Bismillahirrahmaanirrahiim
Halte busway
Sarinah. Terus melangkah. Ini lebih dari sekadar 1,5 km. Mana? Belum sampai
juga. Pundakku mulai capek menggedong ransel.
Mengucur
begitu saja. Tak sederas aliran air terjun yang mengalir. Tak setenang air
danau yang diam menggenang pada posisinya pula. Ahh lebay, itu hanya keringat.
Akhirnya. We’d found you dear, Surapati Park. Melenceng
dari bayanganku, tapi lumayan. Kalau boleh berpikir jauh... tempat ini sepertinya
cocok untuk kumpul keluarga. Aku, suami dan anak-anak. Hahaha, ngaco.
***
Diskusi akhir
pekan sebelum uas sengaja diadakan di alam terbuka. Hitung-hitung refreshing.
Menunggu rombongan kedua yang belum tiba, kuistirahatkan kaki sejenak. Berselonjor.
Yassalam... sandal jepit putihku dekil betul. Kebetulan sedang ada penyiraman,
iseng kucuci saja.
***
Well, we made a big circle.
Pak satpam ngapain nyamperin coba?
“Permisi, ketuanya mana, bisa ikut saya sebentar?”
“Dan, Dani!” Kak Balya tengak-tengok, padahal ada di belakangnya, “Eh, ini
Pak kepala sukunya,” dengan gaya yang as if slow but sure Kak Dani maju
mendakat.
***
KTP-nya disita, pesan Pak satpan harus menjaga kebersihan dan ketertiban
taman. Siip Pak, memang sudah menjadi tugas warga negara yang baik, mahasiswa
seperti kami contohnya. Pe-de. Tak apa lah. Just say ameen guys.
“Doa Bersama Antara Umat Beragama”, tema diskusi yang cukup..., kata
selanjutnya bisa diteruskan sesuai kepercayaan dan mind masing-masing. Jahh, thought
freedom nih.
***
Permulaan yang kurang seru, padahal sudah tersedia wifi untuk browsing
tambahan argumen bagi yang membawa laptop atau smartphone.
Sebagian yang lain mengeluarkan buku catatan agenda diskusinya. Notebook di
depan mataku menyala. Berhubung mood belum menyatu, nakal kumengetik cerpen.
Jahatanya.
Punteen... moderator, hanya beberapa paragraf kok.
Sekarang belum saatnya mendeklarasikan pendapat. Niatku hanya
menambahkan saja. Nanti kalau kondisi sudah mulai panas. Moodku masih di
awang-awang.
***
Aku moderat. Memperbolehkan dengan inti alasan menjaga kerukunan dan kontra
karena untuk berhati-hati masalah akidah. Sebenarnya lebih condong kontra,
jawaban yang kudapat berdasarkan “Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama
Indonesia”. Wallahu’alam.
Suasana panas, pro-kontra antar perdapat kian menggebu. Biasa saja sih, tapi
ini lebih hidup dari sebelumnya.
Naasnya mulutku seolah tak kuasa melakukan aktifitas apa-apa. Ingin unjuk
gigi, kuurungkan lagi. Begitu sampai berkali-kali.
***
Hari makin siang. Setelah konklusi mederator menutup diskusi dilanjutkan
dengan doa bersama, namun bukan lintas agama.
Waktunya narsis. Dokumentasi foto sepanjang diskusi memang sudah cukup,
tapi yang ini beda. Atur posisi, para hawa setengah berdiri dan kaum adam
berdiri di belakang. Lalu gaya bebas.
Hmm, sebetulnya kurang begitu nyaman dengan suasana ini. Tetap
berpartisipasi tapi kubersembunyi di balik badan teman. Ceritanya malu-malu.
Hahay.
Ready? Ok, cheese...
Kurang kerjaan kumemotret diriku diam-diam saat yang lain sibuk dengan gaya
masing-masing, tidak ada yang melihat. Syukurlah. Ehheee.
Well, pictures are saved, and so do mine.
***
Tersisa beberapa menit untuk eksis di depan kamera. Kalau sendiri atau
bersama teman dekat jangan ditanya. Dijamin memori bisa penuh seketika. Opps,
lupa. Ponselku yang satu ini tidak ada mmc-nya, semoga saja cukup. Hanya kamu
yang masih bernyawa soalnya.
Aku belum punya power bank. Nanti saja deh, biar uangku utuh terkumpul
untuk menebus skripsi. Ciyee... beberapa tahun lagi.
Semangat, rajin berdoa serta yakin, niscaya Tuhan akan memberikan yang
terbaik. Ehem! Kata-kata ibu memang super sekali.
Pemandangan bagus, agaknya di luar negeri. Sayang dilewatkan, kubidikan
saja Blackberry yang kugenggam ke manapun arah tangan bergerak. Good, enough.
And the time is up. Waktunya shalat dhzuhur.
***
Finally we went home to our beloved dormitory after praying together in the
nearest mosque. Yeah, it was a nice day. Alhamdulillah
0 komentar:
Posting Komentar