Bahan-bahan yang dibutuhkan
1. Telur rebus (untuk porsi ini, siapkan 13 telur)
2. 6 siung bawang merah
3. 2 siung bawang putih
4. Minyak goreng
5. Garam
6. Kecap
7. 5 buah cabai setan
8. 1 buah tomat
9. Penyedap rasa
Ok gaes, jadi gini ceritanya. Upacara masak-memasaknya pakai gaya short story mode on, yak! ;)
Hari Jum'at, hari di mana menu makan siang di asrama adalah nasi dan telur masak manis. Hmm, kamar sebelah tuh ya, gak doyan, apa? Sekotak lauk, telurnya masih utuh begitu. Ya sudah, daripada mubadzir, mending dimasak ulang.
Yuna dan Iska kebetulan mau berbelanja ke pasar, sekalian beli bumbu buat masak telur, deh.
Hari semakin sore, mereka ternyata kelamaan bertapa di bank sebelum ke pasar. Akhirnya, rencana ke pasar gagal. Daripada gak belanja sama sekali, mending mampir ke super market. Mereka pun pulang membawa buah tangan sekantung plastik cabai, bawang putih, dan sebuah tomat dengan ukuran agak besar. Ups, ada beberapa buah mie instan cup juga, katanya mumpung lagi promo. Sepuluh ribuan, dapat tiga cup. Aduh wanita, paling senang kalau berjumpa dengan barang-barang promo. Aku juga, sih.
Bakda shalat Maghrib berjamaah di masjid, waktu yang tepat untuk memasak. Memasak apalagi, kalau bukan telur tadi siang. Mereka seperti bayi-bayi yang harus diselamatkan dari keranjang suci.
"Is, ada martil, gak?" tanyaku sambil melipat mukenah.
"Buat apa, Teh?"
"Buat numbuk bumbu, aku lagi males cuci cobek, nih."
"Ya Allah..., sudah bersih cobeknya, ngapain numbuk pakai martil?" Nada bicaranya nggak bisa nggak kaget gitu, tah? Ya, memang nggak lazim, sih.
"Bukan gitu, maksudku males nyuci setelah dipakai, loh...."
"Ih! Aku aja yang nyuci. Numbuk pakai martil sih, gimana?"
"Ya, habis bawang dkk dicuci bersih, dimasukin ke plastik kiloan, dong. Aku kan punya banyak...."
"Terus ditumbuk-tumbuk pakai martil, gitu?" Elma nyamber, udah kayak petir aja.
"Biar kugoreng dulu, telurnya." Iska memanaskan minyak goreng, lalu mempersiapkan telurnya.
Well, sambil telurnya digoreng (telur menu asrama kan direbus, biar ada nuansa gurih nyoi, digoreng sebentar, lah), efisiensikan waktu dengan menghaluskan para bawang, cabai dan tomat, ya! Bagaimana caranya? Rahasia, dong.
Nah, setelah telur diangkat dari minyak panas, gantian si bumbu yang digoreng. Sampai tercium aroma harum sedap gimana gitu, tambahkan kecap, garam, penyedap, dan gula secukupnya, masukkan telur yang sudah digoreng tadi, dioseng-oseng, deh.
Tadda! Spicy Egg Blast is ready to serve.
Gaes, kenapa judulnya "Spicy Egg Blast"? Sebenarnya nih, lidahku mood-moodan sama pedas. Terkadang, yang dibilang cukup pedas oleh "maniak cabe", aku masih doyan makan. Tapi..., kalau lagi malas or gak mood makan pedas, makanan yang tidak begitu pedas tuh, rasanya pedas di mulut. Nah, dengan cabai sebanyak itu (5 buah sebagaimana tertera di ingredients) mah, gak banyak kan? Aduh..., tapi lidah ini merasakan pedas yang sesungguhnya, gaes. Pas lagi uji rasa juga, telapak tangan tuh kerasa panas karena kena cipratan minyak berbumbu. Rasanya juga nge-blast, gitu. Meledak jeder, pedas dan panasnya. FYI nih, karena kepedesan, sampai-sampai diberi tambahan gula loh, wkwkwkwk.
Oke, cukup sekian cerita masak-masaknya. Selamat mencoba menyelamatkan bayi-bayi kalian, yak! :)