Diberdayakan oleh Blogger.
Seal - Gaia Online
RSS
Container Icon

Lelah

Bismillahirrahmanirrahim 

Ketika ada halangan mendadak yang menyebabkan rekan kerjamu izin, padahal kondisinya lagi hype, ya harus stay strong


"Menumbuhkan asusmsi kalau aku udah nggak punya air mata lagi, gimana ya?" Anistasya kalau bete pasti ngelukis. Lukisannya abstrak banget, pula. 

Naya cuma geleng-geleng, "Gak kayak gitu juga, Neng. Lelah itu wajar. Tapi, menanamkan pikiran agar tetap kuat dengan tidak menangis sama sekali itu kurang tepat, Nis."

"Iya, sih. Tapi...."

"Dear, menangis juga bisa menjadi salah satu mekanisme terbaik tubuh untuk menenangkan diri, tauk." Alamat, nih anak mau ceramah. Anistasya sudah biasa sih, dapat wejangan. Dia terima-terima saja. Lha wong bermanfaat, kok. 

Kultum tentang menangis, ya? Hmm. Kurang lebih, kontennya Naya bicara tentang peneliti yang telah menemukan bahwa menangis mengaktifkan sistem saraf parasimpatis (PNS). PNS itu yang membantu tubuh beristirahat dan mencernanya. Namun, manfaatnya tidak langsung. Yaaa, kurang lebih perlu beberapa menit air mata menetes sebelum orang yang menangis itu merasakan efek menenangkan dari menangis. Bla bla bla, dan seterusnya, ya gitu deh. 

"Aku nggak kuat kerja fisik, makanya kerjaanku itu rata-rata pakai otak." Gadis berjilbab hijau muda itu tersenyum, senyuman yang dipaksakan. "Padahal kemampuan otakku cuma kelas menengah, jadi kudu mikir ekstra," Anistasya mengedip-ngedipkan matanya. Bibirnya itu loh, menjep-menjep

"Jangan begitu. Bersyukurlah, duhai Nona Muda."

"Astagfirullah," dia mengusap wajahnya, "Ya Allah maafin Anis, ya Allah."

Naya menepuk-nepuk pelan pundak sahabatnya, "Jadi, mau nangis apa nggak, nih?" 

"Nanti aja, kalau lagi sunyi. Sekalian munajat," Ciye ada yang lagi malu-malu. Wajahnya memerah, euyy. "Eh, katanya manusia punya tiga air mata, ya?" Tanya Anistasya serius. 

Naya menghela napas. Antara heran tapi gak asing. Manusia di hadapannya itu loh, awal-awal nampak sedih dan penuh beban, lalu jengkel, kemudian kaget, eh tiba-tiba jadi malu-malu, terus serius. Lihat saja nanti ekspresi selanjutnya kayak apa. 

"Setahuku begitu." Naya memicingkan matanya, "Ada air mata refleks, air mata yang terus-menerus keluar, continuous tears, dan air mata emosional, Nis." Dia mulai serius, tapi tetap santai, "Air mata refleks tugasnya membersihkan kotoran-kotoran, seperti asap dan debu dari mata, Neng. Nah,  kalau air mata yang keluar terus-menerus, dia melumasi mata dan membantu melindunginya dari infeksi. Yang terakhir, apa hayo?"

"Ih, lanjutin lah, Nay." Naya senyum, manis banget. 

"Air mata emosional Nis, air mata yang memiliki manfaat kesehatan. Jika continuous tears mengandung 98 persen air, air mata emosional diduga mengandung hormon stres dan racun lainnya, loh. Para peneliti yakin bahwa menangis dapat mengeluarkan hal-hal buruk dari sistem tubuh, meski penelitian lebih lanjut perlu diteliti lagi. Yaa, seingatku begitu. Mohon maap deh, kalau keliru."

Anistasya mengecek handphonenya, ada pesan masuk ternyata. 


Nah loh, sekarang sumringah. "Chat dari siapa sih?" Naya kepo, dia mendekat ke layar hp sahabatnya. 

Bukannya diumpetin malah disodorin tuh hp. "Nih, lihat nihhh," fix, tiada rahasia-rahasiaan. Eeh, tapi bukan berarti mereka tidak punya ruang pribadi. Itu mah kebetulan saja lagi ada pameran. 

"Itu tetanggamu bukan sih, Nis?" 

"Iya, ibu-ibu yang hanya tinggal berdua sama suaminya. Anaknya udah pada menikah," jari-jarinya begitu lihai membalas pesan, sampai typo gitu ngetiknya. Lah, si ibu juga typo

Bodo amat sama typo, gas aja terus, Nis. 


"Kamu tuh, ngesave semua hasil karyamu di galeri, Nis?"

"Iya dong, diabadikan. Sejarah kehidupan tauk, Nona." Anis chattingannya lancar bener


Lah, dia foto juga stok perkakas menjahitnya itu. Yaampun... "Nis... Nis, seneng bener gegara dapat orderan or semangat karena mainan manik-manik?"

"Dua-duanya, dong." Naya geleng-geleng lagi. Anistasya sudah lupa dengan beban hidupnya. 

"Dasar. Enak ya kamu, diajak mainan begituan pusingmu hilang." Anistasya mengangguk-angguk, jarinya masih sibuk mengetik. 


Pokoknya Anistasya dan Umi Fifi chatting sampai puas. Naya juga puas melihat sahabatnya bahagia dapat orderan. 

Sudah jam pulang kantor. Karena Naya mau mampir ke toko buku, Anistasya pulang duluan, biasanya mereka pulang bareng karena searah. 

Di rumah, Anistasya langsung mengobrak-abrik kotak harta karunnya. Apalagi kalau bukan seperangkat renda, kancig, dkk. 

"Nis, itu jelly gak dimakan?" tanya Bang Fahry. 

Yang ditanya nggak dengar saking fokusnya. Di depannya tercecer perlengkapan kerajinan tangan dan semangkuk jelly rasa cincau. 

Si abang menyodorkan mangkuk itu ke wajahnya. "Astagfirullah," Anis kaget. 

"Fokus amat. Nih, nggak dimakan?" Anistasnya nggak sadar kalau ada makanan di situ.

"Bukan punyaku, Bang. Nggak tahu siapa yang naruh. Lagian aku nggak begitu suka rasa cincau."

"Sukanya rasa coklat, ya?" tanya Fahry asal. 

"Sukanya yang asem-asem, tauk." Dia sibuk memasukkan jarum ke lubang kancing. Aduh benangnya kusut lagi. 

"Ketek?" Abang tanpa dosa banget nanyanya. 

Tahan..., tahan.... Anistasya menarik napas panjang dan mengembuskannya, "Rasa buah, ih!" 

Fahry mengambil mangkuk itu, "Ya udah, Abang makan." Anistasya mengangkat kepalanya sambil merem, menjep-menjep lagi dia. 

"Abang mau ke warteg. Nitip apa?"

"Capcay plus telur dadarrrr." Setelah menghabiskan jelly, Fahry cuss ke TKP. Warteg, warung makan yang porsinya bikin wareg

Bunda tidak masak dan sedang pergi yasinan juga, maklum malam Jumat. Tapi biasanya pulang dari yasinan bawa oleh-oleh banyak. 

Di lingkungan mereka tinggal, warga terbiasa mengadakan acara yasinan bergilir dari satu rumah ke rumah lainnya di setiap malam Jumat. Kalau malam Sabtu setelah Isya, ada kegiatan muthalaah, kegiatan belajar bersama untuk mengulang pelajaran tadi pagi/siang di sekolah atau mempersiapkan pelajaran esok hari gitu, di pendopo RT. Pesertanya dari anak-anak sampai orang tua. Gak wajib, bagi yang mau saja. Biar kata sunah, tapi banyak yang berminat. Asyique, belajarnya terserah bawa buku masing-masing, mirip kayak belajar di rumah. Bedanya, kalau ini belajar bersama didampingi kakak Karang Taruna. 

Suara motor Fahry tuh, Anistasya segera bangkit menemui kakaknya di depan pintu. 

"Abang, mana punyaku?" 

"Sabar atuh Neng, baru juga sampai," Fahry memberikan bungkusan nasi warteg, "Spesial buat princess."

"Amin. Makasih doanya Bang, semoga jadi princess beneran. Thanks a lot for the meal, my bro. May you always have a blessed life." Fahry tersenyum simpul. Mereka pun makan bersama di depan televisi. 

Anistasya membuka bungkusan nasi miliknya, "Wah, ada kentang balado!" Girang betul gadis satu ini, "Abang, ya Allah Abang, maksih banyak aku seneng bangeeet." Kakaknya cuma manggut-manggut. 

Ketika meneguk air minum, tiba-tiba Anistasya ingat kata "ketek", sontak ia tersedak dan ingin tertawa, tapi ditahan. Tsundere, nih. Padahal tadi sudah berhasil menahan tawa, tapi ingat lagi pas minum. Yaa, keselek, deh. 

Esok harinya, Anistasya mengumpulkan kekuatan lagi untuk menyelesaikan kerjaannya di kantor. Eits, baru ingat kalau belum kasih tahu Umi Fifi. Pesanannya sudah jadi. 


Oke. Tinggal bagian pewarnaan dan dialog. Ini nih, harus jeli. Anistasya biasanya menghayati dulu sebelum lanjut ke bagian yang sakral, shading dan background. Untung di EMS Studio tempatnya bekerja, atasannya baik. Jadi, meskipun ada rekan kerja yang sering komentar rese, masih oke lah buat dia. Maklum, di manapun kita berada gak semua orang bisa cocok atau baik, pasti ada saja yang rese. Yang terpenting bagaimana kita menyikapinya, tidak membalas dengan perbuatan yang sama. Eh, tapi kalau sudah keterlaluan boleh lah, diusilin balik buat pelajaran kali ya. 

Hari Jumat pulang lebih cepat. Ada notifikasi chat masuk. Dari Umi Fifi. 



Wadidau, dapat stiker saranghae. Jadi makin cinta sama pelanggan. Hahaha. 

Pas mau ke rumah Umi Fifi, ketemu Mbak Bitoh, "Mau ke mana, Teh?"

"Ke rumah Umi Fifi, antar ini," Anistasya memperlihatkan konektor masker yang dibawanya. 

"Aku mau pesan juga dong, Teh."

"Bahan-bahanku hampir habis, nih. Sesuai stok aja gak papa, Mams?"

"Gak apa-apa. Harganya berapaan, Teh?"

"Satunya 3.500, kalau beli tiga 10.000, Mams." Anistasya nyengir. 

Ibu dengan dua jagoan cilik itu mencolek hidung Anistasya, "Oke Teteh Incess." 

Dari dulu Mbak Bitoh suka manggil Incess-Princess, Anistasya sendiri bingung kenapa bisa dipanggil begitu. 

Di depan rumah Umi Fifi ibu-ibu sedang berkumpul, ada Bunda juga. Anistasya menyalami mereka satu per satu. 

"Ada apa, Teh?" tanya Bunda. 

"Mau antar pesanan Umi, Bun." Bunda tersenyum. Anistasya paling suka lihat senyuman bundanya. Adem, jadi tambah sayaaaaang banget. 

Ternyata para ibu sedang berdiskusi tentang piknik. Rencananya hari Ahad mau buka lapak di danau komplek sambil bakar ikan, bapak-bapak nanti yang mancing ikannya. 

Tahu mau piknik, Anistasya riang bukan main. Secara, sudah lama tidak liburan. Emang dasar, kurang piknik. 


Alhamdulillah, nanti malam Anistasya bagian jaga di pendopo RT, jadi sekalian kasih pesanan Mbak Bitoh. Beberapa orang tua terkadang menemani anaknya belajar, ada juga yang sengaja mampir pendopo walaupun anaknya nggak belajar karena masih balita. Yah, kumpul-kumpul saja biar berkah. 

Kamu luar biasa!
Pantang menyerah. Kuat menerjang cobaan. Walau mungkin orang lain tidak tahu bahwa diam-diam air matamu jatuh terurai, hampir menyerah dan terus berkata bahwa kamu sangat lelah. Tapi kamu lebih memilih untuk bangkit. Terus bersabar, berdoa dan tetap gigih. Terus meyakinkan diri bahwa kamu mampu. Terus menjaga kobaran api semangat dan harapan sampai titik di mana kamu sadar bahwa kebahagiaan adalah suatu hasil dan jawaban dari segala jerih payahmu selama ini.
Selamat, kamu hebat!

 




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

My Lovely Day

 Bismillahirrahmanirrahim



Seneng banget. Aku senyam-senyum gitu deh, gara-gara mimpi indah pergi ke tempat bersejarah didampingi guide. Wadidau, guided my heart. Haha, guided my way, deng. Sambil nyanyi dong, hey hey siapa dia.... Hmm, siapa ya? Dia itu teman lamaku, tapi wajah dan perawakannya kayak gabungan dari dua orang. Temanku dicampur teman dari temannya temanku. Yah, namanya juga mimpi, ketemu seseorang yang wajah atau perawakannya ibarat Choi Siwon dicampur Tukul Arwana, mungkin saja, dong. 

Eh, sebelum mimpi aku tuh sampai keselek gegara ngekek. Jadi, semalam kan aku pergi ke tempat foto kopinya Babeh Kipli, di sana ada Entong yang baru kelihatan batang hidungnya. Bertanyalah sang ayah kepada anaknya, "Dari mane lu, Tong?"

"Dari Pesing, Beh."

Bang Ruma nyeletuk, "Ngompol?"

Sontak keselek aku, tertawa terkekeh-kekeh bin ngekek gitu. Receh banget ya Allah..., selera humorku sebatas itu.



Seperti biasa lah, hari-hariku ya ngantor, di depan komputer saja. I live in a boarding school, therefore I don't go anywhere, especially during a pandemic like this. Sudah peraturannya sih ya, nggak boleh sering keluar gerbang kecuali ada keperluan. Makanya, mimpi jalan-jalan rasanya seneng banget akutuhhh

Hari ini harus menyelesaikan laporan keuangan dan sore hari aku dapat jadwal mengawas ujian praktik kelas 12 spesifikasi tata busana. Di sekolah kami tersedia beberapa keterampilan yang bisa diambil sebagai kelas tambahan, salah satunya tata busana. Alhamdulillah aku masuk jajaran pembina. Heheheyyy, gak bermaksud sombong, cuma mau pamer, kok. Awokawokawok

Bermain dengan excel dan berbagai rumusnya sih sudah biasa, tapi kok ya bolak-balik revisi, ternyata yang di-acc atasan malah laporan yang awal. Rasanya pengen salto, terus jungkir balik, terus apa lagi ya? Sekalian senam tik-tok kali ya, biar sehat. Gak susah sih, soal konten laporannya, yang susah itu layout-nya. Gak tahu kenapa si PC kok ya, ngajak ribut. Sinyal juga minta ditabok apa ya, padahal mau internetan buat kirim laporan. Wifi kantor mati. Alamaaaak. Ya sudahlah. 

Waktu salat Zuhur hampir tiba, eh tiba-tiba kepalaku kok pusing sebelah. Aduh, kayaknya tubuh mulai stres. Hey, kamu! Kamu juga ada yang kayak gitu gak, sih? Bukan menyengaja or lebay, tapi kalau sudah kelelahan gitu, tubuh tuh rasanya kayak jadi stres. Eh, iya gak, sih? 

Demi apa, masih agak sakit gitu, padahal tadi siang sengaja tidur buat istirahat. Tapi aku masih kuat pergi ke workshop tata busana, kok. Semangat ya diriku! 

"Miss Vanisa, tadi ada pesan dari Miss Maryam, blazer hasil kelas 12A2 yang sudah siap bisa disimpan di ruangan beliau."

"Oh iya. Nanti Jeny bantu saya bawain ke sana, ya." Jeny anaknya baik, jadi aku nggak sungkan kalau minta bantuan ke dia. Insyaallah ikhlas anak satu ini, mah. "Maaf Miss, kayaknya lagi kurang enak badan, ya?"

Aku hanya tersenyum simpul, "Migrain saya kumat. Tapi nggak apa-apa, kok," peka juga dia. 

"Kalau ada lagi yang perlu dibantu, panggil saya saja Miss," tuh kan, apa aku bilang. Eh, aku mbatin, deng.

Alhamdulillah ujian sore ini berjalan lancar, karya mereka juga bagus-bagus dan hampir selesai. Deadline satu minggu lagi, lalu 25 kostum terbaik akan ditampilkan di lokakarya. Ah, jadi ingat masa-masa sekolah dulu, tapi ya Allah kepalaku masih pusing ini, ya Allah. Pulang ke kamar mau langsung makan nasi kotak, deh. Alhamdulillah tadi ada rejeki. 


Di magic comb masih ada sisa nasi, digoreng aja kali ya. Iya ah, goreng nasi sekalian buat sahur. Setelah matang icip-icip. Nggak nanggung-nanggung aku cicipin sepiring kecil, piring kue ulang tahun itu. Iya, piring itu. Piringnya baru loh, bukan yang bekas kue. 

Sambil baca webtoon, aku balas chat di grup keluarga. Cihuyy, ibuku sedang online, euyy. Eh, kok aku senang ya? Fix, efek rindu ibu, ini. Dasar anak rantauan. Iya, merantau dari Depok ke Tangerang. Hahahaha.

 

Senangnya, hari ini. Walaupun ada tragedi pusing kepala sebelah, tapi alhamdulillah setelah chatting bunda tercinta jadi sembuh, loh. Jiwaku sudah kembali bahagia kayaknya, jadi rasa sakitnya hilang. Bablas rasane! Rasa sakitnya, gitu. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Indah pada Waktunya

Bismillahirrahmanirrahim 

Setiap orang pasti punya keinginan, tapi kebutuhan lah yang paling penting. Yups, terpenuhinya sebuah keinginan itu ya, saat ia berubah status menjadi kebutuhan. Menurutku begitu, tapi semuanya atas kehendak-Nya. Ehem! Butuh waktu. Asyiique. \(^▽^@)ノ

Simpel sih, aku sebenernya becita-cita punya gelas kaca atau keramik, biar anti panas gitu buat minum wedang jahe (instan). Bisa banget sebenarnya kalau aku minum di termos kaca, tapi itu khusus buat air putih. Yaaa, aku bukan tipe orang yang all in one sih, kecuali pada hal/kondisi tertentu. 

Kenapa nggak beli? Iya, bisa banget juga, tapi sayangnya belum kesampaian saja. Untungnya aku punya botol beling bekas minuman vitamin c. Ukurannya pas lah, kalau untuk minum wedang jahe or saffron hangat. Ya sudah, aku pakai itu. 

Ih, kamu pelit yak? Astaghfirullah. Bukan dong, bukan begitu. Aku hanya memanfaatkan yang ada. Toh, cita-cita punya gelas kaca/keramik itu bukan kebutuhan primer. Wkwkwkwk. ↖(^▽^)↗

Nah, hari ini kan ada acara Kongres BEM di perpustakaan. Aku hadir, walaupun telat dan gak fokus pada acara. Maap-maap bukannya apa-apa nih, aku lagi konfirmasi ketentuan Ujian Komprehensif bidang bahasa untuk anak-anak kelas 12. Ada beberapa pertanyaan, jadi kujawab lewat chat ampe jari keriting hahaha. 


Kongres yang di luar kebiasaan. Maklum, acara ala pandemi kudu sesuai protokol kesehatan. Pakai zoom deh, pesertanya jaga jarak, ada yang di perpustakaan dan juga di kelas-kelas mahasantri (santri tingkat perguruan tinggi). Ehem! Pulangnya dapet oleh-oleh euyyy

Panitia yang stand by di pintu keluar menyodorkanku buah tangan sembari agak membungkuk. "Wow, dapat berkat yah. Alhamdulillah," kataku sambil tersenyum. Tapi nggak kelihatan, kan ketutupan masker. 

"Nggih, Umi." Jawab mahasantri. Aduh, umi-umi. Sebenarnya akutuh agak gimanaa gitu, ndengernya. 

"Terima kasih banyak, ya. Unik banget loh, pakai dikasih souvenir segala."

"Nggih Umi. Sami-sami." Kayaknya dia senyum juga, tapi nggak kelihatan. Emang masker ya, dasar kamu penghalang. Penghalang virus, penghalang penampakan ekspresi juga. Tapi kalau di kondisi tertentu, dia lumayan sih, bisa jadi tameng or penghalang malu. Ahhahaii

Wettz, selepas acara kongres aku masih lanjut balas chat tentang Ujian Komprehensif. 



Sesampainya di kamarku di asrama, aku lihat isi paper bag tadi. Adadau, alhamdulillah bahagianya diriku. Dapat apa hayo? Sederhana sih, cuma dapat jajanan kotak, air minum dan kotak berisi Mug berbahan keramik. Ya Allah, keinginanku terwujud, Ya Allah.



Ih, tapi aku nggak tahu kenapa senyam-senyum gitu. Senang plus malu. Senang karena cita-cita punya gelas kaca/keramik sudah tercapai, malu karena "Ya ampun, kenapa kayak gini doang aja kok ya, senang banget."

Ya begitulah, hal sederhana yang kita syukuri pasti berbuah kebahagian. Sabar terhadap sebuah atau beberapa keinginan, kemudian hal tersebut terpenuhi atas kehendak-Nya pun berbuah kebahagiaan. Alhamdulillah. Memang akan indah pada waktunya, ya. ٩(^ᴗ^)۶



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Today's Quote

Selasa, time for meeting (zoom). Plis lah, demi 📶 seamless dan kelancar jayaan meeting, jadi mojok ke sudut kamar. 

"Bundaaaa," adooh suara Teteh Ay kek speaker, sumpeh. 

Teteh kelaperan, so masak nasgor pakai kompor portable, trus lihat bunda turun dari tangga, hebring dah. Teteh mah kalau ketemu bunda emang gitu. Gak begitu merhatiin kehebohan mereka, coz di meeting pembahasannya juga cukup heboh. Sorii ya, bukan sok konsen. Sama sekali bukan, wkwkwkwk. Tapi ndilalah pas ngomongin soal nasgor, ya gue denger. Kalau nggak salah bunda bilang gini, "Nasi goreng mah emang nggak ada yang nggak enak." fix, today's quote. Tapi redaksi katanya nggak tahu bener apa kagak. Judulnya itu. 

Alamaak, pantes kok ya kalau gue laper, adanya nasi putih (kadang masih ada stok telor or sayur) dibikin nasgor tuh, makannya jadi banyak. Ternyata that's the reason why... Hhh simpel banget kan, hidup bahagia hanya dengan menyantap nasgor si nasi goreng. Jelas bahagia lah, lagi laper tuhhh, apa aja yang dimakan jadi enak (kecuali makanan pantangan or yang nggak disukai). 

Porsi makan gue sedikit sih, cuma sepiring mini yang biasa buat tatakan kopi. Yaa, paling bisa nambah 1/2 kali or semangkuk mini bubur bayi brand Ce*elac yang sizenya gak beda jauh cilik sama piring mini. Eetdeh, soalnya piring and mangkuk yang gue punya ya itu. Maap maap nih, bukan missqueen nggak bisa beli, emang suka yang minimalis gitu, hahahaaa sebanding sama tinggi badan. Tapi ya ituu, kalau makan nasgor, nasi sisa yang dimasak baik itu dengan porsi sedikit or banyak, nanti bisa gue makan sampai habis or nyisa, sedikit tapiii. Yaa, ternyata itu khasiat dari quote bunda, toh.

 

Naah, imut kan piringnya? Apalagi fotonya diambil di atas bantal bayi, kiyut lah pastiii. Awokawokawokkk. (〜^∇^)〜

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ayam Berkokok Menjawab Suara Azan

Bismillahirrahmanirrahim 

Menjelang subuh, kau terbangun dari tidurmu, merapikan tempat tidur kemudian bergegas mengambil air wudu. Masih ada waktu, kau pun mendirikan salat sunnah di masjid di samping tempat tinggalmu. Tepat kau menyelesaikan salatmu pada salam pertama, azan Subuh pun berkumandang. Entah mengapa pikiranmu terbawa arus kejadian beberapa hari lalu. Tugas yang menumpuk bagai gunung itu telah terselesaikan, tetapi di akhir kau baru sadar apa yang telah kau kerjakan semuanya adalah keliru. Kau pun mengulang dari awal. Kau berpikir, apa dirimu tidak berdoa di awal mengerjakannya, sehingga yang telah kau lakukan sia-sia? Hati kecilmu berkata, "Tapi kan aku sudah berdoa di pertengahan." Hahhhh. Sudahlah, daripada menyesal lebih baik kau mengejar waktu untuk memperbaiki semuanya. Tidak semudah itu, tidak semulus itu. Ada saja gangguan kecil yang menyapamu. Kau mulai geram kala itu. Mendesis bagai lokomotif, dahimu mulai berkerut kesal. Lalu kau menarik napas perlahan meredakannya. "Ya Allah, lapangkan dadaku untuk menyelesaikannya," kau panjatkan doa itu berkali-kali seraya beristighfar. 

Perlahan dirimu mulai sadar dari lamunanmu. Kokok suara ayam. Ya, kau tersadar mendengar itu. Azan Subuh masih berkumandang, bukannya memperhatikan dan menjawab azan kau malah melamun. Kau malu pada ayam yang berkokok menjawab suara azan itu. "Asyhadu anna Muhammadarrasulullah..." "Kokkokkokkokkkk," suara ayam itu berkokok seolah menjawab azan. "Asyhadu anna Muhammadarrasulullah," kau menjawabnya lalu merapatkan kedua ibu jarimu "Ya habibi ya qurrata 'ain," meniupkannya ke ibu jari itu lalu mengusapkannya ke kedua kelopak matamu. Kemudian kau memperhatikan dan menjawab suara azan sampai selesai lalu berdoa. 



Benar. Saat medengarkan azan, kau memastikan ayam yang berkokok itu sedang menjawab suara azan. Timing yang pas sekali. Ya Allah, apa betul ayam itu menjawab panggilanmu, Ya Allah? Kalau benar, mengapa diriku terlalaikan dan mengabaikan panggilan-Mu sementara ayam saja menjawabnya. Meskipun sederhana, kau bersyukur telah diingatkan atas izin-Nya dengan perantara ayam yang berkokok. Bukan hanya terdengar menjawab azan, bahkan ayam itu seolah membaca doa setelah azan pula, pikirmu. Alhamdulillah. Alhamdulillahirabbil 'alamiin. Jum'ah mubarakah. 



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gak Ada Oreg, Gak Asik

 Bismillahirrahmanirrahim 

Hidup ini hampa tanpa adanya tempe. It's not "lebay mode on" ya, karena tempe  sudah mendarah daging. Eciyee. 

Oh ya, jadi inget. Dulu banget pernah tuh, reuni online di komentar catatan faceb**k, eh ada temen yang berandai beta berada di surga sejarah itu (eyaks, mentang-mentang dia anak tarikh, gitu?), mau diajak ke seminar Bunda Pipiet (Pipiet Senja) katanya. Aduh, senangnya. Tapi maaf, lokasi Anda sangat jauh dijangkau diriku ini, wkwkwk. Enak ya, mampir ke negeri orang, join seminar penulis senior lagi. Heuhh, tapi tuh gak kebayang "Apakah sayyaa bisa menemukan tempe di sanaa?" Wadidau, harga tempe lebih mahal dari daging, pemirsa. 

Yups, udahan ah nostalgianya. Sekarang mau masak tempe dulu. Bikin oreg. Oreg mingguan. 


Nah, karena beta di asrama yang cuma ada kompor kemping (punya teman itu juga), tempenya pesan di ibu penjual nasi biar nggak ribet, kasih bumbu sendiri, deh. Nama si ibu adalah Bu Golok. Laqab (julukan) ya, guys. Bu Golok tuh yaa, kayak ibu banget, aka bunda. Bunda Golok, euyy. 

Eetdeh. Malah cerita lagi. Yuk, yuk ah, masak sekarang. 

Bahan-bahan yang diperlukan

1. Tempe 

2. Garam

3. Bawang merah (lupa deh, ada kali 9 siung-kecil bawangnya) 

4. Bawang putih (3 siung) 

5. Bumbu penyedap

6. Daun sereh

7. Daun jeruk 

8. Daun salam 

9. Kecap manis

10. Kunyit bubuk

11. Lada bubuk

12. Kencur bubuk

13. Ketumbar bubuk

14. 1 sendok teh minuman jahe (alternatifnya gula, ++ jahe lumayan) 

15. Minyak goreng 

Hmm, apa lagi ya? Kayaknya udah. Hahai, mau bikin oreg apa jamu, rempah-rempahnya banyak amat. Maap-maap nih pemirsa, kata nyokap, rempah-rempah itu ada manfaatnya semua. Iya Bunda, aku percaya. Untung beta doyan rempah-rempah, ampe teman sekamar njulukin "Mbak Rempah-Rempah". Tapi sesuai selera kok, bumbu dasar oreg ya bawang, kecap dan penyedap. Pakai cabai kalau suka pedas. Tapiii, beta yang manis nan imut ini tak syuka pedas, loh. Awokawokawokk. 

Pertama-tama, baca basmalah sebelum masak (bahan-bahan yang mau dimasak dicuci bersih dulu ya, kecuali tempe gorengnya). Nah, bawangnya bisa ditumbuk/dicincang. Panaskan minyak goreng di wajan, next masukkan rajangan bawang, daun salam, daun jeruk dan sereh yang sudah digeprek. Setelah tercium bau harum, taburkan kunyit bubuk dan ketumbar bubuk secukupnya, aduk rata, kemudian tambahkan potongan-potongan tempe goreng. Oseng-oseng tempe oregnya sesuai kematangan yang diinginkan, jangan lupa tambahkan garam, kecap, bumbu penyedap, satu sendok teh serbuk minuman jahe (sebenarnya itu ngalap gulanya, tapi ++ jahe gitu biar anget). Beta cantumkan bubuk lada dan bubuk kencur di daftar ingredients karena iseng. Sedikit doang kok, sedikiiit banget naburinnya (biar masakannya kaya akan rempah-rempah, soalnya beta suka lada dan kencur, sih). Kalau gak suka jangan dicampurin, dong yaa. 

Beta suka yang garing gitu guys tekstur tempenya, biar tahan lama. Kalau nggak suka ya jangan lama-lama dimasak. 

Well, setelah matang bisa diangin-anginkan sejenak, kemudian simpan di toples or wadah lain, buddy

Tadda! Itu penampakan si orek yang baru matang. Daun serehnya menjuntai gitu, ih. Serehnya muda jadi gitu penampilannya. Beda model kalau dia udah jompo. 

Bang, bang, bang! Itu pajangan guys. Niatnya tuh ya buat masak oreg, tapi karena belinya kebanyakan si sereh keburu jompo duluan. Usianya sekitar 3 bulan. 

Eh, eh, kalau itu penampakan sereh pas baru dibeli tanggal 26 September 2020 dan kondisinya satu bulan kemudian. Ampe tumbuh daun gitu. Ahahahai. 

Bim salabim abrakadabra! Tiba-tiba si sereh berubah jadi bunga, deh. Awokawokawokk. Tapi bohong. 

(๑^っ^๑)

Oh ya, beta mau tunjukkan bumbu-bumbu dapur dan bumbu penyedap di balik keberhasilan pembuatan oreg ini. 

Okedeh. Cukup sekian cerita si oreg. Yups, gak ada oreg, mana asik? Secara, itu lauk sehari-hari. Terima kasih sudah mampir, guys. Ila liqa ma'a salamah ٩(^ᴗ^)۶


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Detik-Detik Menjelang Kepergian Abah Yai Noer Muhammad Iskandar

Bismillahirrahmanirrahim 

Paska operasi, keadaan Abah masih lemah, jadi kami diminta melanjutkan mujahadah. Dari waktu Duha, santri dan asatidz diminta untuk berkumpul di masjid juga mushalla untuk membaca yasin dan shalawat untuk Abah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. 

Entah kenapa, saya ingat ketika Aliyah mondok di Al-Hikmah diminta mujahadah untuk almaghfurlah Abah Masruri yang sedang sakit di Mekkah. Hati saya berdebar-debar. Suasana mendung, gerimis, membuat kami hanyut dalam kepasrahan kepada-Nya. Kami santri-santri Abah Noer berharap yang terbaik, semoga Abah dapat sehat kembali. Kurang lebih pukul sebelas siang, kami dipersilakan istirahat di kamar masing-masing kemudian persiapan salat Dzuhur dan melanjutkan mujahadah. Sesampainya di kamar, saya cek kabar terbaru di grup Whatsapp. Beberapa masih stay di masjid, dan Abah diperdengarkan voice note anak-anaknya di masjid. "Masyallah, Abah respon kuat dengar anak-anak baca Yasin," komentar Gus Mahrus di grup. Alhamdulillah saya jadi agak sedikit lega, walaupun masih deg-degan. Karena sedang halangan, saya menunggu di kamar, tapi nanti ke masjid lagi. 

Setelah salat Dzuhur semuanya diminta untuk melanjutkan mujahadah. Tiba-tiba rekan saya masuk ke kamar sembari menangis sesenggukan, "Teh, Abah meninggal, Teh... " Saya langsung cek hp, memastikan. "Innalilillahi wainna ilaihi roojiuun mohon maaf segala kesalahan Murobbi Ruuhina telah kembali kepada Allah swt pukul 13:41 siang ini beliau ahli surga husnul khotimah insyaAllah." Membaca chat yang dikirim Gus Masrus sendiri di grup, saya syok. Seperti setengah sadar saya bergegas menuju masjid. Saya dan rekan saya duduk di emperan. Para santri dan asatidz masih membaca yasin. Beberapa menit kemudian diumumkan bahwa Abah telah tiada. Sontak seisi masjid menagis sesenggukan. Sakit. Saya membatu di situ, hanya air mata yang mengalir, membasahi hampir seluruh bagian masker kain yang saya gunakan. Hati saya menjerit, tetapi tidak ada suara yang keluar sama sekali. Ya Allah, padahal tadi saya kepikiran detik-detik menjelang kepergian Abah Masruri. Dan saya mengalami hal serupa itu lagi. Sebulan kemarin Abah Muhlas pun baru saja pergi. Badan saya lemas, kepala juga pusing, rasanya spaneng. 

Astagfirullah. Saya terus beristighfar. Badan saya seolah-olah tak bisa digerakkan, air mata saya terus keluar. Astagfirullahal'adziim lii waliwaalidayya wa lii jamii'il muslimiina wal muslimaat al ahyaiminhum wal amwaat. Allahummaghfirlahu warhamhu wa ‘afihi wa’fu anhu wakrim nuzulahu, wa wassi’ madkhalahu, waghsilhu bilmai was salji, wal baradi, wa naqqihi minal khathaya, kama yunaqqas saubul abyadu minad danas. Wa abdilhu daran khairan min darihi wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, wa adkhilhul jannata wa a’idzhu min adzabil qabri, wa adzabin nari.

Saya teringat, kalau tidak salah pada acara Haflah Akhirusaanah dua tahun yang lalu Gus Mahrus pernah bercerita, kala itu kondisi Abah Noer sedang lemah, jadi diminta untuk tidak melaksanakan ibadah puasa dahulu (seingat saya puasa sunnah), tetapi Abah menolak. Seingat saya Dawuh Abah, siapa yang akan menanggung dosa anak-anak, santri Abah, kalau Abah tidak puasa? Ya Allah, dalam kondisi seperti itu pun Abah tetap mengingat kami, anak-anak Abah. Sedangkan kami, khususnya saya, apa yang telah kami lakukan untuk Abah? Abah yang berpuasa, berdzikir, datang di masjid lebih awal. Ya Allah... Rasanya tambah spaneng. Saya menarik napas kemudian mengembuskannya perlahan. 

Kepergian Abah bukan sekadar tentang kesedihan, tangisan yang terisak-isak. Di situ saya membangun tekad, meskipun saya sangatlah belum mampu seperti Abah, tapi saya anak Abah, santri Abah, akan melanjutkan perjuangan Abah. Saya akan melakukan hal yang saya dapat lakukan, mulai dari membenahi diri sendiri, mengabdi untuk pesantren sebaik mungkin. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ridha Allah: Puncak dari Segala Permohonan

Bismillahirrahmanirrahim

Orang bilang, kehidupan itu seperti roda yang berputar. Ada kalanya berada di atas, maupun di bawah. Yups, Ada kalanya juga ngegelinding ke mana-mana. So, kita kudu tahan banting. Nggak semua tempat yang dilewati itu nyaman dan tentram, kan? It's definite menemukan medan terjal, berbatu, berlumpur, berpasir, mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera (gak lagi nyani, tapi keinget aja gitu, lagu di film kartun Ninja Hatori). Hohoho, kehidupan kan merupakan perjalanan, dan perjalanan adalah kakaknya pengembaraan, sepupunya pelayaran, keponakannya penerbangan (hahaii, canda Gaess). 

Yang dulunya punya sejarah kehidupan manis, mau apa saja bisa didapatkan dengan mudah, belum tentu berlanjut hingga sekarang. 

Yang selalu hidup dikaruniai kebahagian dan keberuntungan, ya mau tidak mau usahakan untuk menerima kalau diuji dengan kesedihan atau kesulitan. 

Berusaha keras, lalu mendapatkan hasil yang memuaskan. Sangat memungkinkan bagi manusia yang telah bersusah payah mendaki gunung keberhasilan, menikmati kesenangannya, lalu tergelincir, jatuh, dan kembali berada di bawah. Ibarat berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Berakit-rakit ke hili, berenang-renang ke pinggiran. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Bersakit-sakit kembali, bersenang-senang kemudian.

Apapun kondisinya, kuncinya adalah bersyukur. Merasa berterima kasih atas segala yang diberikan Allah, baik itu berupa kemudahan, maupun ujian. Menjalani segalanya dengan sepenuh hati, sebaik yang kita mampu.

Allahu wa hitotsu no riyū de subete ga okoru yō no shimasu. Subete ga gakushū purosesudeari, watashitachi wa arayuru reberu o tsūka shinakereba narimasen.

アッァフは一つの理由ですべてが起こるよのします。すべてが学習プロセスであり、私たちはあらゆるレベルを通過しなければなりません

Allah membiarkan semuanya terjadi dengan satu alasan. Semua itu sebuah proses belajar dan kita harus melewati setiap tingkatannya.

Pantang menyerah, pantang bersedih. Tapi, bagaimana jika kita merasa bersedih atas sesuatu yang belum dapat kita capai, maupun alasan lain yang membuat kesedihan itu ada?

Pada pengajian Tafsir Jalalain, Almaghfurlah Abah Masruri Abdul Mughni mengajarkan doa yang baik sekali dibaca saat kita merasa sedih. Berikut doa yang dibaca oleh Nabiyullah Ya'qub as., dari ayahanndanya Nabiyullah Ishaq as., dari ayahandanya Nabiyullah Ibrahim as. :

يَا لَطِيْفًا فَوْقَ كُلِّ لَطِيْفٍ أُلْطُفْ بِي فِي أُمُوْرِيْ كُلِّهَاكَمَا 
أُحِبُّ، وَرَضِّنِي فِي دُنْيَاي وَآخِرَتِي

"Ya Allah, Yang Maha Pengasih yang setinggi-tingginya. Belas kasihanilah aku di dalam persoalanku, sebagaimana yang aku senangi. Ya Allah, ridhailah aku di dunia dan akhiratku."

Dengan itu, semoga Allah menghendaki kita dapat merasa tidak terbebani atas segala persoalan yang sedang dihadapi, serta mendapatkan keridhaan-Nya. Ridha Allah adalah segalanya, Puncak dari segala permohonan.

اِلَهِي أَنْتَ مَقْصُوْدِي وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِي

"Ya Allah Ya Tuhanku, Engkaulah tujuanku, dan ridha-Mu harapanku."

Segala yang kita lakukan tidak lain demi mendapatkan keridhaan Allah. Dengan mendapatkan ridha-Nya, hal lain pun akan mengikuti, kita akan mendapatkannya pula. 


Wallahu'alam 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS