Diberdayakan oleh Blogger.
Seal - Gaia Online
RSS
Container Icon

Benar-Benar Butiran Debu

Kemarin sudah revisi, tapi baru diberikan koreksiannya setelah 9 hari. Sudah sebelumnya pusing mengurus acara lomba karena menjadi anggota panitia, harap-harap cemas karena koreksian revisi tak kunjung diberikan. Oh my, gue tahu kalau di posisi dosen penguji yang banyak menangani revisian mahasiswanya pasti merepotkan, tapi gue juga berada di kondisi yang bisa dibilang repot. Apalah daya, kondisi yang (maaf banget bukannya gue tidak bersyukur) kurang menguntungkan buat gue.

Fix, revisi yang kemarin masih kudu diperbaiki, dan ini benar-benar mepet deadline. Hufh, rasanya gue pengen curhat, tapi... ada sesuatu yang mengganjal. Gue biasanya konsultasi sama someone, tapi ketakutan gue yang berasumsi bahwa gue cuma butiran debu yang kerjaannya selalu merepotkan. Hm...,  sebenarnya gue aja yang terlalu parno. Tapi gimana, gue bukan siapa-siapa. Gue hanyalah gue, dan harus berjuang menjalani dan menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawab gue. Walaupun perasaan sedih yang gue rasa itu manusiawi, tapi keyakinan bahwa Tuhan pasti membantu gue itu seharusnya punya persentasi yang lebih besar. Karena gue adalah seorang hamba yang seharusnya berusaha, bertawakal, yakin bahwa apa yang terjadi pasti ada hikmahnya, dan Tuhan pasti selalu membantu hamba-Nya yang membutuhkan pertolongan.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Adzab dan Nikmat

Adzab yang paling bahaya adalah jika sudah tidak ada (memiliki) rasa takut dan rasa tertarik untuk beribadah kepada Allah swt. Tandanya, Allah telah menjauhkan dia terhadap-Nya. Allah menghinakannya. Mengapa demikian? Karena semestinya seseorang itu lebih mencintai kepada yg menciptakannya. Oleh karena itu, biasakan diri untuk ingat kepada Allah swt., dan banyak-banyak bersyukur atas apa yang ada, yang telah Allah berikan kepada kita. 

Bila seseorang senang mengingat Allah, lebih banyak menyebut nama-Nya, maka Allah menariknya agar dekat kepada-Nya.
Terkadang kita tidak terpikir untuk khusyuk kepada Allah. Bila begitu, maka usahakan untuk khusyuk. Bagaimana shalat itu berkualitas, jika hati kita kemana-mana? Kalau begitu, usahakan fokus, ingat kepada Allah, karena ciri-ciri orang beriman adalah yang shalatnya khusyuk. Meski sulit, tapi tetap diusahakan.

Maka jadikanlah masa remaja sebagai masa yang indah untuk ingat kepada Allah, agar itu berlanjut hingga dewasa, dan tua dengan nikmat kecintaan yang semakin bertambah kepada Allah swt.
(source, pengajian Gus Nur Sidoarjo) 


Note
Pesan Gus Nur, "Manusia zaman sekarang itu biasanya tidak kuat duduk lama di pengajian. Baca saja Ratib al-Haddad, agar hidup ini berkah. Biar kata tidak seperti orang-orang terdahulu yang kuat berlama-lama untuk ibadah, dengan membaca Ratib tersebut insyaallah berkah." (wallahu a'lam) 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Lomba Menggambar dan Mewarnai Tingkat TK dan SD/Sederajat Se-DKI Jakarta

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta dalam Rangka HARLAH ke-34

〰〰 Proudly Present 〰〰

 LOMBA MENGGAMBAR DAN MEWARNAI TINGKAT TK DAN SD/SEDERAJAT SE-DKI JAKARTA 


Waktu Lomba: Sabtu, 20 April 2019 (08.00-selesai)
         
Tempat Lomba: Lapangan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta. (Jl. Panjang no. 6C Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat)

HTM : Rp 50.000

Fasilitas 
1. Hiburan dongeng anak, oleh Kak Tony 
2. Piala 
3. Sertifikat 
4. Snack 
5. Kertas Gambar 
6. Bazar
7. CD Haddad Alwi

 Kategori Lomba 
1. Lomba mewarnai
        - Tingkat TK (undangan dan umum)
          - Tingkat SD Kelas 1-3 (undangan dan umum)
        2. Lomba menggambar
              - Tingkat SD Kelas 4-6

          Syarat  dan Ketentuan Pendaftaran
          ✒ Melakukan pendaftaran ke panitia dengan cara :
          Langsung ke sekretariat Pondok Pesantren Asshiddiqiyah,  atau
          Via whatsapp ke +62 895-0352-2144 (Kak Oca)

          Format: Kategori Lomba_Nama Peserta_Asal Sekolah.
          Contoh: Mewarnai TK_Siti Aisyah_TK Harapan Bangsa Jakarta Barat.

          Dengan membawa:
          • 1 Lembar foto kopi keterangan identitas siswa (di halaman depan raport). 
          • 1 Lembar foto kopi nilai raport semester 1 tahun 2018.
          • 1 Lembar foto kopi KK (untuk kategori lomba mewarnai tingkat TK yg belum memiliki raport/ belum sekolah)
          Dapat diserahkan langsung ke sekretariat atau kirim foto ke whatsapp +62 895-0352-2144 (Kak Oca)

          ✒ Melakukan pembayaran administrasi ke sekretariat atau via transfer ke Rek DKI Syariah a/n Annisa Ratna Pratiwi 72020007484 
          Kirim bukti transfer ke Whatsapp 085776311362

          ✒ Ketentuan Lomba
          1. Membawa meja dan pensil warna/crayon.
              Hanya boleh menggunakan crayon standard sejenis Titi,  Greebel, Pascola, dll.
             Tidak boleh mengguakan crayon istimewa seperti Carandache,  Grasp, Lyrax, Greebel Artist, Titi Premium, dll.
          2. Membawa 1 porsi buah (jenis buah bebas).  Digunakan untuk gerakan makan buah bersama.

          Tema Lomba
          ➱Mewarnai : Cinta Alam
          ➱Menggambar : Pesantrenku Keren 

          Juara Lomba
          Mewarnai TK
          - Juara 1, 2 dan 3 (undangan)
          - Juara 1, 2 dan 3 (umum)
          - Juara harapan 1, 2 dan 3 (undangan)
          - Juara harapan 1, 2 dan 3 (umum)

          Mewarnai SD Kelas 1-3
          - Juara 1, 2 dan 3 (undangan)
          - Juara 1, 2 dan 3 (umum)
          - Juara harapan 1, 2 dan 3 (undangan)
          - Juara harapan 1, 2 dan 3 (umum)

          Menggambar SD Kelas 4-6
          - Juara 1, 2 dan 3
          - Juara harapan 1, 2 dan 3

          Apa saja ya, hadiahnya?
          • Piala
          • Sertifikat
          • Uang Pembinaan (untuk juara 1-3)

          Tunggu apalagi? Yuk daftarkan segera. Kuota terbatas, loh.
          Pendaftaran dan Pembayaran ditutup tanggal 18 April 2019

          Info lebih lanjut hubungi Whatsapp
          +62 895-0352-2144 (Kak Oca)
          +62 858-8828-2266 (Mr. Ridwan)

          ❄ Generasi Millenial yang Sportif, Sehat, Kreatif,  dan Berprestasi Bersama Santri ❄

          • Digg
          • Del.icio.us
          • StumbleUpon
          • Reddit
          • RSS

          Tanpa Kata, Tanpa Rasa



          Benar-benar tak terbendung lagi
          Bibirmu tak dapat berkata
          Hatimu tak kuasa
          Matamu,
          matamu meneteskan butir-butir air mata

          Apa?
          Kenapa?
          Tiada kata
          Tiada rasa

          Sudahlah, lupakan saja
          Lupakan!

          Kau ingin mengatakannya,
          tapi tak satu katapun yang berhasil keluar
          Lalu kau menangis
          Ya sudah, menangis saja

          Lagi-lagi, kau mencoba untuk melupakan
          Membuang semua rasa
          Membendung semua kata

          Kau menguncinya rapat-rapat
          Tidak akan ada lagi yang dapat membukanya 
          Yakin itu kemauanmu?

          Lupakan!
          Kunci!

          Tanpa rasa
          Tanpa kata
          Biarkan begitu saja

          • Digg
          • Del.icio.us
          • StumbleUpon
          • Reddit
          • RSS

          Butiran Debu


          Bukan apa-apa, cuma pengin curcol aja, my moon.

          Gini, kemarin kan gue sidang, tapi udah punya feeling kalau apa yang bakal dipresentasikan dan dipertanggung jawabkan masih banyak kejanggalan. Tapi belum dapat clue buat memperbaiki yang aneh itu. Dospem no comment at all,  lagi. Just go ahead. Lanjutkan di sidang saja, toh nanti ada revisi. Dari situ hati jahat gue terbesit uneg-uneg, "Kalau kayak gini jadi unfaedah, dong."  Hufh, maaf kan diriku yang berpikiran seperti itu. Aku hanya makhluk biasa yang penuh keluputan. Mahasiswa akhir pasti tahu rasanya kayak apa. Tapi itu bukan apa-apa, masih banyak lagi yang lebih parah. 

          Fix, tibalah hari yang mendebarkan. Nggak segitunya juga, sih. Biasa aja, tapi ya itu, "Bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan segala keanehan itu?"
          Yaks, gue cuma berdua ke kampus pusat buat sidang. Mau gimana lagi, yang lain belum pada nyusul. Biar didorong-dorong, kalau belum ada kemauan untuk maju, ya gitu deh. Doa gue simpel, semoga kalian cepat nyusul ya Allah. 

          Oke, sesampainya di kampus pusat, gue dan Juju nyari di mana tempat sidangnya. Kita satu ruangan. Menurut urutan dia yang pertama, dan gue dapat jadwal terakhir.
          Ternyataa takdir berkata lain. Penguji II Juju sakit, jadi beliau digantikan. Majunya juga gak jadi urutan pertama. Jadinya, kita duduk anteng di dalam ruangan sambil merhatiin peserta sidang yang lain, deh. 

          Juju baru sarapan roti tadi pagi, tangannya dingin. Fix, dia kelaparan. Berhubung sudah masuk waktu Dzuhur, kita shalat dulu di masjid, lalu cari makan. Setelah shalat dan makan siang, kita balik lagi ke kampus. "Tadi ada yang dipanggil tapi orangnya lagi keluar. Anisa siapa gitu, namanya," kata ibu-ibu peserta sidang yang kita temuin di depan lift. "Oh iya, terima kasih infonya. Kita duluan ya Bu." Aku dan Juju lebih milih naik tangga. Ruangannya di lantai dua, ini. 

          Aduh, sudah dipanggil. Mana kutahu, menurut jadwal kan, terakhir. Nanti juga dipanggil lagi.
          Sudah hampir Ashar, tapi belum dipanggil lagi. Juju juga belum. "Ih, bapak gondrong itu ngujinya serem amat." Juju sedikit berbisik ke arahku. "Iya, penampilannya kayak anak sastra, tapi sepatu sportnya kece." Jadi inget gambaran temennya Indi, adek gue, dia anak sastra soalnya. Sastra Inggris. 

          Akhirnya Juju disidang. Alah mak, gue masih ngejogrog di sini. "Permisi, ada Annisa?" tanya seorang lelaki dari balik pintu. 

          "Oh iya. Giliran saya ya, Pak?"
          "Iya. Pindah ke ruang depan, ya." Jiah, gue pindah ke ruang 1 rupanya.
          Ini nih yang paling gue gak suka. Kalau tes oral, jantung gue berdegup kencang seakan genderang mau perang. Nervous, sumpah. Mana penguji I gue teteh, lagi. Beliau kakak kelas gue semasa SMA. Gue kenal beliau karena ngajar di kampus di mana gue kerja. Ops, ngabdi lebih tepatnya. Udah karya gue berantakan, gimana kalau jawaban gue juga amburadul? Malu setengah hidup, gue. 

          Gue gak bakalan ceritakan gimana kisah gue pas disidang. Memalukan tingkat dewa. Teteh, maafkan alumni yang memalukan seperti aku ini, hiks. 

          What, gue balik ke ruangan asal pun si Juju masih disidang? Ini guenya yang kecepetan atau dia yang kelamaan? 

          Juju pun akhirnya selesai. Sepertinya akan turun hujan. Please lah, hujan dari matamu, Ju. Ya sudah, sebaiknya kita shalat Ashar dulu biar lebih tenang. 

          "Ju, rasanya pengen makan lagi."
          "Tapi aku belum laper." Yah, kita gak sehati. "Nanti sebelum pulang aja makannya, gimana?"
          "Oke, lah."

          Selesai shalat, balik lagi ke kampus. Masih ada bekal sih, di dalam tas. Makan yang itu dulu deh, sambil nunggu pengumuman. 

          Sekitar jam lima sore, seluruh peserta sidang dipanggil untuk berkumpul. Hawanya suram, sesuram pandangan gue karena ngantuk, capek, lemas deh, rasanya. Berhubung Sekertaris Prodi, teteh yang membacakan hasil sidangnya. 

          Syukurlah kami semua lulus, walaupun ada yang bersyarat karena berbagai macam faktor. Pastinya revisi ekstra, ekstra banget. Lord, rasanya mukaku kudu ditutupin pakai apa biar gak kelihatan? Masih terngiang-ngiang akan kata-kata teteh tadi. Hufh...

          • Digg
          • Del.icio.us
          • StumbleUpon
          • Reddit
          • RSS