Diberdayakan oleh Blogger.
Seal - Gaia Online
RSS
Container Icon

Finding Strength in Faith

Happy Sunday!  Just catching up this morning with conversation and sunlight. 🌞

🌬


╭(′▽‵)╭(′▽‵)╭(′▽‵)╯ •°•°• o (^‿^✿)o


[1/12 07.10] ISTJ: When the why gets stronger, the how gets easier.

 

[1/12 08.25] INFJ: Yeayy, find ways to overcome obstacles and make things happen. 🪄🧀🧀🌈

 

[1/12 09.25] ISTJ: A flower doesn't think of competing with the flower next to it. It just blooms ✨🌸🌸💐

 

[1/12 09.46] INFJ: Blossoming with blessings.

 

[1/12 10.03] ISTJ: As you did, sweetie. 😊


A Thousand Miles 🛤🛫🌄🌅🎇🎆🌌

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Catatan Mengaji Kitab Minhajul 'Abidin - 11 November 2024

 


Ilmu, Taubat, dan Instropeksi Diri:

Ilmu adalah pondasi utama. Dengan mempelajari segala hal, baik dan buruk, kita dapat membedakan mana yang benar dan salah.  Setelah itu, taubat dan istighfar atas kesalahan masa lalu serta introspeksi diri menjadi langkah penting untuk perbaikan diri.

 

Nafsu dan Rezeki

Keinginan nafsu dalam mencari rezeki perlu dikontrol.  Kita perlu menyeimbangkan antara usaha yang maksimal dengan tawakal kepada Allah.

 

Tawakal: Dua Jenis Pendekatan

Tawakal terbagi dua:

1. Tawakal Umum:  Bagi kebanyakan orang, tawakal diiringi dengan usaha dan sebab-sebab yang nyata.  Kita berusaha sekuat tenaga, kemudian bertawakal kepada Allah SWT atas hasil usaha tersebut.  Usaha menjadi jembatan menuju tawakal.

2. Tawakal Khusus:  Ini adalah tawakal yang lebih tinggi, dimiliki oleh orang-orang tertentu yang telah mencapai derajat spiritual yang tinggi.  Mereka berusaha, lalu sepenuhnya menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT tanpa beban atau harapan tertentu.  Tujuan utama mereka adalah ibadah kepada Allah, bukan kekayaan materi.

 

Rezeki dan Nikmat

Rezeki adalah anugerah Allah yang dapat dimanfaatkan dengan berbagai cara, tidak terbatas pada materi semata.  Nikmat, di sisi lain, lebih berfokus pada peningkatan kualitas ibadah kita.  Rezeki bisa digunakan melampaui kebutuhan dasar, sementara nikmat lebih berorientasi pada pengembangan spiritual.

 

Mencegah Kemiskinan dan Rasa Syukur

Membaca Surat Al-Waqiah, baik pagi maupun malam, dianjurkan untuk memohon perlindungan dari kemiskinan.  Yang terpenting adalah menjaga rasa syukur dan menghindari sikap merasa kurang atau menuntut berlebihan kepada Allah SWT, serta menjaga etika yang baik kepada sesama.  Berdoa agar senantiasa dilindungi dari kurangnya rasa syukur sangatlah penting.

 

Menuntut Ilmu dan Rezeki

Mengaji dan menuntut ilmu, apapun bentuknya, mendatangkan rezeki, baik yang terlihat maupun tidak.  Menggunakan penghasilan untuk terus belajar dan menambah ilmu merupakan amalan yang baik.

 

Ringkasan ini menekankan pentingnya ilmu, taubat, tawakal, dan rasa syukur dalam kehidupan seorang muslim.  Rezeki dan nikmat adalah anugerah Allah yang harus disyukuri dan dimanfaatkan dengan bijak, selalu diiringi dengan usaha dan ketaatan kepada-Nya.  Menuntut ilmu terus menerus adalah investasi jangka panjang untuk kehidupan dunia dan akhirat.


Jika terdapat kekeliruan dalam penulisan ringkasan ini, mohon tegur penulis agar dapat memperbaikinya. Terima kasih atas kunjungan Anda. 

Wallahu a'lam bisshawab.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Catatan Mengaji Kitab Minhajul 'Abidin - 4 November 2024

 بسم الله الرحمن الرحيم

 


Segala aktivitas yang kita lakukan, dalam konteks apapun, memiliki pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.  Oleh karena itu, hendaknya setiap perbuatan diniatkan semata-mata karena-Nya.

