Blessed Life

Dapatkah bunga Krisan terbang terhempas hembusan angin? Dapatkah? Atau hanya mahkota-mahkotanya yang melayang meninggalkan kelopaknya.

Mengapa seperti itu? Masih adakah kedamaian yang terasa?

Katamu ia obat. Menenangkan, membuat nafas ini lebih stabil, hati ini tentram. Tapi mengapa ia sendiri nampak tak seperti itu, sekarang? Apa yang terjadi?

Tunggu? Apa yang sedang dipikirkan? Mengapa seolah tak terjangkau? Atau berpura-pura tak sampai? Mengapa? 

Entahlah. Anggap saja tak terjadi apa-apa, tak melihat, dan tak mendengar apa-apa. Hanya biasa. Seperti biasanya.

Kau. Tidak-apa-apa. Tuhanmu selalu bersamamu. Ambillah air suci, lalu baca surat cinta-Nya. Apapun yang terjadi, apapun itu, ingatlah Ia selalu. Berserahlah padanya, tapi bukan lantas menyerahkan segalanya tanpa berbuat apapun. Bukan seperti itu. Bukan.

Ia menyukai Sakura, gaya elegan minka, serta intonasi yang terdengar penuh tekad kuat dan keyakinan saat berbicara.

Ayahnya pernah bercerita, nenek moyangnya masih keturunan Negeri Matahari Terbit. Entah sekadar gurauan, atau perkataaan yang sesungguhnya. Tak berani bertanya lebih, hanya menyimpan ucapan itu, berharap kenyataan adalah jawabannya. Sekadar berharap, tapi tak ingin mendapakan kepastian? Ya sudahlah, biarkan seperti itu, biarkan saja dulu seperti itu.

Sakura. Warna merah muda yang indah, salah satu warna kesukaannya. Walau hanya bersemi di waktu yang singkat, namun ia menebarkan aura kehangatan, keharmonisan, ketenangan, dan keberkahan.

Minka, rumah tradisional yang mempesona. Ia menyukai roka, lorong dengan lantai kayu yang berada di pinggir sekeliling rumah. Entah mengapa, material bangunan yang dominan kayu membuatnya senang. Taman sederhana dengan tetumbuhan membuatnya nyaman dan tentram.

Dan gaya berbicara itu... entah mengapa menyukainya. Ia masih mempelajari bagaimana berbicara dengan bahasa itu. Pelafalan, maksud, dan tujuan yang benar, sesuai penggunaan tata bahasa yang baik dan benar. Mungkin akhiran "u" mengingatkannya  akan sesuatu. 

Bismillah

Malam Jum'at berkah, piknik sambil masak-masak di kamar sebelah. Menu yang akan dibuat adalah... "Seblak Malam Jum'at." Hahahah...(≡^∇^≡)ヽ(‘ ∇‘ )ノ

Well, ini lah ingredients yang dibutuhkan (untuk porsi 4 orang kebetulan, yang kita buat).

1. 1/4 kg kerupuk

2. 700 ml air 

3. 3 siung bawang putih

4. 9 siung bawang merah

5. garam

6. penyedap rasa

7. kencur (secukupnya)

8. 2 butir telur ayam

9. minyak sayur

10. cabai (sesuai selera)

11. lada bubuk 

Kurang lebihnya seperti itu, Guys. 

Eit, tak lupa kita take video buat yang satu ini, loh. Simak cara pembuatannya ala kita, ya!

Step 1

Step 2

Step 3

Finishing

Yoms, begitulah "Seblak Malam Jum'at" ala anak pesantren. Walaupun sederhana, tapi rasanya tatap keren. :-) See ya! Thanks for your visitation.

Kepergianmu hingga esok tiba
Kau tak tahu ia memikirkanmu?

Awalnya ragu, lalu sadar itu setapak rindu

Diam saja, tak tahu harus mengatakan apa, bagaimana

Hanya mengiyakan yang kau pinta

Terakhir kali nampak canggung
Sepertinya ia ingin membawakanmu bekal, tapi malu

Itu saja yang ingin kau katakan?
Tak ada yang lain, kah?

Melalui aroma mereka, terkenali wewangian kedekatan

Setiap pecinta dirundung rindu kepada kekasihnya

Melalui tanda kebenaran, termasuk tanda-tanda cinta 

Dan cita rasa pada makna terlalu luhur tuk diperlihatkan, berat tuk diungkapkan

Keluar dari segala batas bejana kehinaan

Dan halimun insidental dan lainnya

Sampai pada ilmu-ilmu tentang alam yang tersimpan

Yang tak dapat dibuktikan, tak pula disaksikan

Dia menjadikan mereka cinta, lalu memilih mereka bagi Diri-Nya

Kemudian menyandangkan kepada mereka makna kesucian-Nya

Dan meliputi mereka dengan kedermawanan dan kemesraan-Nya

Lalu mereka menjadi milik-Nya dan Dia sebagai penolong mereka