Diberdayakan oleh Blogger.
Seal - Gaia Online
RSS
Container Icon
Tampilkan postingan dengan label Cook. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cook. Tampilkan semua postingan

What, Spalaso, Itu Makanan?

 Bismillahirrahmaanirrahiim


Well, dari sekian Purnama tak muncul, akhirnya nampak lagi, laa~.😙

Jadi, ini kisah seorang gadis ya, gesss. Yupss, gadis kiyut bernama An An. 😆😸😄

Suatu pagi yang cukup mendung, An An merasa perutnya agak begah. Yaa, ada beberapa kendala, sih. Lalu gadis kelahiran tanah Bahira itu memutuskan untuk duduk sejenak, berpose ala meditasi sembari menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Ia lakukan itu beberapa kali sampai merasa lebih baik. Assyique! Nah, udah kerasa mendingan kan, ia berniat olahraga ringan setelah itu. Di depan asrama yang ia tinggali, ada lapangan kecil tuh, cukup lah buat berjalan santai memutari lapangan. Eaaa, bukan sedang dihukum, ya. Kondisinya sedang sepi, jadi An An pede aja. Next, fifteen minutes later, dia melakukan gerakan-gerakan peregangan lalu selonjoran. 25 menit-an cukup lah ya, dari adegan muter lapangan sampe selonjoran gitu? Cukup dong, hahaii. 

Hmm, abis olahraga minum air putih dia. Eh, laper deh. Wadidau, pengen masak makanan dengan bahan seadanya ala anak kosan dong, si An An. Sambil mikir, gadis kiyut itu memperhatikan keadaan sekitar. Yups, di depan matanya ada setoples bawang merah goreng, sosis ayam siap makan, labu yang ia beli di supermarket kemarin (level supermarket emang beda, labunya dibungkus pakai plastik wrap, euyy), kerupuk seblak rasa original (lah, katanya seblak, kok original, nggak pedas?) dan beberapa bahan lainnya. Wewewewww, ada apa lagi sih? Oiyyaa, dia masih punya spagetti, cuy. 

Pagi-pagi, suasana sepi, harus menciptakan sesuatu yang bikin hepi, nih. Kok sepi, penghuni asrama lainnya pada ke mana? Ke mana lagi weekend gini kalau bukan semedi di alam mimpi. Awokawokawokkkk. 

Skuyy lah, mending masak aja. Gaskeuuuun! 

An An merebus spagetti dulu pemirsa, sambil menunggu matang ia membersihkan kulit labu, mebuaang getahnya dan memotongnya kecil-kecil (bentuknya seperti stick gitu, yaa sesuai selera aja, mau dibuat dadu, diserut pakai serutan sayur or dicetak setengah bulat pakai kerokan buah juga boleh). Next, dia pergi ke wastafel untuk mencuci labu dan bawang putih. Sepulangnya dari sana, magic comnya sudah mengepul dong kayak sepur, tapi nggak bunyi tuut-tuut. Nggak, lah. Wedehh, ada yang sudah matang, nih. Matikan magic com lalu tiriskan spagettinya, deh. 

Then, panaskan minyak secukupnya, lalu tumis bawang putih. Setelah itu An An masukan potongan-potongan labu ke dalam inner cooking pan, menaburkan bawang goreng siap saji dan sedikit kunyit bubuk. Tutup dah tuh, magic comnya. Sambil menunggu An An memotong-motong sosis ayam siap saji buat tambahan topping masakannya. Sekitar 2 menit, An An menambahkan sekitar 200 mili air (disesuaikan saja dengan kebutuhan dan selera, mau banjir apa becek, wkwkwkwk) dan beberapa keping kerupuk seblak (kerupuknya sudah siap makan gess, cuma An An juga nggak tahu kenapa, iseng aja gitu, pengen nambahin itu ke masakannya, kalau nggak suka ya, nggak usah sis, ahahaii). Oh iya, thydak lupa juga ia menambahkan bawang goreng, saus sambal, garam dan penyedap jamur secukupnya. Eittt, sama si spagetti dan sosis juga sobat, bahaya kalau sampai ketinggalan. Aduk rata,  kemudian tunggu sampai matang, deh. 

A few minutes later, mateng deh tuh. The food ready to be served



Ini dia santapan sederhana ala anak asrama. Wawawawaaa... diberi nama apa, ya? 

Ahha! Spalaso! Spagetti labu sosis! Asyiqueee, bahagianya tiada tara. 

Alhamdulillah yaaa, bisa untuk lauk sarapan pagiii. 👏👏👏👏😇 

Yoyoy, berikut kisah An An di pagi hari memasak labu sosis dan spagetti. Sampai jumpa di lain kempatan lagi ya, sobiiii. 😙😉




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gak Ada Oreg, Gak Asik

 Bismillahirrahmanirrahim 

Hidup ini hampa tanpa adanya tempe. It's not "lebay mode on" ya, karena tempe  sudah mendarah daging. Eciyee. 

Oh ya, jadi inget. Dulu banget pernah tuh, reuni online di komentar catatan faceb**k, eh ada temen yang berandai beta berada di surga sejarah itu (eyaks, mentang-mentang dia anak tarikh, gitu?), mau diajak ke seminar Bunda Pipiet (Pipiet Senja) katanya. Aduh, senangnya. Tapi maaf, lokasi Anda sangat jauh dijangkau diriku ini, wkwkwk. Enak ya, mampir ke negeri orang, join seminar penulis senior lagi. Heuhh, tapi tuh gak kebayang "Apakah sayyaa bisa menemukan tempe di sanaa?" Wadidau, harga tempe lebih mahal dari daging, pemirsa. 

Yups, udahan ah nostalgianya. Sekarang mau masak tempe dulu. Bikin oreg. Oreg mingguan. 


Nah, karena beta di asrama yang cuma ada kompor kemping (punya teman itu juga), tempenya pesan di ibu penjual nasi biar nggak ribet, kasih bumbu sendiri, deh. Nama si ibu adalah Bu Golok. Laqab (julukan) ya, guys. Bu Golok tuh yaa, kayak ibu banget, aka bunda. Bunda Golok, euyy. 

Eetdeh. Malah cerita lagi. Yuk, yuk ah, masak sekarang. 

Bahan-bahan yang diperlukan

1. Tempe 

2. Garam

3. Bawang merah (lupa deh, ada kali 9 siung-kecil bawangnya) 

4. Bawang putih (3 siung) 

5. Bumbu penyedap

6. Daun sereh

7. Daun jeruk 

8. Daun salam 

9. Kecap manis

10. Kunyit bubuk

11. Lada bubuk

12. Kencur bubuk

13. Ketumbar bubuk

14. 1 sendok teh minuman jahe (alternatifnya gula, ++ jahe lumayan) 

15. Minyak goreng 

Hmm, apa lagi ya? Kayaknya udah. Hahai, mau bikin oreg apa jamu, rempah-rempahnya banyak amat. Maap-maap nih pemirsa, kata nyokap, rempah-rempah itu ada manfaatnya semua. Iya Bunda, aku percaya. Untung beta doyan rempah-rempah, ampe teman sekamar njulukin "Mbak Rempah-Rempah". Tapi sesuai selera kok, bumbu dasar oreg ya bawang, kecap dan penyedap. Pakai cabai kalau suka pedas. Tapiii, beta yang manis nan imut ini tak syuka pedas, loh. Awokawokawokk. 

Pertama-tama, baca basmalah sebelum masak (bahan-bahan yang mau dimasak dicuci bersih dulu ya, kecuali tempe gorengnya). Nah, bawangnya bisa ditumbuk/dicincang. Panaskan minyak goreng di wajan, next masukkan rajangan bawang, daun salam, daun jeruk dan sereh yang sudah digeprek. Setelah tercium bau harum, taburkan kunyit bubuk dan ketumbar bubuk secukupnya, aduk rata, kemudian tambahkan potongan-potongan tempe goreng. Oseng-oseng tempe oregnya sesuai kematangan yang diinginkan, jangan lupa tambahkan garam, kecap, bumbu penyedap, satu sendok teh serbuk minuman jahe (sebenarnya itu ngalap gulanya, tapi ++ jahe gitu biar anget). Beta cantumkan bubuk lada dan bubuk kencur di daftar ingredients karena iseng. Sedikit doang kok, sedikiiit banget naburinnya (biar masakannya kaya akan rempah-rempah, soalnya beta suka lada dan kencur, sih). Kalau gak suka jangan dicampurin, dong yaa. 

Beta suka yang garing gitu guys tekstur tempenya, biar tahan lama. Kalau nggak suka ya jangan lama-lama dimasak. 

Well, setelah matang bisa diangin-anginkan sejenak, kemudian simpan di toples or wadah lain, buddy

Tadda! Itu penampakan si orek yang baru matang. Daun serehnya menjuntai gitu, ih. Serehnya muda jadi gitu penampilannya. Beda model kalau dia udah jompo. 