 

Keberhasilan dalam menjalani kehidupan, baik dalam menuntut ilmu maupun aktivitas lainnya, bergantung pada tiga pilar utama:

1. Keimanan yang kokoh: keyakinan yang teguh akan pertolongan dan rahmat Allah SWT merupakan pondasi yang kuat.  Keimanan ini akan memberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi tantangan hidup.

2. Doa yang khusyuk:  memanjatkan doa dengan penuh kekhusyukan dan ketulusan merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Doa merupakan sarana untuk memohon pertolongan dan kemudahan dari Allah SWT dalam segala urusan.

3. Usaha yang maksimal:  keberhasilan tidak akan diraih tanpa usaha yang sungguh-sungguh dan konsisten. Ketekunan dan disiplin merupakan kunci utama dalam mencapai tujuan.

 

Perlindungan Allah SWT

Dengan menggabungkan keimanan, doa, dan usaha yang dijalankan dengan niat ikhlas karena Allah SWT, kita akan mendapatkan perlindungan-Nya.  Meskipun godaan (setan) dan rintangan akan selalu ada, Allah SWT akan senantiasa memberikan pertolongan dan kekuatan kepada hamba-Nya yang berikhtiar.

 

Kebahagiaan Hakiki

Kebahagiaan hakiki sesungguhnya terletak di akhirat. Kebahagiaan dunia bersifat sementara dan fana. Oleh karena itu, hendaknya kita menyeimbangkan kehidupan duniawi dan ukhrawi.

Sebagaimana dalam doa:  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً (Rabbanā ātinā fī ad-dunyā ḥasanatan) -  "Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia."

Penggunaan kata  حَسَنَةً (ḥasanatan) - "kebaikan," bukan سَعَادَةً (sa'ādatan) - "kebahagiaan,"  dalam doa tersebut mengandung makna yang mendalam.  Kebahagiaan dunia bersifat relatif dan sementara (fana). Cepat ada, cepat pula hilang pula. Maka, berupa lah ia sebagai kebaikan yang berkelanjutan (semasa berada di dunia dan itu sifatnya hanya titipan), dan kebahagiaan yang kekal hanya ada di akhirat.

 

Semoga catatan ini bermanfaat. Wallahu'alam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menjaga Jiwa, Menjaga Ketenangan

 بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ



Pernah ngerasa bete gara-gara omongan orang yang nyakitin hati? Atau malah jadi emosi sendiri karena hal sepele? Tenang, kamu nggak sendirian kok!  Kita semua pernah ngalamin hal itu. Tapi tahu nggak sih, ternyata menghindari omongan yang nyakitin dan menjaga ketenangan hati itu punya hubungan erat dengan salah satu tujuan utama syariat, yaitu menjaga jiwa.

Pada dasarnya, semua ketentuan dalam syariat itu bertujuan demi tercapainya maslahat atau kemanfaatan, kebaikan, dan kedamaian umat manusia dalam segala urusannya, baik urusan di dunia maupun urusan akhirat. Nah, maqasid syariah atau beberapa tujuan syariat adalah merealisasikan kemanfaatan untuk umat manusia (mashâlih al-ibâd) baik urusan dunia maupun urusan akhirat mereka.

Menurut Imam Asy-Syatibi, maqashid syariah memiliki lima hal inti, yaitu:

1. Hifdzu ad-din (حـفـظ الـديـن) atau menjaga agama

2. Hifdzu an-nafs (حـفـظ النــفـس) atau menjaga jiwa

3. Hifdzu 'aql (حـفـظ العــقل) atau menjaga akal

4. Hifdzu an-nasl (حـفـظ النـسـل) atau menjaga keturunan

5. Hifdzu al-maal (حـفـظ المــال) atau menjaga harta

Kemudian, jika kita menghindari orang-orang yang sekiranya omongan mereka dapat menyakiti kita, atau membiarkan diri kita sendiri untuk tenang dari marah, itu masuk bagian dari menjaga jiwa, bukan?

Hayooo bagaimana? 

Jadi begini, menghindari orang-orang yang omongannya dapat menyakiti kita dan menjaga ketenangan diri dari amarah termasuk dalam hifzu an-nafs (menjaga jiwa) dalam maqashid syariah.

- Hifdzu an-nafs mencakup menjaga jiwa dari segala bentuk bahaya dan ancaman, baik secara fisik maupun psikis.

- Omongan yang menyakiti dapat menyebabkan luka batin dan stres yang berdampak buruk bagi kesehatan mental dan jiwa seseorang.

- Menjaga ketenangan dari amarah juga penting, karena amarah yang tidak terkendali bisa menyebabkan tindakan impulsif yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Dengan demikian, menghindari orang-orang yang berpotensi menyakiti jiwa kita dan menjaga ketenangan diri dari amarah merupakan upaya untuk menjaga jiwa kita dari bahaya dan ancaman, yang sejalan dengan salah satu tujuan utama syariat yaitu hifdzu an-nafs.

Selain itu, tindakan tersebut juga dapat dikaitkan dengan:

- Hifdzu al-'aql (menjaga akal):  Amarah yang tidak terkendali dapat mengacaukan akal sehat dan menyebabkan seseorang bertindak tidak rasional.

- Hifdzu ad-din (menjaga agama):  Kehilangan ketenangan dapat menyebabkan seseorang melakukan perbuatan dosa atau melanggar hukum agama.

Kesimpulannya, menjaga jiwa dari bahaya dan ancaman, termasuk menghindari omongan yang menyakiti dan menjaga ketenangan dari amarah, adalah hal yang penting dan sejalan dengan prinsip-prinsip maqashid syariah.

Wallahu'alam. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Adab Bangun dari Tidur


Ringkasan materi kitab Bidayah al-Hidayah dari Majelis Dzikir Ponpes. Asshiddiqiyah Jakarta. 

في آدب الإستِيقاظ من النوم

Jika bangun tidur, usahakan untuk bangun sebelum waktu fajar (subuh) dan segera berzikir kepada Allah (dengan lisan dan hati kita).

Malam adalah kematian kecil, oleh karena itu kita harus mempersiapkan diri dengan baik. Bacalah ayat kursi, surat al-Ikhlas tiga kali, surat al-Mu'awwidzatain (surat al-Falaq dan an-Nas), dan surat al-Fatihah, kemudian tiupkan ke telapak tangan dan usapkan ke seluruh tubuh.

Tidur juga termasuk kematian kecil. Ketika manusia tidur, setan akan mengikat tubuh kita dengan tiga ikatan (tiga lapis) agar kita tertidur lelap dan terlewatkan waktu shalat. Oleh karena itu, untuk memudahkan bangun tahajjud, bacalah akhir surat al-Baqarah agar dipermudah bangunnya nanti.

Ikatan pertama bisa terlepas dengan membaca doa:

الحمد لله الذي أحيانا بعدما أماتنا وإليه النشور

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya-lah kami akan dikembalikan.

Ikatan kedua bisa dibuka dengan mengambil air wudu.

Ikatan ketiga bisa terbuka ketika kita melakukan shalat sunnah malam.

Bisa juga dilanjutkan dengan membaca Wirid al-Lathif setelah salat Subuh.



Wallahua'alam

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Catatan dari Ayah

 


Percaya, kalau pengalaman itu adalah guru yang paling berharga? Hehe, tergantung keyakinan masing-masing sih, bagaimana seseorang bisa menyikapi, merespon, juga menilai sesuatu yang ada di hadapannya maupun yang pernah ia alami. 


Ya, kepercayaan itu juga seperti debu, sebelum ia menumpuk, itu bukanlah apa-apa. 


Awalnya, ketika pertama kali mondok aku diajarkan ayah untuk membuat list pengeluaran harian di buku tulis. Sederhana, cukup menuliskan tanggal, barang atau keperluan apa, dan menyantumkan harganya. Waktu itu rasanya biasa saja. Nggak kesal ataupun senang karena diminta ayah untuk membuat itu. 


Aku beli lauk, gorengan, air kemasan, bahkan aku beli kertas nasi seharga Rp. 100 pun aku tuliskan. Nah, pada laporan sederhana tersebut, aku tuliskan semua sesuai pengeluaranku selama dua minggu. Aku dijenguk dua minggu sekali, sudah kesepakatan ayah denganku kala itu. Setiap aku dijenguk, selain dibawakan jajan dari rumah dan keperluan sehari-hari seperti sabun dan lainnya, aku juga menyerahkan laporan pengeluaran. 


Ayah membaca dengan detail apa yang aku tuliskan, beliau tidak komentar, “kok jajannya banyak banget, ya,” atau “dikit ya, pengeluarannya.” Ayah tersenyum dan memintaku meneruskan kegiatan itu. Oke deh, aku mah, siap. 


Setiap kali dijenguk, ayah selalu menanyakan kabar dan jika ada yang perlu diutarakan, ceritakan saja, nanti ayah coba bantu berikan pencerahan atau motivasi, tentunya menyesuaikan dengan kondisiku saat itu. 



Pernah, ketika ke pondok, ayah melihatku dalam keadaan lemas, dan mungkin nampak agak pucat. Ayah bertanya perihal kondisiku, lalu aku jawab jika aku sedang mencoba melakukan ibadah puasa sunnah Senin-Kamis, karena sebentar lagi akan ada ijazah puasa tersebut dan kami wajib puasa selama setahun. 


Dengan lembut dan gayanya yang santai, ayah bilang kalau aku tidak kuat puasa ya tidak apa-apa, masih ada ibadah lainnya yang bisa dilakukan seperti berzikir. Kata ayah, jangan sampai yang sunnah itu mengalahkan yang wajib. 


“Nggak apa-apa kok, Yah. Rasanya lemes, tapi Anis masih bisa ikutin kegiatan yang ada,” kataku kemudian aku menyunggingkan sebuah senyuman yang, aduh bibirku yang kering agak pecah-pecah itu…. 


“Tuh kan, bibirnya aja retak gitu,” balas ayahku tanpa dosa. Astagfirullah auto ngakak dalam hati, deh. 


Kemudian, aku memberikan laporan keuanganku. Ayah melihatnya sebentar lalu memintaku membandingkan pengeluaranku dari minggu yang satu dengan minggu lainnya. 


“Pengeluarannya nggak beda jauh, Yah,” aku mengerjap. 


“Berarti pengeluarannya stabil. Nanti ada kalanya kalau lagi banyak kebutuhan, Anis bisa ngabisin lebih dari pengeluaran yang biasanya. Begitu pula sebaliknya.”


Aku diam sejenak, berpikir. Ih, ayahku sedang mengajarkan manajemen keuangan ya, tapi pakai metode santai mode on. Jadi nggak kerasa lagi diajarin, kan. Waah, keren juga. 


Kebetulan banget, di sekolah aku juga sudah belajar Tikom (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bab Excel. Hehe, isinya rumus-rumus, ya. Emang boleh jadi sengitung itu. Ihhieww, ayah gak tahu kalau ujian semesteran kemarin aku juara pertama seangkatan, di mata pelajaran itu doang tapi. 


Jadi bernostalgia. Setelah nilai ujian keluar, datanya ditempel di depan kantor SMP. Tidak dituliskan nama peserta ujian, hanya menyantumkan nomor peserta UAS, deretan jawaban dan peringkat. Waktu itu aku iseng, siapa tuh yang dapat peringkat satu di mata pelajaran Tikom, eh, itu nomor ujianku. Alhamdulillah aku senang tapi posisinya aku masih mematung. Diam sambil mikir, kalau diingat-ingat, soal ujiannya juga sama persisis kayak soal latihan di buku paket. Untung sudah aku isi semua latihannya. Ustaz Java, memang boleh aku seberuntung ini? Hmm, but at all, terima kasih banyak ya Allah. Terima kasih Ustaz Java, yang sudah mengajarkanku ilmu dan memberikan soal yang sama persis dengan latihan di buku. 


•°••°•


Sesuatu yang tidak masuk akal terkadang bisa saja terjadi. Aku sudah menerima kiriman uang dari ayahku untuk kebutuhanku selama dua bulan kedepan, tapi di sisi lain, tanpa sengaja aku mematahkan gagang kacamata temanku. 


Aku nggak tahu, padahal cuma pegang gagangnya, mau coba pakai, eh, malah patah, aku pegang gagang yang satunya lagi, patah lagi. Aku bengong. Beneran cuma pegang doang, tapi dia patah begitu saja. Pelan kok, aku pegangnya. 


Karena masih jam istirahat, jadi aku langsung meminta maaf ke temanku dan lari ke luar pondok untuk pergi ke optik terdekat. Sebenarnya tindakanku itu termasuk kabur, karena keluar pondok tanpa izin. Ya sudahlah, maafkan aku yang melanggar, habisnya kepepet. Aslinya temanku biasa saja, tapi perasaanku yang tidak biasa, bawaannya kalau aku merusak barang milik seseorang meskipun itu tanpa sengaja, maunya langsung diperbaiki atau diganti saat itu juga.


Angin pegunungan berembus dengan sejuknya, setidaknya memberikan sedikit kenyamanan meskipun aku sedang galau. Duduk di samping jendela kelas memang favorit banget, deh. 


