Bismillahirrahmaanirrahiim
DALIL-DALIL MU’TAZILAH
Golongan Mu’tazilah menyimpulkan bahwa sihir
tidak memiliki sebuah hakikat (melainkan sebatas khayalan atau fatamorgana belaka)
berdasarkan dalil-dalil yang kami uraikan di bawah ini:
a. Firman Allah Ta’ala:
سحروا أعين الناس واسترهبوهم
b. Firman Allah Ta’ala:
يخيّل إليه من سحرهم أنهم تسععى
c. Firman Allah Ta’ala:
ولا يفلح الساحر حيث أتى
Ayat pertama menunjukkan bahwa sihir hanyalah
sebatas tipu muslihat untuk mengelabui (pandangan) mata. Kemudian
hal ini dikuatkan ayat selanjutnya (kedua), bahwasannya sihir hanya
sebatas khayalan dan bukan sebuah hakikat atau kenyataan yang sesungguhnya.
Dan ayat ketiga menetapkan bahwa penyihir tidak akan mungkin berada dalam
kebenaran, karena peniadaan (penyangkalan terhadap) keberhasilan sang penyihir.
d.
Golongan Mu’tazilah berkata (berpendapat bahwa): Walaupun penyihir mampu berjalan dia
atas air, terbang di udara ataupun mampu merubah tanah menjadi emas, maka
mukjizat para Nabi tidak dapat dibenarkan (atau tidak berlaku) dan hal ini
(menyatukan antara yang hak dan yang batil) membingungkan. Dan tidak pernah
dibenarkan bahwasannya; “Nabi adalah sebagian dari para penyihir, karena tidak
ada perbedaan antara mukjizat para Nabi dan perbuatan tukang sihir, oleh karena
perbuatan keduanya termasuk sejenis.”
DALIL-DALIL JUMHUR AL-ULAMA (Mayoritas
Ulama)
Jumhur al ulama berpendapat bahwa sihir memiliki hakikat dan pengaruh berdasarkan
dalil-dalil yang kami uraikan di bawah ini:
سحروا أعين الناس واسترهبوهم وجاءوا بسحر عظيم
a) Firman Allah Ta’ala:
فَيَتَعَلَّمُونَ
مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِه
b) Firman Allah Ta’ala:
وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ
c) Firman Allah Ta’ala:
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
Ayat pertama menunjukkan penetapan hakikat
sihir dengan dalil firman Allah Ta’ala (وجاءوا بسحر عظيم ). Ayat kedua menetapkan bahwa sihir itu hakiki,
sekiranya sihir tersebut memungkinkan untuk dapat memisahkan antara seorang
suami dengan istrinya, serta menimbulkan permusuhan dan perpecahan di antara
keduanya. Oleh karenanya, ayat tersebut menunjukkan pengaruh dan hakikat sihir.
Ayat ketiga menetapkan adanya bahaya dari sihir, meskipun sihir itu sendiri
berhubungan dengan kehendak Allah. Ayat keempat menunjukkan besarnya pengaruh
sihir, sehingga kita diperintahkan untuk
senantiasa meminta perlindungan kepada Allah swt. dari kejahatan dan niat buruk
penyihir yang berupa tiupan pada tali-tali atau semacam santet.
d)
Para ulama berpendapat dengan apa yang telah diriwayatkan, bahwa Yahudi
pernah menyihir Nabi saw. sehingga beliau merasakan sakit selama beberapa hari.
Kemudian Jibril mendatangi beliau dan berkata: Sesungguhnya seseorang dari kaum Yahudi telah menyihirmu. Dia mengikatkan sejumlah ikatan kepadamu
di beberapa sumur. Kemudian Nabi saw. melepaskan ikatannya, mengeluarkan dan
mengurai sihir tersebut (sihir itu pun terlepas secara spontan). Kemudian Nabi
saw. sehat seperti sedia kala.
TARJIH (Penguaatan salah satu indikator dalil untuk diterapkan)
Dari pemaparan beberapa dalil, dapat kita
lihat bahwa apa yang ditetapkan oleh jumhur al-ulama merupakan dalil
yang paling kuat. Sihir memiliki hakikat dan pengaruh pada jiwa seseorang.
Menjadikan adanya kebencian antara pasangan suami-istri dan memisahkan
seseorang dengan keluarganya. Sebagaimana telah ditetapkan di dalam al-Quran al-Karim bahwa sihir
memiliki pengaruh. Seandainya sihir tidak
memiliki pengaruh, maka tidak ada perintah di dalam al-Qur’an untuk
meminta perlindungan dari keburukan tiupan-tiupan pada tali atau semacam
santet. Sihir seperti ini biasanya meminta bantuan mistik
syetan (kepada arwah jahat), sehingga kita mengakui bahwa sihir memiliki pengaruh dan bahaya. Namun
hal tersebut (sihir) tidak akan sampai kepada seseorang kecuali dengan izin
Allah. Itu lah salah satu sebab konkret, bahwa sesuatu akan terjadi karena
kehendak Dzat pencipta sebab, yakni Allah, Tuhan semesta alam.
Adapun
pendapat Mu’tazilah, yakni kesamaan antara mukjizat dan sihir, ketika kita (jumhur
al-ulama) sudah menetapkan bahwa sihir mempunyai hakikat, maka hal ini
kita bantah: Bahwasannya sungguh jelas perbedaan antara keduanya. Mukjiat para Nabi mempunyai hakikat yang mana dzahir dan batinnya sama.
Setiap kali Anda mencermati dan merenungkannya, semakin bertambah
pengetahuan dan keyakinan (keimanan) yang mendalam pada kebenaran mukjizat tersebut. Adapun sihir, dzahirnya berbeda dengan batinnya. Bentukna pun berbeda dengan hakikatnya. Hal
tersebut dapat diketahui dengan penelitian dan penyelidikan.
Oleh karena itu al-Qur’an al-Karim menetapkan bahwa para penyihir, mereka lah yang menjadikan manusia takut dan mereka
mendatangkan sihir yang besar. Sesungguhnya apa yang mereka datangkan hanyalah
sebatas halusinasi dan khayalan.
Dosen: U. Thohirin, Lc, MA
By: Arman, Icha, Ady & Ima
Dosen: U. Thohirin, Lc, MA
By: Arman, Icha, Ady & Ima
0 komentar:
Posting Komentar