"Terima kasih banyak, Orabi-san." Lukisan Benteng Keraton Liya
itu benar-benar hidup, seperti sedang memandang aslinya. Naera pun meletakan
kembali benda itu ke dalam kotak kecil berukirkan setangkai Maehwa dan
menyimpannya.
Di taman Kairaku, Naera menilik bunga Ajisai ungu lekat-lekat, "Semalam, aku seperti mendengar suaramu. Tapi, bagaimana bisa?"
Merasa ada yang memata-matai, ia mengeluarkan pedangnya, "Siapa di sana?!"
Naera melompati pagar tembok dan memanjat pohon. Keadaan atap dan suasana sekitar aman. Tak ada apapun yang mencurigakan, pikirnya. Tapi, sedari beberapa hari lalu, seperti ada sesuatu yang ..., atau mungkin hanya perasaannya saja? Entahlah.
Masih dalam posisi waspada, Naera melihat seekor merpati terbang membawa sepucuk surat. Ia segara mendarat ke tanah dan mengejarnya. Burung tersebut menjatuhkan surat tepat di atas kolam teratai. Naera yang terjatuh karena kehilangan keseimbangan saat berdiri di atas pegangan jembatan, sontak melakukan gerakan salto di udara. Gadis berpakaian pendekar pria itu berhasil berdiri di tengah kolam dan menggenggam gulungan Guānghuá Bon, kertas yang biasa digunakan para bangsawan Qing.
Sayangnya, tidak lama kemudian ia terpeleset, "Menyebalkan!" Sekujur tubuhnya basah kuyup. Untung saja surat itu berhasil terselamatkan.
"Semua ini karena belajar memasak dan menjahit yang membosankan itu, kan?" Naera mendengus kesal, ia merasa tubuhnya menjadi lebih kaku, "Padahal, jelas lebih menyenangkan berlatih bela diri dengan ayah." Naera beranjak bangun dan berjalan menuju kamarnya. Mulutnya membulat.
Kerang-kerang dan pasir pantai yang kau inginkan, aku bisa
mendapatkannya di Taizhou. Bila ada kesempatan dan memang sebuah takdir, itu
akan menjadi hadiahmu setelah aku menyelesaikan semua urusanku di Zhejiang.
Jadilah gadis manis dan belajarlah dengan benar, Kiyomizu Naera.
-Chang Hu Saen-
"Keterlaluan. Apa menurutmu aku belum menjadi gadis manis?" Ia letakkan suratnya di atas meja kecil.
Naera memperhatikan beberapa koleksi hanbok, yukata dan kombo buatannya yang ia pajang pada patung-patung kayu di sudut kiri ruangannya.
"Baiklah," senyumannya mengembang, "Dengan benda ini, aku akan nampak manis. Bahkan gula-gula iri melihatnya. Melihat baju ini." Naera memilih hanbok wanita dengan jeogori berwarna hijau muda dan chima merah fanta motif bunga, "Tunggu dulu, mengapa harus jatuh di atas kolam?" ia mengedip-ngedipkan mata dan menyimpulkan seenaknya, "Mungkin takdir Tuhan agar aku terpeleset dan berganti pakaian ini."
To be continuedヽ(^。^)ノ
Glossary ~~~
Orabi-san: Orabi atau
yang biasa dipakai adalah sebutan Orabeoni berarti panggilan
adik perempuan pada kakak laki-laki di Korea (identik dengan zaman kerajaan),
sedangkan penggunaan akhiran ~san adalah panggilan ala Jepang yang
universal, baik itu untuk kalangan tua, muda, laki-laki maupun perempuan.
Ajisai: Sebutan untuk Kembang Bokor dalam bahasa Jepang
Maehwa: Bunga Plum (Apricot Blossom)
Hanbok: Baju tradisional Korea
Jeongori: Baju bagian atas hanbok wanita
Chima: Rok hanbok wanita
Kombo: Baju tradisional Buton, Sulawesi Tenggara
Yukata: Jenis kimono (baju tradisional Jepang) nonformal yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis.
0 komentar:
Posting Komentar