“Yah, anak Ayah sudah sekolah di Aliyah, tapi rasanya masih pengin curhat aja. Aku nggak sengaja matahin gagang kacamata Dina, uang kiriman Ayah tinggal setengah, deh.” Aku berbisik seolah sedang berbicara dengan angin yang lewat. 


Semenjak melanjutkan sekolah ke daerah pegunungan di Jawa Tengah, aku jadi tidak bisa dijenguk seperti ketika aku mondok waktu SMP dulu. 


Aku menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Matahari semakin tinggi, tapi aku masih terpaku di tepi jendela kelas, menatap ke luar dengan tatapan kosong. Dina tadi sudah bilang kalau dia nggak apa-apa, tapi tetap saja aku merasa bersalah. Perasaan itu nggak kunjung hilang meskipun aku sudah berusaha memperbaiki kacamata Dina di optik. 


“Aku nggak marah kok, Nis,” ucapnya dengan senyuman yang menenangkan. 


Tapi tetap, pikiranku nggak bisa berhenti memikirkan bagaimana aku akan bertahan dengan uang yang tinggal setengah. Aku harus pintar-pintar mengatur pengeluaran sekarang. Di dalam hati, aku tahu ayah pasti akan memintaku untuk belajar dari kejadian ini.


Setiap kali aku mengingat pesan-pesan ayah, ada rasa hangat yang mengalir di dalam dada. Bukan hanya tentang uang, tapi tentang bagaimana menghadapi setiap masalah dengan tenang dan bijaksana. Terkadang, tanpa disadari, ayahku sudah mengajarkanku banyak hal. Seperti saat aku mulai terbiasa membuat laporan keuangan. Awalnya, terasa biasa saja, tapi perlahan aku mulai paham, ini bukan sekadar mencatat angka. Ayah sedang mengajarkanku disiplin, kesabaran, dan tanggung jawab. Nilai-nilai yang nggak langsung terlihat, tapi terpatri dalam setiap tindakan kecil.


Dan kini, duduk di bangku Aliyah dengan pemandangan pegunungan yang indah, aku menyadari bahwa semua pelajaran itu datang dari pengalaman. Pengalaman yang mungkin dulu aku anggap sepele, ternyata adalah pelajaran penting.


Aku tersenyum kecil, di balik semua kekhawatiranku, ada keyakinan bahwa aku akan selalu bisa melewati segala tantangan. Karena, seperti kata ayah, “pengeluaran stabil itu penting, tapi yang lebih penting adalah bagaimana Anis menghadapinya dengan hati yang tenang.”


Angin pegunungan terus berembus, seolah membawa pesan dari kejauhan. Mungkin ayah benar, pengalaman adalah guru yang paling berharga.


Dan hari ini, aku kembali belajar.


•°••°•

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Warna Kehidupan, Warisan Kita


Katanya, kalau mau tahu seseorang itu lihatlah tulisannya, bukan sekadar menjustifikasi dari apa yang dikatakannya. Perkataan bisa saja tidak sengaja terucap, tanpa filter, keceplosan. Tapi tulisan, tentu ia melewati beberapa tahapan. 

Proses menulis itu melibatkan tahapan yang matang, mulai dari merencanakan ide, menuangkannya menjadi sebuah konten, kemudian dilanjutkan dengan proses editing untuk memperbaiki dan menyempurnakan tulisan. Melalui proses ini, seseorang dapat mengungkapkan pemikiran dan pandangannya secara lebih terstruktur dan terperinci. Dengan demikian, membaca tulisan seseorang dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang kepribadian, nilai, dan cara berpikir yang dimilikinya.

Oh ya, kamu tahu, jika aku menuliskan sesuatu dan mengabadikannya di sini, proses editingnya itu berlaku selamanya. Kenapa? 



Aku sering membaca ulang apa yang aku tuangkan di sini, kemudian merasakan ada kejanggalan diksi, maksud, maupun kekhilafan lainnya. 

Lalu, bagaimana nasib Daun Keberkahan ini? Di dalamnya random sekali. Ya, betul-betul beraneka ragam. Gaya bahasanya pun terkadang berbeda-beda. Dan, apakah tulisan-tulisan ini memiliki aura tertentu? Entahlah, bisa jadi mereka hanya menyesuaikan dengan kondisi ketika aku menuliskannya. 

Awalnya, Blessed Life adalah sebuah keisengan yang terencana. 

Iseng karena sekadar bermain-main, menganggur, tapi di lain sisi pun sudah ada rencana akan memberikan bumbu apa saja di dalamnya. Ya, di masakan Blessed Life ini. 

Lalu, sebenarnya cara berpikir yang seperti apa yang dimiliki oleh penulisnya? Pemikiran yang beragam, yang masih butuh untuk terus diperbaiki, diberikan pembaharuan. Out of the box, karena terkadang kehidupan adalah sesuatu yang di luar dari apa yang direncanakan.

Mungkinkah jutaan kata yang tersimpan di sini dapat mendorong seseorang untuk melihat masalah dari sudut pandang baru dan mempertimbangkan pendekatan yang tidak biasa atau tidak diharapkan? 

Bagaimana dengan gagasan-gagasan atau solusi yang ditawarkan di sini? Hmm, mereka melibatkan metode atau cara berpikir yang tidak lazim atau biasa saja? 

Yah, se-random itu. Terkadang menggunakan analogi yang tidak biasa, menggabungkan disiplin ilmu yang berbeda, atau memecahkan masalah dengan cara yang tidak terduga. Semua memiliki sejarahnya masing-masing. 

Yuk, abadikan sejarah kita, apapun bentuknya, bagaimanapun caranya. Kita wariskan yang baik-baik saja. 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Petualangan Menuju Kebahagiaan yang Tersembunyi

 بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ



Dalam pencarian kebahagiaan, seringkali kita terjebak dalam anggapan bahwa itu harus dicari di tempat-tempat jauh atau dalam pencapaian yang besar. Namun, menurut pemikiran yang mendalam, kebahagiaan sejati dapat ditemukan dalam pemahaman dan kesadaran akan diri serta penerimaan terhadap kondisi jiwa. Hamka menyoroti bahwa seringkali kita lupa akan kebahagiaan yang telah menyelubungi kita, meskipun mungkin tidak menyadarinya.

Ada tiga kunci utama yang membuka pintu kebahagiaan: pengetahuan dan kesadaran, penerimaan, dan kondisi jiwa. Meskipun pengetahuan memainkan peran penting, kebahagiaan juga dapat ditemukan melalui pilihan-pilihan tindakan yang membawa kesenangan, walaupun tidak selalu merupakan prioritas utama.

Dalam konteks psikologi, kesenangan bisa memiliki durasi yang bervariasi, mulai dari yang singkat hingga yang tak terbatas, dengan kontribusi pada kebaikan yang tanpa pamrih menjadi puncaknya. Dengan demikian, kebahagiaan tidak selalu terletak pada pencapaian besar, tetapi dalam kesadaran, penerimaan, dan kontribusi kita terhadap kebaikan. Tak perlu melangkah jauh untuk menemukan kebahagiaan yang sejati. Dalam refleksi mendalam, Hamka mengungkapkan bahwa seringkali manusia terjebak dalam pencarian hal-hal yang belum dimilikinya. Sebagaimana mereka yang belum meraih kesuksesan terus mengejar, tanpa menyadari bahwa kebahagiaan sejati telah menyelimuti mereka. Kemudian mereka yang sukses, malah mencari kebahagiaan karena telah lama dirinya disibukkan dengan berbagai rutinitas yang bisa jadi menjemukan.


Dari ketiga kunci utama kebahagiaan, pengetahuan menjadi landasan penting, karena kebaikan-kebaikan dalam hidup menjadi sumber utama kebahagiaan, yang didukung oleh pemahaman yang dalam. Nabi Adam, misalnya, turun ke bumi dengan bekal ilmu dari Allah, yang menjadi fondasi kebahagiannya. Namun, bagaimana dengan mereka yang mungkin tidak secemerlang itu dalam ilmu, namun tetap mampu menemukan kebahagiaan? Jawabannya, terletak pada pilihan-pilihan tindakan yang diambil. Meskipun tidak menjadi fokus utama, tindakan-tindakan menyenangkan dapat membawa kebahagiaan sesaat. Dalam psikologi barat, kesenangan dapat memiliki beragam durasi, mulai dari yang singkat hingga yang tak terbatas. Kebahagiaan sejati, yang bersumber dari kontribusi pada kebaikan tanpa pamrih lah yang menjadi puncaknya. Sedangkan dalam konteks agama keikhlasan menjadi kunci, membawa kebahagiaan yang abadi dan tidak terbatas, karena bertumpu pada keridhaan Allah. Dengan demikian, kebahagiaan bukanlah sekadar pencapaian besar, tetapi terletak pada pemahaman, penerimaan, dan kontribusi kita dalam hidup sehari-hari.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS