Diberdayakan oleh Blogger.
Seal - Gaia Online
RSS
Container Icon

Butiran Debu


Bukan apa-apa, cuma pengin curcol aja, my moon.

Gini, kemarin kan gue sidang, tapi udah punya feeling kalau apa yang bakal dipresentasikan dan dipertanggung jawabkan masih banyak kejanggalan. Tapi belum dapat clue buat memperbaiki yang aneh itu. Dospem no comment at all,  lagi. Just go ahead. Lanjutkan di sidang saja, toh nanti ada revisi. Dari situ hati jahat gue terbesit uneg-uneg, "Kalau kayak gini jadi unfaedah, dong."  Hufh, maaf kan diriku yang berpikiran seperti itu. Aku hanya makhluk biasa yang penuh keluputan. Mahasiswa akhir pasti tahu rasanya kayak apa. Tapi itu bukan apa-apa, masih banyak lagi yang lebih parah. 

Fix, tibalah hari yang mendebarkan. Nggak segitunya juga, sih. Biasa aja, tapi ya itu, "Bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan segala keanehan itu?"
Yaks, gue cuma berdua ke kampus pusat buat sidang. Mau gimana lagi, yang lain belum pada nyusul. Biar didorong-dorong, kalau belum ada kemauan untuk maju, ya gitu deh. Doa gue simpel, semoga kalian cepat nyusul ya Allah. 

Oke, sesampainya di kampus pusat, gue dan Juju nyari di mana tempat sidangnya. Kita satu ruangan. Menurut urutan dia yang pertama, dan gue dapat jadwal terakhir.
Ternyataa takdir berkata lain. Penguji II Juju sakit, jadi beliau digantikan. Majunya juga gak jadi urutan pertama. Jadinya, kita duduk anteng di dalam ruangan sambil merhatiin peserta sidang yang lain, deh. 

Juju baru sarapan roti tadi pagi, tangannya dingin. Fix, dia kelaparan. Berhubung sudah masuk waktu Dzuhur, kita shalat dulu di masjid, lalu cari makan. Setelah shalat dan makan siang, kita balik lagi ke kampus. "Tadi ada yang dipanggil tapi orangnya lagi keluar. Anisa siapa gitu, namanya," kata ibu-ibu peserta sidang yang kita temuin di depan lift. "Oh iya, terima kasih infonya. Kita duluan ya Bu." Aku dan Juju lebih milih naik tangga. Ruangannya di lantai dua, ini. 

Aduh, sudah dipanggil. Mana kutahu, menurut jadwal kan, terakhir. Nanti juga dipanggil lagi.
Sudah hampir Ashar, tapi belum dipanggil lagi. Juju juga belum. "Ih, bapak gondrong itu ngujinya serem amat." Juju sedikit berbisik ke arahku. "Iya, penampilannya kayak anak sastra, tapi sepatu sportnya kece." Jadi inget gambaran temennya Indi, adek gue, dia anak sastra soalnya. Sastra Inggris. 

Akhirnya Juju disidang. Alah mak, gue masih ngejogrog di sini. "Permisi, ada Annisa?" tanya seorang lelaki dari balik pintu. 

"Oh iya. Giliran saya ya, Pak?"
"Iya. Pindah ke ruang depan, ya." Jiah, gue pindah ke ruang 1 rupanya.
Ini nih yang paling gue gak suka. Kalau tes oral, jantung gue berdegup kencang seakan genderang mau perang. Nervous, sumpah. Mana penguji I gue teteh, lagi. Beliau kakak kelas gue semasa SMA. Gue kenal beliau karena ngajar di kampus di mana gue kerja. Ops, ngabdi lebih tepatnya. Udah karya gue berantakan, gimana kalau jawaban gue juga amburadul? Malu setengah hidup, gue. 

Gue gak bakalan ceritakan gimana kisah gue pas disidang. Memalukan tingkat dewa. Teteh, maafkan alumni yang memalukan seperti aku ini, hiks. 

What, gue balik ke ruangan asal pun si Juju masih disidang? Ini guenya yang kecepetan atau dia yang kelamaan? 

Juju pun akhirnya selesai. Sepertinya akan turun hujan. Please lah, hujan dari matamu, Ju. Ya sudah, sebaiknya kita shalat Ashar dulu biar lebih tenang. 

"Ju, rasanya pengen makan lagi."
"Tapi aku belum laper." Yah, kita gak sehati. "Nanti sebelum pulang aja makannya, gimana?"
"Oke, lah."

Selesai shalat, balik lagi ke kampus. Masih ada bekal sih, di dalam tas. Makan yang itu dulu deh, sambil nunggu pengumuman. 

Sekitar jam lima sore, seluruh peserta sidang dipanggil untuk berkumpul. Hawanya suram, sesuram pandangan gue karena ngantuk, capek, lemas deh, rasanya. Berhubung Sekertaris Prodi, teteh yang membacakan hasil sidangnya. 

Syukurlah kami semua lulus, walaupun ada yang bersyarat karena berbagai macam faktor. Pastinya revisi ekstra, ekstra banget. Lord, rasanya mukaku kudu ditutupin pakai apa biar gak kelihatan? Masih terngiang-ngiang akan kata-kata teteh tadi. Hufh...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar