Bismillahirrahmaanirrahiim
“Bunda...
apa sebentar lagi Cessya nyusul ayah juga akan bertemu kakek?” air matanya
tumpah, pundaknya semakin bergoncang. “Cessya...” ia jatuh ke pelukanku.
Aku
tersenyum. Sesungguhnya mendung di hati ini kian menjadi-jadi.
“Tidak Nak,
kamu akan tetap bersama Bunda.” Dekapanku makin erat, kubelai ia penuh kasih.
Tak ingin kehilangan untuk ke tiga kalinya. Aku belum siap.
***
Tahun yang kelam. Seperti itu kah? Mungkin berlebihan, tapi seperti inilah
rasanya.
Dua orang terkasih meninggalkanku begitu saja. Hanya dengan selang waktu
dua bulan. Aku masih tak percaya, tapi ini nyata Sa. Nyata. Sungguhan. Bukan
mimpi buruk. Bukan. Tak usai kelabu itu jika kusanggup bangun dan membuka mata,
karena mataku memang tidak terpejam.
***
Akhirnya ia tertidur setelah suster memberinya obat pereda rasa sakit.
Malam semakin larut. Di ruangan ini hanya kita berdua. Aku sengaja memesan
kamar khusus.
.............................................................. Bersambung ...................................................
0 komentar:
Posting Komentar