Bang, bang, bang! Itu pajangan guys. Niatnya tuh ya buat masak oreg, tapi karena belinya kebanyakan si sereh keburu jompo duluan. Usianya sekitar 3 bulan. 

Eh, eh, kalau itu penampakan sereh pas baru dibeli tanggal 26 September 2020 dan kondisinya satu bulan kemudian. Ampe tumbuh daun gitu. Ahahahai. 

Bim salabim abrakadabra! Tiba-tiba si sereh berubah jadi bunga, deh. Awokawokawokk. Tapi bohong. 

(๑^っ^๑)

Oh ya, beta mau tunjukkan bumbu-bumbu dapur dan bumbu penyedap di balik keberhasilan pembuatan oreg ini. 

Okedeh. Cukup sekian cerita si oreg. Yups, gak ada oreg, mana asik? Secara, itu lauk sehari-hari. Terima kasih sudah mampir, guys. Ila liqa ma'a salamah ٩(^ᴗ^)۶


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Spicy Egg Blast

Bahan-bahan yang dibutuhkan

1. Telur rebus (untuk porsi ini, siapkan 13 telur)
2. 6 siung bawang merah
3. 2 siung bawang putih  
4. Minyak goreng
5. Garam
6. Kecap
7. 5 buah cabai setan
8. 1 buah tomat
9. Penyedap rasa

Ok gaes, jadi gini ceritanya. Upacara masak-memasaknya pakai gaya short story mode on, yak! ;)

Hari Jum'at, hari di mana menu makan siang di asrama adalah nasi dan telur masak manis. Hmm, kamar sebelah tuh ya, gak doyan, apa? Sekotak lauk, telurnya masih utuh begitu. Ya sudah, daripada mubadzir, mending dimasak ulang. 

Yuna dan Iska kebetulan mau berbelanja ke pasar, sekalian beli bumbu buat masak telur, deh. 

Hari semakin sore, mereka ternyata kelamaan bertapa di bank sebelum ke pasar. Akhirnya, rencana ke pasar gagal. Daripada gak belanja sama sekali, mending mampir ke super market. Mereka pun pulang membawa buah tangan sekantung plastik cabai, bawang putih, dan sebuah tomat dengan ukuran agak besar. Ups, ada beberapa buah mie instan cup juga, katanya mumpung lagi promo. Sepuluh ribuan, dapat tiga cup. Aduh wanita, paling senang kalau berjumpa dengan barang-barang promo. Aku juga, sih.

Bakda shalat Maghrib berjamaah di masjid, waktu yang tepat untuk memasak. Memasak apalagi, kalau bukan telur tadi siang. Mereka seperti bayi-bayi yang harus diselamatkan dari keranjang suci. 

"Is, ada martil, gak?" tanyaku sambil melipat mukenah. 

"Buat apa, Teh?"

"Buat numbuk bumbu, aku lagi males cuci cobek, nih."

"Ya Allah..., sudah bersih cobeknya, ngapain numbuk pakai martil?" Nada bicaranya nggak bisa nggak kaget gitu, tah? Ya, memang nggak lazim, sih. 

"Bukan gitu, maksudku males nyuci setelah dipakai, loh...."

"Ih! Aku aja yang nyuci. Numbuk pakai martil sih, gimana?"

"Ya, habis bawang dkk dicuci bersih, dimasukin ke plastik kiloan, dong. Aku kan punya banyak...."

"Terus ditumbuk-tumbuk pakai martil, gitu?" Elma nyamber, udah kayak petir aja. 

"Biar kugoreng dulu, telurnya." Iska memanaskan minyak goreng, lalu mempersiapkan telurnya. 

Well, sambil telurnya digoreng (telur menu asrama kan direbus, biar ada nuansa gurih nyoi, digoreng sebentar, lah), efisiensikan waktu dengan menghaluskan para bawang, cabai dan tomat, ya! Bagaimana caranya? Rahasia, dong. 

Nah, setelah telur diangkat dari minyak panas, gantian si bumbu yang digoreng. Sampai tercium aroma harum sedap gimana gitu, tambahkan kecap, garam, penyedap, dan gula secukupnya, masukkan telur yang sudah digoreng tadi, dioseng-oseng, deh.

Tadda! Spicy Egg Blast is ready to serve

Gaes, kenapa judulnya "Spicy Egg Blast"? Sebenarnya nih, lidahku mood-moodan sama pedas. Terkadang, yang dibilang cukup pedas oleh "maniak cabe", aku masih doyan makan. Tapi..., kalau lagi malas or gak mood makan pedas, makanan yang tidak begitu pedas tuh, rasanya pedas di mulut. Nah, dengan cabai sebanyak itu (5 buah sebagaimana tertera di ingredients) mah, gak banyak kan? Aduh..., tapi lidah ini merasakan pedas yang sesungguhnya, gaes. Pas lagi uji rasa juga, telapak tangan tuh kerasa panas karena kena cipratan minyak berbumbu. Rasanya juga nge-blast, gitu. Meledak jeder, pedas dan panasnya. FYI nih, karena kepedesan, sampai-sampai diberi tambahan gula loh, wkwkwkwk. 

Oke, cukup sekian cerita masak-masaknya. Selamat mencoba menyelamatkan bayi-bayi kalian, yak! :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cemilan Emuh

Di suatu malam yang tidak mencekam. Masih sekitar pukul setengah sepuluh, memang.

"Mba... tolong bikinin Emuh nasi goreng, Mba Anis...," nadanya agak memelas manja.

"Kan tadi Emuh sudah makan."

"Ayolah, Mba Anis...," mimiknya semakin over.

"Muh bikin sendiri saja, ya. Kan masak mie instan juga bisa."

"Ayolah..., bikinin Mba Anis aja. Ayolah...," kok jadi kayak Upin-Ipin yang ngidam ayam goreng. Sejak beberapa hari yang lalu ia mendadak sering minta dibuatkan nasi goreng.

Sejarahnya sederhana. Pada tanggal 3 Syawal, seluruh anggota keluargaku pergi berkunjung ke Depok, berhubung kurang enak badan, aku tetap tinggal di rumah. Home alone. Dari pagi sampai sore. Komplek sepi. And me? Just by myself. Ya sudahlah. Sudah terbiasa sendiri.

"Mba Anis, sebentar lagi Maghrib, goreng telur saja ya, Mamah cuma punya nasi." Mereka baru tiba di rumah sejam lalu.

"Iya, Mah."

Serius, sekitar lima belas menit lagi. Ah, malas betul kupas-kupas bawang dan ulek-ulek bumbu. Jari-jemariku masih bau bawang, sisa kemarin. Kemarin, kemarin, dan kemarinya lagi. Awet betul? Entahlah, sudah aku cuci, baunya hampir hilang, tapi bermain bawang lagi, dan lagi. Searching bagaimana cara menghilangkan bau bawang di internet? Belum kesampaian.

Well, masih ada upacara pemotongan. Bukan bawang sih, melainkan daunnya dan daun temannya. Tumis-tumis ria si daun bawang, masukkan telur, oseng-oseng, taburkan irisan sawi, oseng-oseng, tambahkan sepiring nasi putih, beri bumbu racik nasi goreng serta lada bubuk dan garam secukupnya. Aih, tutorial singkat memasak nasi goreng rupanya.

"Allahu Akbar, Allahu Akbar..." Alhamdulillah, bahagianya.

"Mba Anis, Emuh nyobain ya, nasi gorengnya?" Gayanya sok imut. Tapi imut, sih. Gimana dong?

"Muh, Mba Anis lagi buka puasa. Emuh kan baru makan, tadi," kata ibuku.

"Gak apa Muh, sini makan sama Mba Anis."

"Kan boleh, Mah. Muh ditawarin sama Mba Anis," cengirannya itu, loh, "Ya kan, Mba Anis?" Tanyanya manja. Ini bocah ngapa, ya? Ngapa, ya? Batinku tak dapat memungkiri tak mengatakannya.

"Hemm, enak Mba Anis," ucapnya sok manis. Tapi menggemaskan. Sumpah, ini bukan dusta.

Sederhana bukan? Berawal dari situ, hobinya beralih jadi makan nasi goreng. Entah sampai kapan. Dulu pun seperti itu, hobi makan tumis kangkung. Hobi makan? Bukan. Bukan hobi, tapi keperluan. Cikgu Jasmin kata pun seperti itu.

"Mba Anis..., ayolah..., bikinin Muh nasi goreng...."

"Muh bikin sendiri ya," padahal akhir Ramadhan dia lagi senang-senangnya makan seblak, level 1, "Tuang minyak sedikit di teflon, orak-arik telur, masukkan nasi, tambahkan bumbu racik, aduk rata. Selesai..."

"Ayolah Mba Nis... Emuh bikin, tapi Mba Anis bantuin...," aduh, anak satu ini.

"Ya, ya. Muh ambil telur ya, Mba Anis panasin minyak dulu," mau tak mau aku menuju dapur.

"Nih Mba Anis, telurnya."

"Muh bisa pecah cangkang telurnya?"

"Nggak..." tanpa merasa berdosa ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
Aku menghela napas. Wajar, usianya baru sebelas tahun kurang. "Muh siapin nasinya , ya."

"Iya, Mba Anis."

"Muh lapar lagi? Tadi kan, baru makan malam?" tanganku masih beraksi dengan sendok. Say no to spatula. Oseng-oseng nasgornya bukan pakai spatula tapi pakai sendok, sekalian buat makan. Maafkan kakakmu ini, Muh.

"Ini kan cemilan, Mba Anis." What? Bocah kecil, nasi goreng jadi cemilan?

"Muh, kalau lapar mah, bilang. Nasi goreng kok, cemilan?"

"Cemilan Mba Anis.... Tadi kan, Emuh sudah makan malam." Nasi gorengnya sudah matang. 

"Punten ambil piring ya, Muh."

"Yeay. Nasi gorengnya sudah jadi," dengan senang hati ia memberikan piringnya kepadaku.

Aya-aya wae ieu bocah. Priben, Priben? Sego goreng dadi cemilan? Kalau sudah menjadi pilihannya, apa boleh buat. 

***

"Mba Anis..." tangan Muh gatal. Kebiasaan deh, masa cubit-cubit pipi. Gemas katanya.  Masa iya, gemas sama kakak tua? Tertua maksudnya, "Muh mau dibikinin nasi goreng?"

"Iya Mba Anis. Tolong bikinin Emuh Nasi goreng, Mba Anis...."

"Cemilan?"

"Bukan. Nasinya yang banyak."

"Muh tadi pagi makan baca doa nggak?"

"Baca. Memang kalau belum baca doa, kenapa?

"Nggak apa-apa." Ah, akhirnya tulisanku ini selesai kuketik. Siap posting.

Dari balik pintu kamarku Muh berkata, "Mba Anis nasi goreng.... Nasi goreng, yah?"

"Iya."

"Mah, Emuh ditawarin makan nasi goreng sama Mba Anis." Lah, siapa juga yang nawarin. Dasar ragil. Hadeuhh

"Bikin nasi gorengnya dikasih sayuran, Mba Anis. Biar Muh makan sayuran."

"Iya, Mah."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Seblak Malam Jumat

Bismillah

Malam Jum'at berkah, piknik sambil masak-masak di kamar sebelah. Menu yang akan dibuat adalah... "Seblak Malam Jum'at." Hahahah...(≡^∇^≡)ヽ(‘ ∇‘ )ノ

Well, ini lah ingredients yang dibutuhkan (untuk porsi 4 orang kebetulan, yang kita buat).
1. 1/4 kg kerupuk
2. 700 ml air 
3. 3 siung bawang putih
4. 9 siung bawang merah
5. garam
6. penyedap rasa
7. kencur (secukupnya)
8. 2 butir telur ayam
9. minyak sayur
10. cabai (sesuai selera)
11. lada bubuk 
Kurang lebihnya seperti itu, Guys. 

Eit, tak lupa kita take video buat yang satu ini, loh. Simak cara pembuatannya ala kita, ya!

Step 1

Step 2

Step 3

Finishing

Yoms, begitulah "Seblak Malam Jum'at" ala anak pesantren. Walaupun sederhana, tapi rasanya tatap keren. :-) See ya! Thanks for your visitation.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Nyate Bareng AIC 2016


Jakarta – Dalam rangka menyemarakkan peringatan Idul Adha ke-1437 H., Pon. Pes. Assiddiqiyah Pusat mengadakan “Nyate Bareng” bersama, Selasa (13/9/2016). Persiapan pemotongan daging sebelum pembakaran dilakukan pada pukul 09.00 WIB. Sekitar sepuluh menit kemudian barulah para panitia membagikan arang ke alat pembakaran tiap-tiap peserta “Nyate Bareng”. Ratusan santri yang didampingi para wali kelas dan wali asuh asramanya tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada yang memotong daging kurban, menusuk potongan daging dengan tusuk sate, hingga meracik bumbu.

Dipimpin oleh Lurah Pondok, Ust. Husni Mubarok, Lc, warga Asshiddiqiyah mengumandangkan takbir diiringi dengan tabuhan bedug. Suasana begitu meriah dan para santri  duduk rapi di lapangan menyambut kehadiran para tamu undangan. Kemudian dilanjutkan dengan pembukaann acara oleh pengasuh dan sambutan dari beberapa tamu undangan.

Dengan wajah ceria, para santri putra dan putri membakar sate bersama di lapangan. Secara bergiliran mereka mengipas sate di alat pembakaran. “Nyate di pondok lebih seru, soalnya bareng-bareng sama temen-temen,” ujar Indah, santri kelas VIII SMP Manba’ul Ulum Asshiddiqiyah. Tak hanya pandai dalam mengaji dan berbahasa Internasional saja (Arab-Inggris), mereka pun mahir membuat sajian sate yang lezat.

Tradisi “Nyate Bareng” telah berlangsung selama tiga tahun ini. Dengan tradisi tersebut, pengasuh bermaksud menjaga kebersamaan, menambah rasa syukur kepada Allah swt. dan meningkatkan kekreativitasan santri khususnya dalam bidang kuliner.

SNAPSHOTS

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

How to Make Karimyeon

Ceritanya habis pulang kuliah pada kelaparan. Padahal sudah sarapan. Ada yang belum juga, sih. Heheheh.

Berhubung masih ada kentang dua kilo, ada myeon dan bihun plus sesuatu yang merah-ijo itu, kita putusin buat bikin "Karimyeon". Cepat, singkat dan padat. Sajian ini untuk delapan orang, ya 。^‿^。
Bahan yang diperlukan adalah:

1. Magic Comb
2. 2 bungkus myeon (mie)
3. 2 bungkus bihun 
4. 3 siung bawang merah 
5. Daun bawang 
6. 3 buah cabai merah 
7. 1 buah tomat 
8. 2 buah kentang
9. Bawang goreng
10. Kurang lebih 1300 ml air segar
11. Bumbu (serbuk kari, garam, gula, penyedap rasa dan minyak tamanegi atau minyak bawang)

Well, dengan mengucap basmalah kita mulai dengan memasak air di magic comb. Sambil menunggu mendidih, iris daun bawang, cabai merah, tomat, cincang bawang merah, kupas kentang lalu diiris dadu memanjang kemudian cuci bersih.
Untuk menghemat perkakas kotor, kita taruh bahan-bahan tadi di atas kertas nasi, gals. 
Like this ⬇


Selanjutnya, rebus potongan kentang sekitar dua menit.


Karena bihun lebih lama matangnya daripada myeon, masukan bihunnya terlebih dahulu, ya. Setengah menit, aja. ٩(^ᴗ^)۶ Setelah itu, baru si "myeon" boleh gabung ke dalam air mendidih. 

Beti, sih. Beda tipis waktunya. Setengah menit doang. Kalau mau dimasukkan bersamaan juga oke. Biar gak jomblo, gitu. Hahaii.

Eits, myeon sama bihunnya diremuk dulu. Biar pas mau dimakan, ngambilnya nggak susah karena kepanjangan. Kan sajian ini dimakan bareng-bareng. Maklum, lah, anak pesantren yang selalu kompak. Makan kompak. Tidur juga kompak. Mandi serempak. Ngantri deh. Y(^_^)Y



Yoms, masukkan bawang merah cincangnya, sobat, lalu diaduk-aduk. Tunggu sampai bihun dan myeon-nya setengah matang, ya.↖(^▽^)↗


Waktunya si merah-ijo tampil. Siapa lagi kalau bukan irisan cabai dan daun bawang. 



Giliran si bumbu. Tambahkan serbuk kari, garam, gula, penyedap rasa dan minyak tamanegi secukupnya. Untuk minyak tamanegi cukup empat sendok makan saja, boleh. ヾ(*⌒ヮ⌒*)ゞ


Tambahkan irisan tomat. Tunggu sekitar setengah sampai satu menit, boleh, lah. Masak sayur jangan kelamaan. Biar vitaminnya nggak rusak. Katanya sih, gitu.


Hampir siap, nih. 
Diaduk-aduk lagi, biar rata. ヽ(^。^)ノ


Sudah matang. 
Euhh, makin gak tahan. (^O^)
Finally, matikan aliran listrik dan keluarkan inner cooking pan-nya. Taburkan bawang goreng, deh.


Tadda! Karimyeon siap disantap. Nggak lupa basmalah dong, biar si setan-setan nggak ikutan makan. o (^‿^✿)o

Begini lah menu sederhana kita. Selamat makan dan selamat mencoba juga buat kalian yang berminat. 
Sayonara.... \(^▽^@)ノヾ(^-^)ノ

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS