Malam Minggu yang suram. Kelabu. Alah, gayanya. Giliran ada kegiatan, aja, pengennya libur. Waktunya nobar, malah pada tidur. Eh, gak jadi konsulat, pengen nobar.
"Umi, minta sms, Umi," Serly lagi, Serly lagi. Perasaan, tiada hari tanpa nggak minta sms.
"Umi nonton, Umi..." Masih sibuk ngejahit baju, "Nonton apa, Ndah?"
"Di laptop, Umi..."
"Nonton apaan? Gak ada filem baru."
"Gak apa-apa, Mi, daripada be-te." Aduh, benangnya abis, lagi. Kudu masukin ke dalem jarum, deh, ah, "Udah nggak usah. Balik kamar aja ya Nak, Umi sibuk, nih."
"Umi, malem-malem ngejait."
"Tanggung. Nyelesein yang tadi siang."
Ngecek kamar, eh, sebagian udah pada tidur. Udah bersih juga, abis dipiketin.
"Ndah, kamu meriang?" Si Safira masih ngelanjutin aksi ngeroknya yang amatiran. Yang ditanya malah cerita panjang lebar kenapa dia dikerok. Langsung lupa, tuh anak ngomong apa. Auk, ah. Ceritanya nggak jelas. Mimpi apa... punya anak-anak kayak gini. Alhamdulillah aja, deh.
"Umi, masa tangan Indah ada tulisan "ﺍﻟله ". Dia bikin pake pacar kuku. Kan nggak boleh ke kamar mandi kan, Mi," lapor Khofifah.
"Mana Umi liat," ada-ada..., aja tingkahnya, "Ngapain, lagi. Tuh, tangan kamu jadi jorok ada corat- coretannya. Pake bandul kalung "ﺍﻟﻠﻪ" aja kudu dilepas kalo ke kamar mandi."
Khofifah langsung ngasih minyak telon ke tangan Indah. Niatnya pengen ngilangin. Eh, digosok-gosok, bukannya ilang malah punggung tangannya jadi merah.
"Umi, sakit, Mi," Indah ber-aduh-aduh sambil berdesis, "Udah Khofifah, perih, nih."
"Udah Nak, sini Umi ilangin tulisan "ﺍﻟﻠﻪ -nya", mana pacar kukunya?"
"Udah tinggal dikit, Mi. Itu saya belinya juga patungan ama Alya."
"Dikit doang. Buat nutupin. Lagi nggak sopan. Masa tulisan " ﺍﻟﻠﻪ " dibawa ke kamar mandi." Akhirnya dikasih. Iseng bikin gambar bintang, deh.
"Umi, masa kamar kita lagi yang nguras kamar mandi," celetuk Safira dengan suara cemprengnya.
"Lah? Emang kalian udah nguras? Kapan?"
"Hari Jum'at, Umi," jawab Abil.
"Udah Umi, pas 'Jum'at bersih'. Kan kamar tiga udah nguras kamar mandi yang bawah, nyikat wc, sama lorong juga kita pel, Umi..." protes Fifi.
"Nanti Umi tanya Umi Juby lagi, ya, Nak."
"Umi nonton Umi..., film Barbie yang di laptop Umi, deh."
"Udah Umi apus, Ndah. 'The Guardian' mau?"
"Yang burung animasi itu, Mi? Udah nonton kan, waktu itu..."
"Yang abis itu nonton film Thailand anak band lucu itu kan, Ndah?" Indah cuma ngangguk bentar ke Arah Abil.
"Yah, Umi. Pake spin, deh." Indah memelas.
"Emang WLAN-nya nyampe ke kamar kamu?"
"Kalo nggak yang film yang kata Umi anaknya meninggal. Safira belum selesai nonton, Umi."
"Iya Mi, sedih filmnya," timpal Serly.
"Ya udah. Tapi besok jangan pada 'kebo' pas dibangunin tahajud." Pada seneng? Awas ye, jadi kebo beneran kalo susah bangun. Σ( ° △ °|||)︴
Eh, Walaupun cuma mbatin, masa ngedoain anak jadi kebo? Ya Allah, ampuni hamba. Semoga kami diberi kemudahan bangun pagi dan keridhaan-Mu. Amin.
Eh, Walaupun cuma mbatin, masa ngedoain anak jadi kebo? Ya Allah, ampuni hamba. Semoga kami diberi kemudahan bangun pagi dan keridhaan-Mu. Amin.
Meski belum menikah, tapi aku kan menjadi ibu asuh anak-anakku, calon ibu bagi anak-anak kandungku. Perkataan adalah doa. Ya Allah, bimbinglah kami. Semoga kata-kata yang keluar dari lisan ataupun hati kami adalah perkataan yang baik. Amin. (taubat mode on)
"Umi, pinjem Music Angle-nya, Umi..."
"Iya, Mi, buat pengeras suara."
"Iya."
"Umi, besok Silvi minta uang ya, Mi. Mau beli bubur di depan Super Indo."
"Iya, Nak." Yah, beginilah susah senangnya mengasuh tujuh belas bidadari kecil tanpa didampingi sang bidadara. Eh? (´ヮ`)
Sejam kemudian.
"Nak, udah malem, loh. Filmnya masih lama, nggak? Besok bangun pagi, istighosah dan jama'ah subuh."
"Udahan Mi, filemnya. Ini mau dimatiin laptonya."
"Ya udah. Pada ambil air wudhu dan berdoa sebelum tidur ya, Nak. Niat besok bangun pagi buat beribadah."
"Iya, Umi...." jawab mereka serentak.
0 komentar:
Posting Komentar