Ya, nggak gitu juga. 

"Bena, pipi aku perih, nih." Ya Allah, tampangnya melas sekali. Astagfirullah, aku bukan meledek, tapi memang mukanya melas, untung ada manis-manisnya. 

Aku berusaha untuk tidak mengeluarkan ekspresi apapun, takut dia salah paham, "Iya ya, merah itu. Gatal gak, Clau?"

"Nggak, tapi perih."

Nona Clau juga tidak tahu kenapa. Awalnya dia kira digigit nyamuk, tapi nggak gatal. Paling nanti hilang. Lah, besoknya mulai terasa perih dan agak panas. 

"Bena, kamu pernah nggak, ngerasa kalau setelah melakukan kesalahan terus dapat teguran langsung, gitu?"

"Model-model pelajaran kan, ya? Sentilan kehidupan?" 

Claudia mendesis menahan perih, "Iya."

"Mbatin juga pernah. Kayak, 'Kenapa sih, kok seperti itu aja belum bisa' or 'Sebegitunya, kah? Lebay banget nggak, sih?' eh terus nggak lama kemudian mengalami hal serupa." Tepok dahi deh, aku. 

"Teguran kali ya, biar kita merasakan di posisi orang lain."

"Kalau udah gitu tuh, langsung deg, alhamdulillah ya Allah, masih memberikan hidayah kepada hambamu ini."

"Hmm. Aku mau cerita, tapi kamu jangan ketawa, loh."

"Cerita aja, lah. Santai."

"Dua hari lalu tuh, Uda bilang kalau aku kayak jadi lebih menarik, gitu."

Waduh, seketika dahiku mengkerut, "Eh, habis ketemu?"

"Chat. Langsung dihapus abis bilang gitu. Terus aku iseng ngejahilin Uda. Chat bercandain dia gitu."

Ehhem! Claudia tuh pendiam ya, Gess. Tapi, kadang kalau udah bercanda sama dia dan momennya pas, asyik banget loh, anaknya. 

Oiya, Uda itu tunangannya. Siapa sangka tetangga jadi calon imam. Mereka nggak kenal sebelumnya, tapi semuanya berubah setelah mengemban dan menyelesaikan tugas bersama. Aseekk. Kolaborasi bisnis yang berujung manis. Ihhiirrr! 

Ternyata dua hari lalu mereka nggak sengaja ketemu di acara Launching Aplikasi Sistem Informasi Kerja Elektronik. 

"Etdeh. Apanya yang menarik, Clau?" Pura-pura saja, padahal mah segala hal di dia emang menarik, sih. Unik lah, bestie-ku ini

"Hehe. Nggak tahu."

Mereka jelas jarang ketemu. Sebelum tunangan, Uda pindah tugas ke luar kota. LDR. Kok ya bisa, kalau chatting-an  ngebahas proyek saja. Serius gitu doang? Iya kadang bercanda, tapi jarang. 

Udah Uda jarang video call, Claudia lebih jarang lagi terima panggilan itu. Kalau diterima, dia malas pakai kerudung katanya, yaa seadanya dia balut kepalanya dengan kain apa saja yang ada di dekatnya (tapi bukan kain pel juga, keleuss), lalu separuh wajahnya ditutupi pakai bantal. Malu euyy. Uda video call juga paling nggak sampai tiga menit, terus diem aja ngelihatin seseorang di seberang yang cuma kelihatan matanya doang. Komunikasi seperlunya saja, gitu. Paham lah, aku sama Nona Clau ini. 

Claudia nggak tahu Uda bilang menarik itu dari sisi mananya. Entah dari penampilan, perilaku atau dari mana. Tapi kok bisa-bisanya dia berpikir kalau merah-merah yang bikin wajahnya perih itu karena tunangannya bilang dia jadi lebih menarik. Yaa, memang sih, ada adegan bercandaan setelah itu, jadi dia mikirnya teguran dari Tuhan kalau seharusnya dia jangan begitu, karena belum sah. 

Dia pernah cerita, karena merasa takjub plus bangga dengan kinerja Uda, terus dia kasih foto jemarinya yang bikin simbol saranghae apa ya, setelah itu dia hapus. Eh, besoknya jari dia kena pisau. Nggak parah, cuma kegores dikit doang. Nah, itu tuh, dari situ dia ngerasa malu sama Allah katanya. "Teguran ini mah, Bena." Aku pribadi hampir setuju dengan pemikirannya, tapi di samping itu kita juga tidak tahu kan, apa benar begitu atau kejadiannya saja yang ngepas banget, terus dia jadi berpikir seperti itu. 

Unik mereka, tuh. Ya Allah, gemes aku jadinya. Semoga pernikahan kalian dilancarkan dan diridhai Allah. Amin. Jadi Syawal nanti aku bisa kondangan, deh. 😊


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

What, Spalaso, Itu Makanan?

 Bismillahirrahmaanirrahiim


Well, dari sekian Purnama tak muncul, akhirnya nampak lagi, laa~.πŸ˜™

Jadi, ini kisah seorang gadis ya, gesss. Yupss, gadis kiyut bernama An An. πŸ˜†πŸ˜ΈπŸ˜„

Suatu pagi yang cukup mendung, An An merasa perutnya agak begah. Yaa, ada beberapa kendala, sih. Lalu gadis kelahiran tanah Bahira itu memutuskan untuk duduk sejenak, berpose ala meditasi sembari menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Ia lakukan itu beberapa kali sampai merasa lebih baik. Assyique! Nah, udah kerasa mendingan kan, ia berniat olahraga ringan setelah itu. Di depan asrama yang ia tinggali, ada lapangan kecil tuh, cukup lah buat berjalan santai memutari lapangan. Eaaa, bukan sedang dihukum, ya. Kondisinya sedang sepi, jadi An An pede aja. Next, fifteen minutes later, dia melakukan gerakan-gerakan peregangan lalu selonjoran. 25 menit-an cukup lah ya, dari adegan muter lapangan sampe selonjoran gitu? Cukup dong, hahaii. 

Hmm, abis olahraga minum air putih dia. Eh, laper deh. Wadidau, pengen masak makanan dengan bahan seadanya ala anak kosan dong, si An An. Sambil mikir, gadis kiyut itu memperhatikan keadaan sekitar. Yups, di depan matanya ada setoples bawang merah goreng, sosis ayam siap makan, labu yang ia beli di supermarket kemarin (level supermarket emang beda, labunya dibungkus pakai plastik wrap, euyy), kerupuk seblak rasa original (lah, katanya seblak, kok original, nggak pedas?) dan beberapa bahan lainnya. Wewewewww, ada apa lagi sih? Oiyyaa, dia masih punya spagetti, cuy. 

Pagi-pagi, suasana sepi, harus menciptakan sesuatu yang bikin hepi, nih. Kok sepi, penghuni asrama lainnya pada ke mana? Ke mana lagi weekend gini kalau bukan semedi di alam mimpi. Awokawokawokkkk. 

Skuyy lah, mending masak aja. Gaskeuuuun! 

An An merebus spagetti dulu pemirsa, sambil menunggu matang ia membersihkan kulit labu, mebuaang getahnya dan memotongnya kecil-kecil (bentuknya seperti stick gitu, yaa sesuai selera aja, mau dibuat dadu, diserut pakai serutan sayur or dicetak setengah bulat pakai kerokan buah juga boleh). Next, dia pergi ke wastafel untuk mencuci labu dan bawang putih. Sepulangnya dari sana, magic comnya sudah mengepul dong kayak sepur, tapi nggak bunyi tuut-tuut. Nggak, lah. Wedehh, ada yang sudah matang, nih. Matikan magic com lalu tiriskan spagettinya, deh. 

Then, panaskan minyak secukupnya, lalu tumis bawang putih. Setelah itu An An masukan potongan-potongan labu ke dalam inner cooking pan, menaburkan bawang goreng siap saji dan sedikit kunyit bubuk. Tutup dah tuh, magic comnya. Sambil menunggu An An memotong-motong sosis ayam siap saji buat tambahan topping masakannya. Sekitar 2 menit, An An menambahkan sekitar 200 mili air (disesuaikan saja dengan kebutuhan dan selera, mau banjir apa becek, wkwkwkwk) dan beberapa keping kerupuk seblak (kerupuknya sudah siap makan gess, cuma An An juga nggak tahu kenapa, iseng aja gitu, pengen nambahin itu ke masakannya, kalau nggak suka ya, nggak usah sis, ahahaii). Oh iya, thydak lupa juga ia menambahkan bawang goreng, saus sambal, garam dan penyedap jamur secukupnya. Eittt, sama si spagetti dan sosis juga sobat, bahaya kalau sampai ketinggalan. Aduk rata,  kemudian tunggu sampai matang, deh. 

A few minutes later, mateng deh tuh. The food ready to be served



Ini dia santapan sederhana ala anak asrama. Wawawawaaa... diberi nama apa, ya? 

Ahha! Spalaso! Spagetti labu sosis! Asyiqueee, bahagianya tiada tara. 

Alhamdulillah yaaa, bisa untuk lauk sarapan pagiii. πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ˜‡ 

Yoyoy, berikut kisah An An di pagi hari memasak labu sosis dan spagetti. Sampai jumpa di lain kempatan lagi ya, sobiiii. πŸ˜™πŸ˜‰




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS