Kabar duka. Eh, bukan duka yang seperti itu.
Ini kisau Claudia temanku, cerita seminggu yang lalu. Berarti duka yang telah lalu? Ya, nggak gitu juga.
"Bena, pipi aku perih, nih." Ya Allah, tampangnya melas sekali. Astagfirullah, aku bukan meledek, tapi memang mukanya melas, untung ada manis-manisnya.
Aku berusaha untuk tidak mengeluarkan ekspresi apapun, takut dia salah paham, "Iya ya, merah itu. Gatal gak, Clau?"
"Nggak, tapi perih."
Nona Clau juga tidak tahu kenapa. Awalnya dia kira digigit nyamuk, tapi nggak gatal. Paling nanti hilang. Lah, besoknya mulai terasa perih dan agak panas.
"Bena, kamu pernah nggak, ngerasa kalau setelah melakukan kesalahan terus dapat teguran langsung, gitu?"
"Model-model pelajaran kan, ya? Sentilan kehidupan?"
Claudia mendesis menahan perih, "Iya."
"Mbatin juga pernah. Kayak, 'Kenapa sih, kok seperti itu aja belum bisa' or 'Sebegitunya, kah? Lebay banget nggak, sih?' eh terus nggak lama kemudian mengalami hal serupa." Tepok dahi deh, aku.
"Teguran kali ya, biar kita merasakan di posisi orang lain."
"Kalau udah gitu tuh, langsung deg, alhamdulillah ya Allah, masih memberikan hidayah kepada hambamu ini."
"Hmm. Aku mau cerita, tapi kamu jangan ketawa, loh."
"Cerita aja, lah. Santai."
"Dua hari lalu tuh, Uda bilang kalau aku kayak jadi lebih menarik, gitu."
Waduh, seketika dahiku mengkerut, "Eh, habis ketemu?"
"Chat. Langsung dihapus abis bilang gitu. Terus aku iseng ngejahilin Uda. Chat bercandain dia gitu."
Ehhem! Claudia tuh pendiam ya, Gess. Tapi, kadang kalau udah bercanda sama dia dan momennya pas, asyik banget loh, anaknya.
Oiya, Uda itu tunangannya. Siapa sangka tetangga jadi calon imam. Mereka nggak kenal sebelumnya, tapi semuanya berubah setelah mengemban dan menyelesaikan tugas bersama. Aseekk. Kolaborasi bisnis yang berujung manis. Ihhiirrr!
Ternyata dua hari lalu mereka nggak sengaja ketemu di acara Launching Aplikasi Sistem Informasi Kerja Elektronik.
"Etdeh. Apanya yang menarik, Clau?" Pura-pura saja, padahal mah segala hal di dia emang menarik, sih. Unik lah, bestie-ku ini
"Hehe. Nggak tahu."
Mereka jelas jarang ketemu. Sebelum tunangan, Uda pindah tugas ke luar kota. LDR. Kok ya bisa, kalau chatting-an ngebahas proyek saja. Serius gitu doang? Iya kadang bercanda, tapi jarang.
Udah Uda jarang video call, Claudia lebih jarang lagi terima panggilan itu. Kalau diterima, dia malas pakai kerudung katanya, yaa seadanya dia balut kepalanya dengan kain apa saja yang ada di dekatnya (tapi bukan kain pel juga, keleuss), lalu separuh wajahnya ditutupi pakai bantal. Malu euyy. Uda video call juga paling nggak sampai tiga menit, terus diem aja ngelihatin seseorang di seberang yang cuma kelihatan matanya doang. Komunikasi seperlunya saja, gitu. Paham lah, aku sama Nona Clau ini.
Claudia nggak tahu Uda bilang menarik itu dari sisi mananya. Entah dari penampilan, perilaku atau dari mana. Tapi kok bisa-bisanya dia berpikir kalau merah-merah yang bikin wajahnya perih itu karena tunangannya bilang dia jadi lebih menarik. Yaa, memang sih, ada adegan bercandaan setelah itu, jadi dia mikirnya teguran dari Tuhan kalau seharusnya dia jangan begitu, karena belum sah.
Dia pernah cerita, karena merasa takjub plus bangga dengan kinerja Uda, terus dia kasih foto jemarinya yang bikin simbol saranghae apa ya, setelah itu dia hapus. Eh, besoknya jari dia kena pisau. Nggak parah, cuma kegores dikit doang. Nah, itu tuh, dari situ dia ngerasa malu sama Allah katanya. "Teguran ini mah, Bena." Aku pribadi hampir setuju dengan pemikirannya, tapi di samping itu kita juga tidak tahu kan, apa benar begitu atau kejadiannya saja yang ngepas banget, terus dia jadi berpikir seperti itu.
Unik mereka, tuh. Ya Allah, gemes aku jadinya. Semoga pernikahan kalian dilancarkan dan diridhai Allah. Amin. Jadi Syawal nanti aku bisa kondangan, deh. 😊
0 komentar:
Posting Komentar